SOMEDAY - 8. SEPOTONG PERASAAN YANG DISEBUT CINTA

62 16 0
                                    

Kau tahu mengapa cinta itu selalu identik dengan warna-warna seperti merah, pink, dan putih? Atau kalau ada perlambang lain, barangkali ungu? Dan mengapa warna-warna itu bukan hitam, kelabu, atau mungkin saja nila? Mengapa ketulusan itu dianggap putih dan cinta yang manis dianggap merah muda, bukan hitam? Jika memang ada alasan untuk semua itu, Lee Eun Bi takkan pernah bingung menganggap perasaannya kali ini soal apa. Kalaupun memang tidak ada alasan tertentu, ia pun juga tetap bingung.

Sejak Minhyuk diseret ke kantor polisi Jongno, tiap 12 jam sekali Eun Bi berdiri di depan gerbang, menunggu, selama beberapa hari. Pemuda itu belum juga dibebaskan meski ini sudah masuk hari ketiga sejak ia dibawa paksa. Dua kali. Lee Eun Bi mengalami hal ini untuk yang kedua kalinya. Kali pertama, ia melihat kakak kandungnya diseret pasukan Jepang dan setelahnya tak pernah kembali sampai detik itu. Sekarang, pada kesempatan kedua, ia jelas-jelas melihat Minhyuk dibawa pergi. Ia hanya khawatir jika laki-laki itu tidak kembali.

"Apa sebetulnya yang salah dengan dialog Kim Young Il? Bukankah itu benar adanya? Lebih kurang dua puluh tahun lalu kita punya kebebasan, tapi sejak kedatangan mereka ke Joseon, tidak ada lagi kebebasan di sini. Di mana salahnya? Kita mengatakan fakta. Mengapa itu dianggap kejahatan? Kenapa Minhyuk dikurung?" ujar Jinho.

"Mereka ingin memberikan contoh. Mereka menunjukkan bahwa apa saja bisa terjadi saat kita bicara tentang kebebasan di Joseon..."

Percakapan-percakapan itu masih terngiang di benak Lee Eun Bi. Ia duduk di beranda rumah, belum ingin masuk. Selama tiga hari ia berada di Korea, sekalipun belum dijumpainya Im Hyunsik. beberapa kali ia bertanya pada ibu pemuda itu, namun ia hanya mendapat jawaban: Hyunsik pergi, katanya ada beberapa urusan bersama teman. Empat hari ia tidak pulang ke rumah, tidak juga pergi kerja.

"Mau pergi ke mana, Eun Bi-ah?" tanya Nyonya Hye Sun.

"Ke kantor polisi Jongno, Ahjumma."

"Mau melihat temanmu yang kapan hari ditangkap orang-orang itu?" tanyanya lagi. Eun Bi mengangguk. Ia memandangi ibu Im Hyunsik dengan tatapan tulus minta izin.

"Kau suka padanya, ya?" Eun Bi tercekat. Pertanyaan itu didengarnya lagi. Sebegitu kentaranyakah sifat dan sikap serta perhatian pada Lee Minhyuk sehingga orang menyimpulkan demikian, batin Eun Bi.

"Kau tetap harus hati-hati terhadap polisi-polisi di sana. Jangan teledor, Eun Bi-ah. Sekalinya kau melakukan kesalahan, kau akan membuat kami semua sedih. Ingatlah ayahmu, juga Lee Changsub yang selalu kau tunggu." Sekali lagi gadis itu menatap sepasang mata ibu Im Hyunsik. Perkataan yang bertubi-tubi disampaikan, mungkinkah itu bentuk lain dari sebuah ketidakrelaan? Siapa tahu? Yang pasti, Lee Eun Bi tetap berangkat menuju kantor polisi Jongno usai berpamitan pada sang ayah, juga ibu Im Hyunsik.

***

"Memimpin rencana pemberontakan lewat seni ya?" tanya seorang petinggi Jepang.

"Anieyo." Lee Minhyuk menjawab pendek pertanyaan yang dilontarkan padanya.

"Tampaknya kau masih betah bungkam. Hei, lihat bajumu itu. Ckckckck dari yang putih bersih sampai merah begitu, tapi masih tetap tidak mengaku..." Laki-laki paruh baya itu kemudian melepas sarung tangan karetnya, pergi, dan membiarkan Lee Minhyuk tetap terikat di kursi dengan wajah babak belur dan tubuh yang terluka.

Beberapa jam setelahnya, Minhyuk dibebaskan. Ia dibiarkan pergi sendiri dengan menenteng jas cokelat di tangan dan rompi yang berusaha menutupi noda darah, juga luka. Pemuda itu dengan santai membuka gerbang lalu berjalan pelan menuju pulangnya ketika tiba-tiba dirinya menghentikan langkah kaki berpantofel: ada seseorang yang menunggu di depan gerbang, Lee Eun Bi.

Gadis dengan tas jinjing di tangannya menoleh. Ia mendapati sosok yang begitu dirindukannya akhir-akhir ini. Sosok lelaki yang selalu mampir dalam mimpi dan mengubah atmosfer indah jadi mencekam—sosok Lee Minhyuk dengan kondisinya yang tampak tak baik.

[2019] SOMEDAY (Sequel of Hour Moment) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang