Sembilan

19 6 0
                                    

Aku berjalan dengan lambat, memperhatikan dengan seksama setiap toko yang ku lewati. Ini hari minggu di pertengahan bulan, dan seperti biasa aku kan pergi ke toko buku. Setiap bulan aku memang akan pergi ke toko buku untuk melihat-lihat novel terbaru, berhubung aku tidak punya banyak kegiatan, sedikit banyak waktuku memang ku habiskan untuk membaca novel.

Langkahku terhenti di depan sebuah restoran, mataku menyipit, berusaha untuk memperhatikan bagian dalam restoran itu dengan lebih jelas.

Itu... Dirga, kan?

Didalam sana Dirga duduk berdua dengan seorang perempuan, perempuan itu duduk membelakangi ku membuatku tidak bisa melihat wajahnya. Dirga terlihat terlibat pembicaraan yang serius dengan perempuan itu, dia... pacarnya?

Memikirkan itu tiba-tiba membuat dadaku terasa nyeri. Apa-apaan sih Jules, lo kan tau dia populer, ya jelas dia udah punya pacar lah.

Aku menggelengkan kepala, tidak seharusnya aku merasakan perasaan ini, aku dan Dirga sama sekali tidak punya hubungan apa-apa. Ya, kami berdua hanya kebetulan menjadi teman sekelas.

Terbesit niat untuk menghampiri mereka, tapi aku ragu. Memangnya setelah aku menghampiri mereka aku akan apa?

Aku baru akan melanjutkan langkahku saat perempuan yang sedang bersama dengan Dirga itu menoleh kesamping, membuatku bisa melihat wajahnya. Pupil mataku membesar, aku tidak sedang mengkhayalkan?

Dia, Rissa?

***

Aku melihat-lihat buku yang berjajar rapi di hadapanku, sesekali mengambil novel yang menarik perhatian ku dan membaca sinopsisnya.

When i fall in love...

Aku mendecak, dan menaruh kembali novel itu di tempatnya semula. Aku  tidak bisa fokus, pikiranku masih memikirkan apa yang kulihat lima belas menit lalu.

Aku  ragu jika orang itu benar Rissa. Rissa membenci Dirga. Yah, tidak benci sih, tapi yang jelas dia selalu menghindar dari Dirga. Lagipula seingatku aki juga tidak pernah melihat Rissa dan Dirga berinteraksi di sekolah.

Aku mengembuskan nafas yang entah kenapa terasa berat, lagipula jika itu benar Rissa, itu tidak ada urusan denganku. Iya, itu sama sekali bukan urusanku. Kecuali jika kenyataan bahwa dia itu tidak pernah cerita tentangnya yang dekat dengan Dirga sampai mereka bisa makan siang berdua.

Jujur, aku menjadi sedikit kesal dengan Rissa yang tidak pernah bercerita dan sangat tertutup tentang masalah pribadinya. Kalau saja Rissa memberi tahuku tentang hubungannya dengan Dirga, aku pasti tidak akan merasa sakit hati karena cemburu.

Aku menyentuhkan keningku ke rak yang ada di depanku. Aku memang sedang berada di tempat umum, tapi masa bodohlah, biar saja kalau ada yang menganggapku aneh, yang jelas kepalaku pusing.

***

Aku merebahkan tubuhku di kasur, pada akhirnya aku sama sekali tidak membeli apa-apa, padahal biasanya aku bisa membeli sampai tiga buku dan menghabiskan berjam-jam di toko buku tapi tadi bahkan belum sampai satu jam sebelum akhirnya aku memutuskan untuk pulang.

"Lo tuh apa-apaan sih Jules..." Aku menggerutu, menampar pipiku sendiri.

Aku mendesah, tidak seharusnya aku merasakan ini. Pertama, aku dan Dirga dekat karena permintaan konyol pak walas kepadaku. Kedua, kami bahkan tidak benar-benar dekat, kami jarang mengobrol dan kalaupun iya kami lebih sering berdebat. Dan yang ketiga, hari ini aku melihat Dirga makan sidang dengan Rissa.

Love Rise on JulyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang