Author's POV
BUGH
Reza mengernyit bingung saat mendengar suara benda terjatuh dari dalam rumahnya, entah kenapa tiba-tiba perasaannya tidak enak.
"Reka!" Teriaknya di begitu ia memasuki rumah.
Reza berhalan menuju tangga saat dia mendengar suara langkah kaki yang terkesan terburu-buru. Reka turun saat Reza tinggal beberapa langkah dari tangga, ia tersenyum manis menyambut Reza.
"Abang pulang cepet?" tanyanya.
Reza mengangguk, perasaannya tidak enak dan yang ia pikirkan sekarang adalah July.
"Apa tadi yang jatuh?"
Reka menggeleng, mengibaskan tangannya di depan wajah. "Nggak apa-apa, Abang salah denger kali." jawabnya dengan nada yang terlalu santai.
Reza menatap adik kandungnya itu dengan mata menyipit curiga. "Serius? Mana biar Abang periksa."
Reka menahan Reza yang hendak berjalan menuju tangga. "Serius, nggak ada apa-apa, mending Abang ngaterin aku nyari makan, yuk!" ajaknya dan menarik tangan Reza menuju pintu keluar.
"Ya udah, kamu duluan sana ke mobil, Abang ganti baju dulu." katanya dan melepas tangan Reka di lengannya dan berbelok berjalan menuju lorong sebelum tangga yang menuju ke kamarnya dan dapur.
Reza berhenti melangkah bergitu merasa Reka sudah keluar, dia berbalik dan kembali berjalan menuju tangga. Begitu sampai di belokan tangga nafas Reza terasa tertahan, melihat July yang duduk di salah satu anak tangga dan menangis tanpa suara, memegang pergelangan kakinya yang memerah dan mulai bengkak.
"July!" Serunya tertahan.
July's POV
Aku mendongak begitu mendengar suara itu, Bang Reza melangkahkan kakinya lebar dan berjongkok di depan ku. Ia menyingkirkan tanganku dan melihat pergelangan kakiku yang membengkak.
"Sakit..." ringisku saat Bang Reza menggerakkan pergelangan kakiku pelan, rasanya benar-benar sakit.
Aku kembali menangis saat Bang Reza memegang kedua tanganku, melihat telapak tanganku yang memerah.
"Kamu jatuh sendiri atau..." Bang Reza memejampak matanya, pegangannya di telapak tanganku menguat dan ia terlihat menahan marah. "Reka?"
Aku tidak menjawab dan lebih memilih meredakan tangisanku.
Bang Reza menghembuskan nafas kasar. "Abang harus pergi sekarang," katanya yang justru membuatku merasakan sakit di hatiku.
Apa dia benar-benar harus meninggalkanku saat keadaanku sedang seperti ini? tolong jangan katakan padaku jika perlakuan baikknya padaku seminggu lalu sudah berakhir dan dia akan menjadi tidak perduli lagi padaku.
"Maaf, Abang nggak mau kalau nanti Reka malah menemukan alasan lain untuk melukai kamu July," Bang Reza menghapus air mataku. "Abang bakal nyuruh Kak Adel untuk jemput kamu sekarang, Abang pergi dulu." katanya.
Bang Reza mengelus kepalaku pelan lalu beranjak pergi. Meninggalkanku yang bertanya-tanya apa maksud dari perkataannya. Aku sudah bisa menghentikan tangisku walau belum sepenuhnya, isakan masih terus keluar dari mulutku.
Sekitar sepuluh menit berlalu dan aku mulai beranjak dari posisiku untuk kembali ke kamar. Aku memegang tangga di sampingku dan mulai menaiki tangga, meringis saat merasakan pergelangan kaki kananku yang masih terasa sangat sakit.
"July?!"
Aku mengentikan langkahku begitu mendengar panggilan yang berasal dari lantai bawah itu, disusul suara langkah tergesa. Aku mengingat ucapan Bang Reza tadi, apakah itu Kak Adel?

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Rise on July
Fiksi RemajaDua tahun lalu, July harus menerima kenyataan bahwa ibunya yang baru saja meninggal ternyata hanyalah istri simpanan ayahnya. Dan dia terpaksa menuruti ayahnya untuk tinggal dengan keluarga ayahnya yang lain, yang sama sekali tidak ia ketahui. Kedua...