9 > Deja'vu

1.5K 119 5
                                    

P/s : Play media











“ Accept the reality of our story ”

———


















SUASANA di Kuala Lumpur International Airport pada ketika itu agak sibuk dan sedikit bising. Di satu sudut , Iffat memeluk tubuh Hessa si adik ipar kesayangannya itu erat. Lama mereka berkeadaan begitu sehinggalah Hilman berdehem beberapa kali dan pelukan terlerai.

Hessa ingin melanjutkan pelajarannya ke University of Manchester . Setelah puas memujuk Datin Rahayu, Akhrinya si ibu itu terpaksa melepaskan anak gadis Kesayangannya itu pergi demi mencapai cita-cita nya.

Janjinya pada Han ,

" Akak , nanti waktu Hessa tak ada tolong tengokkan Mummy tau? — nanti kalau Hessa boring kita skype eh kak? "Hessa tersenyum dan Iffat hanya mengangguk perlahan.

" Mummy , nanti waktu Hessa tak ada please don't think to much okay?. Please jangan overthinking pasal Hessa . I've been there before so no worries lagipun Hanan ada dekat sana dengan abang dia. Don't  worry okay? Kalau mummy sunyi keluar je dengan kawan-kawan datin mummy tu — haa tak pun ajak daddy pergi dating " Dato Umar menggelengkan kepalanya perlahan melihat telatah anak bongsunya itu.

" Sekarang ni siapa yang risaukan siapa? " Hessa mencebik.

" Hessa takut kalau , Hessa tak ada nanti you will keep thinking about abang Han. I'm just — i don't want you to be sad " Hessa memeluk tubuh Datin Rahayu erat. Berat hati ingin meninggalkan wanita itu sendiri di rumah.

Iffat menoleh ke arah lain dan cuba untuk menahan dirinya daripada menangis. It's so difficult to live without him by yourside.

" Jangan risaukan mummy. Now you young lady. Mummy daddy hantar pergi belajar jauh-jauh, yuran mahal-mahal belajar elok-elok. Jangan nak menggatal cari boyfriend dulu. Finish your study first and lepastu kamu nak menggatal pun mummy tak kisah " Pipi Hessa di cubit manja.

" I know , i won't let you guys down especially abang Han "

Again

Why Hessa Ulyana?

Dalam sehari ni aje Iffat sudah dengar berkali-kali nama lelaki itu di sebut.

" Eh dah la tu berdrama , tu pergi masuk cepat. Nanti kena tinggal baru tahu. Jaga diri elok-elok. Kalau duit tak cukup , please let me know okay? " Hilman mencelah apabila panggilan kedua untuk masuk ke dalam balai berlepas kedengaran .

" Hessa pergi dulu ya semua! Assalamualaikum " Hessa menarik bagasinya masuk ke dalam balai berlepas sambil melambaikan tangan ke arah keluarganya.

" Iffat , mummy balik dulu ya? Nanti kalau ada masa datanglah rumah .  Bawak Dayang dengan Ian sekali " Ajak Datin Rahayu sebelum tubuh kecil Iffat ditarik ke dalam dakapan dan melagakan pipi.

" InshaAllah mummy " Iffat memerhatikan Datin Rahayu dan Dato Umar yang sudah melangkah jauh ke hadapan bersama Hilman.

Baru saja Iffat berkira-kira untuk pergi tiba-tiba bahunya dirempuh kasar oleh seorang lelaki bertubuh sasa dan dompet milik lelaki itu terjatuh di hadapan kaki Iffat .

Dompet tersebut di ambil dan laju iffat mengejar langkah lelaki tadi.

" Encik! " panggil Iffat namum lelaki tidak menoleh ke arahnya.

" Encik! " Kali ini Iffat cuba memanggil lelaki itu sedikit kuat dan akhirnya lelaki itu berhenti melangkah dan perlahan-lahan tubuhnya berpaling menghadap ke arah Iffat.

Gadis itu tersentak.

This situation , it's kinda familiar.

Lelaki tadi melangkah setapak demi setapak mendekati Iffat yang sedang berdiri si tengah jalan dan mematung sambil matanya tidak lekang daripada memerhatikan dompet lelaki tadi.

“ Girl , kalau tak ada duit pun tak perlulah sampai nak mencuri ”

Memori itu masih jelas di ingatan ,

Dompet yang berada di dalam gengaman Iffat dirampas semula oleh pemiliknya. Ya, lelaki tadi betul betul berdiri di hadapannya sekarang.

" Where's your manner young lady? Tak tahu ke buka dompet orang sesuka hati itu perbuatan biadap — wait , hold on . Kau nak mencuri ke apa ni? " Iffat tergamam.

Serupa.

Is that what we called deja'vu?

" Dompet awak jatuh dan saya cuma mahu pulangkan pada tuannya. Itu sahaja " balas Iffat yang masih merenung ke arah lantai airport tersebut.

" Masih dikira biadap , you can't open someone's purse without their permission " bebel lelaki itu.

" Now look at you — awak dah buka dompet saya itu dah di kira biadap dan sekarang bila saya bercakap you don't even look into my eyes . Tch-tch , sweetheart haven't you learn that when someone is talking you must look into their eyes and saya cukup pantang bila saya tengah bercakap tapi orang itu tak pandang wajah saya dan lihat ke dalam mata saya. It's feel like you are talking with the floor "

Iffat kemam bibir. Tiba-tiba hatinya berapi-api mendengar kata-kata yang tidak bertapis daripada lelaki itu. Perlahan-lahan wajah diangkat dan iris mereka bertembung.

Iffat terkedu dan tiba-tiba sahaja matanya berkaca-kaca .

" Eh-eh awak ni dah ke— " lengan Iffat yamg hampir jatuh ke tanah itu sempat di capai oleh lelaki itu dan laju tubuh kecil Iffat di tarik ke dalam dakapan.

" I don't easily let people touch my luscious body abs , you should be grateful because you're the first one who touched it " laju bahu lelaki itu di tolak kasar.

" Sa-saya mimta maaf! Sa-saya pergi dulu! " tanpa menunggu balasan daripadanya Iffat membuka langkah dan meninggalkan lelaki itu yang masih terpinga-pinga sendirian.

" Naughty girl , it's okay . I will make sure we will meet again sweetheart. We haven't finished yet "



2.5 | Ps : I Love you Where stories live. Discover now