SOMEDAY - 13. KERTAS KOSONG

47 16 0
                                    

Lee Minhyuk termenung di dalam trem. Ia masih mengingat gelegak panggung tempat Lee Eun Bi bernyanyi. Ia ingat betul senyum gadis itu, nyanyiannya, bahkan wajahnya yang bahagia. Ya, Minhyuk merasa sepi. Ia tidak tahu kerinduannya ini disebut sebagai apa, namun yang pasti dalam relung hatinya hampa meski dirinya bahagia melihat Lee Eun Bi setelah sekian lama. Seperti orang linglung, laki-laki itu kemudian pulang: ke rumahnya, di Mokpo.

Na Seo Ri masih sibuk membersihkan kamar Minhyuk meski hari sudah larut malam. Pikirnya, sekalian menunggu sang suami pulang. Biasanya, meja kerja Minhyuk di rumah bersih, namun kali ini beberapa kertas terserak begitu saja. Sekitar lima buku bertumpuk di pinggiran meja dan sekelumit tinta tak sengaja tumpah mengotori permukaan kayunya. Seo Ri meraih salah satu kertas. Tulisan tangan pemuda itu indah, namun tak lagi indah ketika ia membacanya: surat seorang laki-laki pada wanita pujaan—surat cinta—yang tak sampai.

"Na Seo Ri-ssi..." Seo Ri mendengar namanya dipanggil. Suaminya datang.

"Apa yang kau lakukan dengan mejaku? Bukankah aku pernah memberitahu untuk tidak menyentuh mereka?" tanyanya. Ia menatap dingin Na Seo Ri.

"Ah, itu... aku hanya ingin membersihkan kamarmu. Meja yang biasanya bersih itu berantakan, jadi kupikir..."

"Pergilah ke kamarmu. Aku ingin istirahat. Mianhae..." Wanita itu tidak mengatakan apa pun untuk menanggapi permintaan Lee Minhyuk. Ia pergi dari sana sesegera mungkin dan membiarkan pemuda itu menutup sendiri pintu kamarnya.

Bunyi cklek ringan terdengar sesaat setelah Na Seo Ri pergi. Minhyuk bersandar pada daun pintu itu kemudian tubuhnya merosot ke lantai. Ia menghela napas panjang beberapa kali, memijat kepalanya berulang kali, dan berusaha menyadari bahwa hatinya betul-betul hampa. Melihat senyum itu, mengapa aku merasa tersiksa? Melihat binar di mata itu, mengapa dadaku sesak meski ikut bahagia, gumam Lee Minhyuk.

Minhyuk kemudian buru-buru berlari menuju meja kerjanya yang belum sempat dirapikan. Ia mengambil sebuah bolpoin dan kertas kosong yang terselip di antara buku-buku bertumpuk. Menulis, Minhyuk berusaha menulis apa pun. Berbagai hal yang terlintas dalam benaknya, semua ia tulis meski berantakan. Seolah tak peduli dengan kata indah, frasa, atau bahkan rangkaian puisi-puisi amburadul, pemuda itu menggila.

Kira-kira sudah 22 bulan lamanya ia sama sekali tak berlindung di bawah nama Hui Seong dengan serangkaian sarkasme, artikel-artikel liar, dan lirik-lirik puisi bernada patriotik dan bebas. Mereka semua dibatasi dalam sebuah kegiatan bernama "pengelolaan bisnis orangtua" dan Lee Minhyuk betul-betul membencinya. Ia harus duduk seharian di belakang meja kotak hanya untuk sibuk membaca berkas-berkas dan menandatangani semua hal itu dengan segala risiko dan tanggung jawab yang membuat jengah. Sungguh rutinitas brengsek di antara situasi dan kondisi Joseon yang mengerikan. Ditambah lagi perasaan tak jelas yang selalu menghantui sejak ia membaca judul-judul artikel di koran yang menyertakan gambar Lee Eun Bi.

"Aku senang mendengar kabar bahwa kau baik-baik saja. Kau bahkan bersinar terang sekarang dengan mimpi-mimpimu. Aku berharap diriku sebaik dirimu, Eun Bi-ssi. Aku berjuang untuk terbiasa dengan pekerjaan yang harus kulakukan untuk perusahaan. Terkadang aku menulis beberapa ulasan dari majalah sastra, menulis puisi, atau barangkali drama. Ah, itu, aku sudah mulai menulis lagi. Aku tak bisa berbohong. Semua yang kulakukan itu sambil memikirkan tentangmu.

"Ya, aku memang bajingan yang tak pernah tahu bagaimana rasanya bebas. Barangkali itu hanya sebatas tulisan-tulisan atau sebuah drama musikal. Dan diriku kemudian menyadari bahwa hari-hari ini perasaanku begitu rumit merindukanmu. Biarkan aku jujur setidaknya untuk mengisi kertas-kertas kosong ini meski mereka takkan pernah sampai padamu. Aku tak tahu harus bercerita pada siapa."

Lee Minhyuk meletakkan penanya. Ia tertawa, sambil menangis.

***

Gyeongsong.

[2019] SOMEDAY (Sequel of Hour Moment) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang