Bimbang

20 4 0
                                    

Persahabatan jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi yang hanya menguntungkan diri sendiri.
-Ilham

-----------------------------------------

Hari ini adalah hari pertama Ilham dan Shamira bimbingan untuk persiapan mereka menghadapi olimpiade matematika nanti. Sebenarnya Ilham sudah tidak menginginkan olimpiade ataupun bimbingan itu, rasanya sudah pupus harapan Ilham setelah apa yang dilihatnya kemarin.

Katakan Ilham alay atau pun lebay. Tapi, memang begitulah adanya.

Sepulang sekolah, Ilham mengendap-endap pergi keluar kelas untuk kabur dari bimbingan dan tentunya dari Shamira. Akhirnya setelah berusaha untuk kabur, ia pun berhasil sampai ke parkiran. Saat hendak menghidupkan motor.

"ILHAM!!" Teriak Shamira kencang.

Mampus.

Ilham pun pura-pura tidak mendengar panggilan Shamira dan bergegas untuk pulang. Secepat apapun Ilham, Shamira telah berada di belakangnya dengan muka seperti orang kerasukan.

"Eh, Sham." Ucap Ilham sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Lo mau kemana?Ga inget ada bimbingan tambahan? Lo gimana sih?!"

Ilham pusing mendengar pertanyaan beruntun yang Shamira lontarkan.

"Satu-satu bisa kan nanya-nya?" Tanya Ilham dengan raut wajah cuek yang dibuat-buat. Shamira hanya mendengus.

"Lo mau kemana?" Tanya Shamira sabar.

"Mau pulang." Jawab Ilham santai tanpa melihat Shamira yang menatapnya melotot.

"Lo ga ing--" Pertanyaan Shamira terputus karena Ilham telah menyela duluan.

"Gue inget, tapi, hari ini gue capek banget." Ucap Ilham santai hendak memakai helmnya.

"Eh lo gabisa gitu dong Am, kan udah sepakat kalo kita emang ada bimbingan tambahan buat olim." Ucap Shamira memandang Ilham sorot mata marah.

"Lha, kenapa? Kan gue belom bilang setuju. Lagian gue dipilih secara sepihak tanpa keputusan gue dulu. Dan lo bisa cari pengganti yang udah deket sama lo." Ucap Ilham menatap Shamira dalam.

"Maksud lo apa? Lo gamau ikut olim? Dan apa maksud lo apa ngomong pengganti yang udah deket sama gue?" Tanya Shamira tak mengerti dengan jalan pikiran Ilham.

"Iya, gue gamau ikut olim. Ya, lo ajak aja orang yang udah deket sama lo, dia juga punya kapasitas otak yang lebih kok." Jelas Ilham yang membuat Shamira mengernyit.

"Lo ngomong apa sih Am, lo itu dipilih oleh guru, bukan gue yang asal milih. Kalo gue yang disuruh milih gue juga gabakal milih lo." Tukas Samira.

"Oh yaudah kalo gitu, lo rekomendasiin temen deket lo itu buat gantiin gue." Akhir Ilham bergegas pergi dari hadapan Shamira.

Shamira bingung dibuat Ilham, bisa-bisanya Ilham berbicara begitu dengannya, dan tanpa berpikir panjang ia bergegas menemui guru pembimbing mereka.

-ooo-

S

esampainya dirumah, Ilham langsung menuju kamarnya tanpa menghiraukan Indy yang mengajaknya makan siang bersama.

Ilham menghempaskan tubuhnya kekasur dengan kasar. Ia bingung dengan dirinya sendiri mengapa kata-kata itu lolos dari mulutnya. Jauh dalam lubuk hatinya, ia sangat ingin mengikuti Olimpiade tersebut, tapi ia berpikir jika ia ikut Olimpiade tersebut maka ia akan mengikuti bimbingan itu dan itu membuatnya selalu bertemu dengan Shamira. Everyday. Dan ia tak mau itu terjadi. Ia tak akan membiarkan perasaannya tumbuh lebih besar.

Selesai mengganti baju, ilham segera turun untuk makan siang.

"A, kenapa sih kebiasaan banget kalo diomongin melengos aja?!" Tanya Indy geram.

Ilham yang baru terduduk pun hanya menatap Indy diam tanpa mengeluarkan jawaban yang tambah membuat Indy gemas.

"A kalo orang nanya tuh dijawab, Mama gapernah ya ngajarin kita gitu." Ceramah Indy.

"Diem deh dek, lagi makan gaboleh ngomong." Ucap ilham menyendokkan makan ke mulutnya.

Sedangkan Indy pun hanya menatapnya kesal. Walaupun begitu Indy sangat menurut dengan kakaknya itu. Tak lama suara bel berbunyi.

*ting tong

"Bukain gih." Ucap Indy dan Ilham bersamaan.

"Ih bukain dek." Suruh Ilham.

"Mager ih, Aa aja." Suruh Indy balik.

"Bukain dek kasian tuh siapa tau penting." Suruh Ilham sekali lagi.

Akhirnya Indy mengalah dan membukakan pintu. Melihat seseorang didepannya, Indy mengernyit. Seorang perempuan dengan masih memakai seragam sekolah yang sama dengan Ilham

"Eh... Siapa ya?" Tanya Indy bingung.

"Oh iya, saya temen sekolahnya Ilham." Jawab Shamira.

Indy ingat sekarang. Ini adalah perempuan yang dilihatnya kemarin bersama teman kakaknya.

"Ohh... Iya iyaa. Ada ap--"

"Siapa dek?" Ucap Ilham dibelakang Indy. Sontak ia terkejut melihat siapa yang Indy ajak bicara.
Ilham segera ingin kembali kedalam. Namun ucapan Shamira menghentikannya.

"Am ada yang pengen gue sampein." Ucap Shamira.

-ooo-

TBC...

Palembang, 2 Juni 2019

Holaa...  Ga kerasa ya Ramadhan udah mau selesai. Mohon maaf lahir batin guys. Dan selamat mudik. Semoga selamat sampai tujuan

it's amazingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang