Im Hyunsik merenung di dalam ruangan kecil yang sama seperti sebelumnya: ruangan yang ada di Mokpo, markas rahasia pemuda gabungan Joseon yang beberapa waktu lalu berhasil meneriakkan perlawanan dengan secuil kerusuhan terencana. Pada kesempatan ini, Im Hyunsik dan rekan-rekan seperjuangannya akan melancarkan pemberontakan lain yang dinilai jauh lebih besar dari yang ada di Mokpo. Katanya, itu akan terjadi di Gyeongsong malam ini, ketika para petinggi, pejabat, dan para aristokrat lain mengadakan sebuah pesta pertemuan.
Tidak ada surat wasiat yang ditulis oleh Hyunsik seperti sebelumnya. Ya, masing-masing relawan selalu menuliskan surat wasiat untuk orang-orang terdekat mereka, barangkali nanti dalam insiden mereka terbunuh. Im Hyunsik tidak melakukannya kali ini. Ia akan melakukan hal besar di kota kelahirannya. Tidak ada yang tak mungkin, namun ia percaya bahwa di sanalah nanti semua bermuara.
"Hyunsik-Hyung, kau sungguh tidak memberitahu keluargamu soal ini?" Ha Seong menghampiri Im Hyunsik yang sedang menenggak kopinya.
"Kita berada di Gyeongsong sekarang. Tidak. Akan lebih baik kalau mereka sampai akhir tidak tahu aku tergabung dalam organisasi ini. Aku melakukan semua demi keluargaku. Ada yang pernah bilang, jika tangan kananmu melakukan suatu kebaikan, jangan biarkan tangan kirimu tahu..." jawabnya sambil tersenyum. Ia tampak gusar.
"Aku tahu. Tapi... kita semua di sini takkan pernah lepas dari risiko. Bagaimana jika..."
"Jika aku tiba-tiba gugur dalam insiden itu?" tanyanya. Ia tersenyum, lagi. "Pada kekasihku, aku sudah menyampaikan sepotong maaf. Ia berjanji akan melakukannya. Ibu selalu meyakinkanku untuk tidak pernah mati seperti adikku, maka aku memutuskan mati sebagai pejuang jika itu memang harus. Pada sahabat-sahabatku, yang ada di sini, atau bahkan yang berada di tempat lain, jalan kita sama," lanjutnya.
"Hyung... itu benar-benar..."
"Jika kau berpikir bahwa aku sedang berpuisi atau menulis sebuah novel, percayalah aku tak sedang melakukan semua itu. Sudah ada orang lain yang bergerak di bidang sastra, bahkan menuliskan hal-hal yang terjadi kemarin, hari ini, dan besok. Jadi aku tak melakukan itu, Ha Seong-ah..." Hyunsik menepuk pundak Ha Seong dua kali. "Bagaimana dengan istri dan anakmu?" lanjutnya.
"Mereka menangis begitu sedih. Padahal aku berjanji untuk pulang dan membawakan mereka sebuah kebebasan..." Ha Seong tersenyum. Bibirnya gemetar.
"Memang...itulah yang terjadi ketika kau berpamitan. Kau akan melihat berbagai jenis air mata kesedihan yang tidak pasti. Jangan berlarut-larut, Ha Seong-ah. Mari kita lakukan semuanya sesuai rencana dan cepat pulang. Persiapkan senjatamu, beberapa saat lagi kita berangkat. Kajja..." Im Hyunsik bangkit. Pemuda itu menyelipkan pistol yang baru saja ia rakit, mengenakan flidder hat miliknya, rompi cokelat dan celana bernada sama, pun sepatu pantofel yang derapnya pasti.
Hyunsik berdiri di tengah-tengah kelompok pemuda gabunga Joseon yang siap berangkat malam itu. Dengan suara rendahnya ia menyampaikan bahwa tujuan terakhir dari misi mereka adalah mencapai dua tujuan melalui operasi tipuan. Jika mereka sudah menduga akan ada serangan dari Aliansi Pemuda joseon, mereka akan memastikan semua polisi keamanan menyebar di sekitar area pesta. Gabungan pemuda Joseon akan memanfaatkan situasi itu. Kemudian suara tembakan meletus di udara.
"Mwoya!! Ada apa ini? Kita bahkan belum berangkat menuju lokasi! Tapi kenapa..."
"Semua bersiap!!" teriak Im Hyunsik. Tanpa terlihat terkejut, ia justru tersenyum dalam diamnya. Pemuda itu minggir, berlindung di balik dinding dan bersiap dengan pistolnya, bergerak perlahan, kemudian melihat ke luar dari celah lubang di dekatnya. Banyak polisi bersiaga di luar, beberapa berlarian sambil mengacung-acungkan senjata laras panjangnya.
"Hyung, apa yang terjadi? Mengapa tiba-tiba ada tembakan?" tanya Ha Seong.
"Orang yang lebih dulu membuka pintu menuju ruang bawah tanah, ialah mata-matanya." Im Hyunsik mengarahkan pistolnya tepat ke kepala seorang pemuda yang tangannya menyentuh gagang pintu yang terletak di lantai-yang menuju ruang bawah tanah, rute pelarian rahasia organisasi mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2019] SOMEDAY (Sequel of Hour Moment) ☑️
Tarihi Kurgu#1 btob (04.05.19 - 04.06.19) Lee Eun Bi pada akhirnya tumbuh tanpa sosok Changsub, kakak yang paling ia sayangi. Sekitar tahun 1920-an akhir mereka terpisah. Kerusuhan yang terjadi akibat kecurangan Jepang atas lomba lari marathon terjadi secara ti...