30. Kali kedua

1.2K 153 21
                                    

(gaes ini gue cepatin lagi, karena gue mau fokus ke masalah nya dan gak mau nunda nunda lagi, so ditunggu gaes dan maaf kalo ada beberapa chapter yang gak nyambung)

Happy reading ^^


Semenjak datang nya Jisoo, Seokmin mulai sedikit ada perubahan, kalau sikap cuek dan ketus nya sih gak ada cuman Seokmin sudah jarang bareng Yuna begitu, cuman sering di kantor aja, pulang kantor juga selalu Yuna duluan, lagi lagi Seokmin yang suruh selalu dengan alasan kalau dia lembur, padahal beberapa kerjaan kan Yuna yang kerjakan. Yuna tahu, kalau Seokmin sebenarnya bertemu Jisoo. Jujur apa sih susah nya, Yuna gak bakal marah besar juga.

Yuna mau larang pasti balasan nya gak usah ikut campur urusan orang lain,walaupun Yuna belum larang dan Seokmin gak pernah bilang begitu. Tapi Yuna selalu tau dari tatapan Seokmin kalau dia gak mau di ganggu atau urusan nya di ikuti campuri.

Seperti sekarang, Yuna sedang menunggu Seokmin pulang, di ruang tengah rumah nya. Mata ke arah tv tapi pikiran entah berada dimana. Pikiran nya terus terusan memikirkan Seokmin yang belum pulang pulang. Tadi Yuna sempat berniat ikut Seokmin berada di kantor saja, kali ini Seokmin benar benar lembur, kerjaan memang banyak dan Yuna tadi sempat bantu sampai akhirnya Yuna di suruh Seokmin pulang aja. Bakal lama kalau nunggu dia, gitu kata nya.

Tapi sekarang sudah jam 11 malam, mau setengah 12 malam malahan dan Seokmin belum datang datang juga, di chat bahkan belum di baca sama sekali. Berulang kali Yuna telpon jawaban juga sama, gak aktif.

Yaudah, Yuna berniat nungguin Seokmin di ruang tengah dengan tv yang menemani walau Yuna sibuk memikirkan yang lain.

Sekitar jam 12 pas, Seokmin baru datang, Yuna yang baru terlelap langsung terbangun begitu mendengar suara deru mobil Seokmin. Lantas Yuna langsung berlari menuju pintu dan membuka pintu.

Dan,

Apa yang Yuna lihat? Bukan Seokmin yang bersama Jisoo, bukan, melainkan datang dengan di antar oleh Hoshi dalam keadaan mabuk berat.

"Loh Kak? Seokmin kenapa? Kok bisa mabuk? Terus kok bareng Kakak?" Tanya Yuna bertubi tubi, Hoshi yang sedang membopoh Seokmin hanya mendengus pelan.

"Tadi dia nelpon gue, gue kira Seokmin yang nelpon beneran walaupun dari nomor nya ternyata cewe, gue gak tau siapa, dia minta tolong jemput Seokmin dan antar pulang, gue bawa ke kamar aja biar langsung tidur Seokmin nya."

"Iya Kak,"

Yuna menuntun Hoshi menuju kamar nya di lantai 2, setelah meletakkan Seokmin, Hoshi pamit pergi.

"Oh iya Yun, gue mau kasih tau, sebesar apapun rasa kecewa lo nanti jangan sampai lo ubah menjadi benci. Cukup kecewa karena itu pun sudah sakit, benci gak ada guna nya yang ada nanti punya dendam. Gue cuman mau ingatin itu aja. So, kalau lo ada apa apa jangan sungkan hubungi gue atau yang lain, kami siap bantu."

Hoshi mengacak rambut Yuna pelan dan tersenyum. Perkataan Hoshi memang ada benar nya, kalau pun kita kecewa jangan sampai ada rasa benci terbesit di hati kita. Kita memang kecewa bukan berarti harus benci, kita benci berujung memiliki dendam. Balas dendam gak ada guna nya, yang ada malah kena karma sendiri.

Jadi, Yuna belum berada di tahap tersebut, tetapi baru memasuki tahap tersebut. Dan Yuna sudah persiapkan hati nya, jika kecewa Yuna seberusaha mungkin akan menutupi nya walau susah karena luka yang di buat bukan sekedar biasa, sangat menyakitkan dan susah di lupakan, bahkan terus terusan terasa di hati.

"Makasih Kak saran nya, maaf ngerepotin tengah malam gini." Yuna mengantarkan Hoshi sampai depan rumah.

"Gak ngerepotin, gue malah merasa senang karena bisa bantu lo Yun, jujur gue masih merasa bersalah banget."

My Seokmin! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang