SOMEDAY - 7. SEL YANG GELAP

74 13 0
                                    

Harusnya ada satu kisah di mana kau merasa betul-betul bersalah karena sudah salah mengira sifat dan karakter seseorang. Harusnya. Lee Eun Bi mengakui itu. Ia mengaku pada Minhyuk bahwa awalnya ia mengira Lee Minhyuk adalah orang yang sembrono. Ia bilang, tindakan Minhyuk itu bodoh karena memberontak melawan sesuatu yang tak bisa ia menangkan. Gadis muda itu tersenyum. Katanya, tapi sekarang tidak lagi.

"Itu tidak apa-apa meski kita tak bisa mengubah apa pun. Fakta bahwa kita mencoba sesuatu dengan harapan adalah yang terpenting." Ya. Itu seperti saat ia menunggu Lee Changsub. Ia mencoba dan berharap. Setidaknya itu hal paling penting dalam hidupnya kini.

"Terima kasih karena sudah mengakui ketulusanku, Eun Bi-ssi."

Dua bulan terakhir, kelompok pertunjukan drama dan musik sudah memaksimalkan semua kemampuan mereka. Kira-kira besok pagi kelompok itu akan bertolak ke Joseon. Termasuk pertunjukan terakhirnya di Gyeongsong, mereka akan tampil di lebih dari sepuluh kota. Tidak ada hal semacam ucapan selamat tinggal yang disampaikan Lee Minhyuk pada Jepang, yang ada hanya ucapan terima kasih pada Tomoda yang sudah mendukung mereka selama ini. Laki-laki itu pun kembali mengucap terima kasih dan berjanji menjaga panggung Minhyuk dan kawan-kawan yang ada di Jepang.

Barangkali ini adalah definisi dilema: ketika di satu sisi kau begitu membenci satu hal, namun di sisi lain kau sangat menghargai sesuatu hal seperti mereka. Betapa pun Minhyuk dan yang lain membenci idealisme konyol pemerintah Jepang dan segala aturannya, mereka bahkan tak bisa sedikitpun menaruh rasa benci pada Tomoda.

***

Eun Bi menghampiri Lee Minhyuk yang berdiri dekat dek kapal. Laut luas yang menghampar di hadapan mereka tampak melambaikan sebuah kebebasan, sebuah harapan, sebuah oase di tengah kerontangnya gurun pasir. Yang membedakan semua itu hanya waktu dan ketidaktahuan. Kita sama-sama tahu bahwa kemarin sudah pernah terjadi, tapi besok masih misteri.

"Aku ingat betul atmosfer yang seperti ini. saat itu cuacanya cerah seperti sekarang. Aku penuh kegembiraan karena memikirkan bahwa akhirnya diriku bisa belajar musik vocal dan bernyanyi. Dan hari ini, aku sama semangatnya dengan diriku hari itu. Ya, aku akhirnya punya kesempatan bernyanyi di tanah airku." Lee Eun Bi menerawang jauh ke depan sementara Minhyuk hanya menatapnya sambil tersenyum. Ia tak mengatakan apa pun selama Eun Bi bicara.

"Jika ada saat-saat paling membahagiakan dalam hidup, aku inginnya itu hari ini. Sayangnya, ini tak benar-benar bisa dikatakan demikian," sambungnya. Ya. ia tak pernah bisa menyebut hari ini hari paling bahagia dalam hidupnya. Ia tak berani melakukan itu ketika hati, benak, dan pikirannya terus menunggu Changsub pulang. Tiap kali mengingat hal-hal tentang Lee Changsub, bahkan tersenyum pun Eun Bi merasa berdosa.

Dalam pertunjukan pertamanya, drama itu sukses. Dari kota satu ke kota lain di Joseon, mereka menerima kehadiran kelompok drama dan musik dengan tangan terbuka. Berbekal tekad, kepercayaan, dan beberapa hal seperti kesetiakawanan, kelompok itu menjelajah kota-kota dengan kereta api yang asapnya mengepul memuja awan-awan.

"Bawa orang Korea malang itu ke kantor polisi sekarang!" ujar Jinho. Ia memainkan peran itu: seorang penghianat, budak cinta yang egois dan selalu tersiksa batin dalam kisahnya. Orang Korea yang sejak tadi diapit dua tentara kemudian melepaskan diri dan berdialog: dua puluh tahun lalu, kami memiliki kebebasan. Tapi hari ini, di tanah ini kebebasan tidak ada lagi.

"Kau tunggu apa?! Bawa ia sekarang!" perintah Lee Jinho.

"Tolong maafkan kami sekali ini saja..." sahut seorang Korea yang lain.

"Jangan mau jadi budak! Dengan hormat aku mempersilakan mereka membawaku pergi." Dialog Kim Young Il selesai. Ia tak kembali lagi ke atas panggung dan pertunjukan diakhiri. Tak ada yang salah sejauh ini. gemuruh tepuk tangan bahkan menyambut mereka dengan meriah.

Carpe Diem. Kelompok pertunjukan drama dan musik menghabiskan malam mereka bersenang-senang di tempat itu. Ah, tentu ini adalah tempat yang sangat familiar dalam ingatan Minhyuk, Jinho, maupun Eun Bi. Barangkali Minhyuk dan Jinho mengingat kematian rekan-rekan mereka dan seorang Jung Ilhoon yang entah bagaimana kabarnya hingga detik ini, pun Eun Bi yang sedari tadi mencari sosok Im Hyunsik namun tak menjumpainya sama sekali.

Beberapa orang menari bahagia di bawah lampu yang berkedip-kedip agak redup meski mereka tetap terlihat mewah dan elegan. Musik yang begitu enerjik meleburkan semua lelah yang menumpuk pascapertunjukan drama dan musik baru. Minhyuk dan Jinho adalah salah dua dari sekian banyak orang yang tak ikut menari. Mereka hanya berulang kali menandaskan birnya sambil berbincang soal pertunjukan yang baru saja usai.

"Sepertinya pertunjukan di Gyeongsong tidak akan pernah ada, tapi tur sudah berakhir."

"Hmmm, begitukah? Ya, mungkin."

"Minhyuk-ah, apa yang kau lakukan setelah lulus?" tanya Jinho. "Ah, maaf, aku tahu kau harus kembali ke kampung halamanmu. Sungguh, aku minta maaf sudah menanyakan itu," tambahnya. Ia melihat keraguan di wajah Minhyuk. Soal itu, Minhyuk pernah berkali-kali bercerita dalam mabuknya: bahwa ia wajib hidup seperti boneka kayu sang ayah. Ia dibentuk sedemikian rupa untuk digerakkan ke sana ke mari dan harus mengeraskan hati karenanya.

"Jadi, bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan setelah lulus?" tanya Minhyuk. Ia tidak menanggapi kalimat-kalimat Jinho sebelumnya.

"Aku tidak ingin berada di Joseon atau Jepang. Geunyang... aku hanya ingin pergi ke suatu tempat yang jauh. Sangatttt jauh untuk menjangkau dunia yang lebih luas. Ya, seperti itulah," jawab Jinho.

"Aku yakin kau akan menjadi penulis hebat di manapun berada, Jinho-ya."

"Apa kau bilang? Jinho-ya?" Lee Jinho terkekeh.

"Kenapa? Kau tak suka? Bagaimana dengan medis? Sudah melupakan semua itu, ya?" tanya Minhyuk lagi. Ia tahu bahwa perkataannya baru saja pasti menyinggung relung hati Jinho yang paling dalam. Namun Minhyuk membiarkan itu. Ya, setidaknya untuk beberapa saat mereka memikirkan hal-hal lain yang membawa mereka sampai pada detik ini.

"Aku hanya akan memiliki pengalaman itu. Selebihnya... harapanku sudah kusebutkan tadi ahahahaha..." Gelak tawa Jinho meledak. Mau tak mau Minhyuk juga mengimbangi tawa yang tiba-tiba itu. Namun sejujurnya, ia tampak lebih lega sekarang.

Sekali lagi Lee Minhyuk menyesap minumannya. Ia mengiyakan harapan Jinho untuk sama-sama jadi penulis hebat. Diam-diam dirinya bahkan berharap tulisannya mampu bicara tanpa terbatas kebebasan. Ia ingin, di balik nama besar Hui Seong sang penulis, ia tetap bersembunyi dalam sebuah kemerdekaan idealisme. Hanya itu.

"Kurasa aku akan merindukan momen yang kita habiskan bersama." Mata Minhyuk tiba-tiba terpaku pada sepasang muda-mudi yang tengah berdansa. Itu Eun Bi: dan rekan satu kelompok dramanya.

Gerakan Lee Eun Bi tampak begitu kaku meski orang-orang percaya bahwa ia bisa berdansa. Kemudian sekalimat tanya menggema di telinga gadis itu. Ini soal: kau menyukai atau mencintai Lee Minhyuk. Sontak Eun Bi menjaga jarak pandang dari rekan satu kelompoknya. Kemudian suara pecahan kaca terdengar di mana-mana: mereka datang!

Sekitar tiga orang polisi Jepang dengan tongkat panjang datang membabi buta memporak-porandakan Carpe Diem. Beberapa orang yang menghalangi mereka bahkan dipukul, tak diberi ampun. Para wanita berteriak. Semua orang yang tengah berpesta terkejut.

"Siapa pemimpin rombongan yang baru saja menyelesaikan tur mereka?!" teriaknya. Lee Minhyuk dan Lee Jinho bertatapan. Minhyuk kemudian mendekat pada ketiganya dan mengatakan bahwa dirinya adalah pemimpin rombongan.

"Bawa dia!" Tanpa menunggu waktu, Lee Minhyuk diringkus. Ia diseret menuju kantor polisi, sementara rekan-rekannya yang lain masih gelisah memikirkan soal apakah ini hingga pemuda itu ditangkap.

Jinho yang memutuskan untuk mencari tahu soal penangkapan itu kemudian kembali secepatnya menemui rekan kelompok yang lain. Ia bilang, Minhyuk takkan dilepaskan kali ini. Sepele. Itu semua hanya karena dialog Kim Young Il soal kebebasan—sekalipun naskahnya sudah lulus sensor. Tidak ada yang tahu di sisi sel mana Minhyuk akan 'didisiplinkan', yang pasti, tempat itu gelap dan lembab. Mengerikan.











-----___u___-----

[2019] SOMEDAY (Sequel of Hour Moment) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang