SCENERY 3

1.2K 153 23
                                    

Sinar mentari yang menyusup dari celah gorden mengusik kelelapan seorang Jeon Jungkook. Perlahan matanya terbuka menyesuaikan cahaya. Dia melirik sisi sampingnya, namun sang istri sudah tak ada di sampingnya. Jungkook mendudukkan dirinya dan mengucek matanya. Perlahan dia beranjak, memakai kembali celananya dan mencari keberadaan Taehyung.

"Tae? Sayang? Apa kamu di dalam?" Jungkook mengecek kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, namun Taehyung tak berada di sana. Jungkook menghela napas panjang dan kemudian keluar kamar. Matanya mengedar, mencoba menemukan keberadaan sang istri. Namun Jungkook tak menemukannya.

"Di mana dia? Apakah dia di dapur?" Gumam Jungkook dan kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur. Benar saja sang istri sedang berada di sana. Tangannya sibuk meraba dan menemukan bahan yang akan dimasaknya.

Jungkook terdiam, perhatiannya tertuju pada sosok cantik yang dengan telatennya berusaha memasak sarapan untuknya. Sebuah senyuman terukir di wajah Jungkook. Hatinya menghangat untuk kesekian kalinya hanya karena Taehyung.

"Kamu begitu sempurna di mataku. Ah, sepertinya aku harus mengurungkan niat awalku. Aku sungguh beruntung memilikimu dan aku tak ingin menyiakannya begitu saja." Gumam Jungkook dalam hati. Dia mulai melangkah mendekat pada Taehyung dan merengkuh pinggang istrinya. Sesekali ia mencium pundak sang istri lembut.

"Sedang memasak apa Sayang?" Tanya Jungkook seraya mencoba mengintip apa yang dilakukan sang istri dari balik punggungnya.

"Aku hanya ingin membuatkanmu sarapan. Hmm.. Kookie, apakah aku benar memegang cabai?" Tanya Taehyung seraya mengangkat sesuatu yang dipegangnya dan menunjukkan pada Jungkook.

"Iya. Kamu benar Sayang. Hmm... Kamu pasti kesulitan memilih bahannya. Baiklah, aku akan menjadi matamu untuk saat ini. Katakan, apa yang kamu butuhkan?" Ucap Jungkook dengan sesekali mengecup pipi sang istri.

"Baiklah, aku butuh bawang bombai." Ucap Taehyung. Jungkook memegang tangan Taehyung dan mengarahkannya pada bawang bombai.

"Garam." Lanjutnya dan Jungkook kembali melakukan hal yang sama.

Mereka kembali memasak dan diiringi candaan dari keduanya. Jungkook sungguh merasa bahagia. Berada di sisi Taehyung membuat hidupnya lebih hidup dan bermakna. Seusai masak, mereka memakan masakan mereka bersama.

"Kamu jago masak. Rasanya sangat nikmat. Aku menyukainya." Ucap Jungkook seraya mengusak poni Taehyung gemas. Taehyung tersenyum, dia merasa bersyukur karena tidak mengecewakan sang suami.

"Kalau begitu habiskan makanannya." Pinta Taehyung dengan senyum cerahnya.

"Dengan senang hati, istriku." Ucap Jungkook dan seketika menimbulkan corak merah pada kedua pipi Taehyung.
.
.
.

Drrt...drrt...

Sebuah pesan masuk di handphone Jungkook. Perlahan ia membuka pesan itu, pesan dari Namjoon.

Namjoon Hyung

Kook ingat, jangan menidurinya terlebih dulu. Jika dia hamil, itu akan menyusahkan kita.

Jungkook menghela napas saat membaca pesan itu. Apa-apaan hyungnya ini. Terserah Jungkook mau bagaimana. Ini adalah hidupnya, dan Jungkook tak peduli lagi dengan hutang-hutang itu. Dia yakin, di kondisi saat ini dia akan mudah melunasinya. Ia hanya perlu jujur pada Taehyung.

Jungkook menaruh handphonenya. Dia menatap Taehyung yang sedang asik menyiram tanaman di taman dekat jendela. Dia terlihat begitu cantik dan Jungkook tak dapat menghilangkan senyumnya kala melihat pemandangan tersebut.

"Tak akan ada yang mengira jika kamu buta. Kamu terlihat begitu sempurna. Hmm.. Sepertinya Tuhan terlalu baik padaku." Gumam Jungkook dengan senyum yang setia menghiasi wajahnya.
.
.
.

Tiga minggu berlalu. Hubungan Jungkook dan Taehyung semakin romantis dan harmonis. Taehyung semakin manja padanya dan Jungkook tak keberatan memanjakannya. Meski kini Jungkook sudah mulai disibukkan dengan kerjaan kantor yang rumit, tapi segalanya terasa ribgan kala mendapati sang istri yang menyambutnya dengan senyuman di kala pulang.

"Bagaimana kerjamu hari ini? Apakah melelahkan?" Tanya Taehyung yang berjalan di samping Jungkook seraya membawakan tas kerja suaminya.

"Cukup melelahkan. Aku harus menghadiri rapat dengan perusahaan lain. Tapi syukurlah semua berjalan lancar dan capekku hilang karena melihat senyummu." Ucap Jungkook dan kemudian membubuhkan kecupan di pelipis sang istri. Taehyung tersenyum menunduk. Pipinya sudah memerah sekarang.

"Mandilah terlebih dulu. Aku akan menyiapkan makan malam untukmu." Ucap Taehyung dengan senyum indahnya. Jungkook menurut, dia segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
.
.
.

Namjoon berjalan gelisah. Sudah seminggu ini Jungkook selalu mengabaikan pesan dan telepon darinya. Apakah Jungkook berniat mengkhianatinya? Namjoon mendengus kala pikiran itu singgah di otaknya.

"Sialan! Apakah bocah itu berniat mengkhianatiku? Awas saja jika itu terjadi, kau akan menyesal telah bermain-main denganku." Namjoon mengeluarkan smirknya.

Dia mengeluarkan handphonenya dan menelepon nomor seseorang.

"Halo?" Sapa Namjoon.

"...."

"Aku Namjoon. Aku ingin bertemu denganmu. Aku tahu, kau pasti ingin tahu kan tentang Jeon Jungkook? Aku akan memberitahukan segalanya padamu. Em.. Satu lagi. Ada rahasia tentangnya dan aku akan memberitahukannya padamu. Jadi, bisa kita bertemu?" Tanya Namjoon diiringi senyum jahatnya.

"...."

"Baik, kita akan bertemu besok."

"...."

"Kabari aku lagi nanti."

"...."

"Oke."

Panggilan terputus. Namjoon menyeringai senang.

"Tunggu saja. Kamu akan tahu sedang berhadapan dengan siapa. Haha..."
.
.
.

Jungkook berbaring di atas ranjang seraya memeluk tubuh istrinya penuh sayang. Tangannya bergerak mengelus surai hitam Taehyung dengan lembut.

"Kookie, boleh aku bertanya?" Tanya Taehyung.

"Tentu Sayang. Tanya apa?" Jawab Jungkook.

"Emm... Aku hanya penasaran. Kita sudah menikah, tapi jika dipikir-pikir, aku sama sekali belum mengenalmu dengan baik. Aku tidak tahu tentang kehidupanmu, siapa dirimu, bagaimana hidupmu, dan siapa keluargamu. Sebenarnya semua itu bukanlah masalah, hanya saja aku merasa penasaran. Maukah kamu menceritakannya?" Tanya Taehyung hati-hati. Dia takut membuat suaminya tersinggung.

Jungkook menghentikan usapan tangannya pada surai Taehyung. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia bingung, haruskah ia buka saja semuanya? Bagaimana kalau nanti Taehyung tak menerimanya? Tapi, hanya ini kesempatan satu-satunya. Ah, Jungkook mendadak frustasi memikirkannya.

"Kookie?" Panggil Taehyung menarik Jungkook kembali dari lamunannya.

"Ah.. I.. Iya." Jawab Jungkook gugup.

"Kenapa?" Tanya Taehyung khawatir. Tangannya terulur untuk memegang eajah suaminya dan merabanya. Ia tak dapat melihat ekspresi Jungkook saat ini, tapi ia ingin merasakannya.

"Apakah ini saatnya? Huft.. Ayo Jeon, hanya ini kesempatanmu. Katakan sebelum dia mendengar dari orang lain." Gumam Jungkook dalam hati.

Jungkook menggenggam tangan Taehyung yang meraba wajahnya dan kemudian menciumnya.

"Aku akan ceritakan. Dengarkan baik-baik Tae. Aku mohon kamu jangan membenciku setelah ini." Ucap Jungkook. Taehyung sedikit bingung, kenapa dia harus benci pada suaminya? Perasaan Taehyung menjadi tidak enak.

Bersambung...

Tinggal 1 chapter lagi. Ah, aku gak tau apa yang aku tulis ini. Semoga kalian menyukainya. Aku tunggu vomen dari kalian.. 😊

Selamat membaca... 😘🤗


HOME (Short Story KookV)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang