Haechan muram, omega manis itu mengetuk - ketukkan penanya pada meja kayu di depannya. Ia sama sekali tidak memperhatikan penjelasan gurunya, ia bosan—amat sangat bosan. Pandangannya ia alihkan menuju lapangan yang ramai dipakai anak kelas lain untuk bertanding bola. Jujur saja—si Lee itu tak begitu menyukai sepak bola, namun entah mengapa melihat sekumpulan lelaki berteriak sembari menendang bola menjadi lebih mengasyikan dari sebelumnya.
"Lee Haechan, apa kau mendengarkanku?"
Omega itu menoleh untuk sekedar formalitas, menatap gurunya dengan tatapan datar tanpa adanya jawaban sama sekali.
"Lee Haechan?" Ulang sang guru sambil mengetuk - ketukkan spidolnya di papan tulis, atmosfer di kelas itu berubah menjadi mencekam karena yang memiliki nama Lee Haechan tidak segera menjawab dan malah menunjukkan wajah angkuhnya.
"I quit," Sambarnya cepat sambil berdiri dari kursinya, yang membuat chairmate dan sekaligus sahabatnya—Na Jaemin—berjengit kaget. "Aku menyuruhmu untuk menjawab, bukan pergi." Kata sang guru, masih menatap anak didiknya itu dengan tatapan datar dan sarat akan amarah.
Tapi, bukan Haechan namanya jikalau ia akan menurut begitu saja. Dengan langkah santainya ia berjalan keluar, tak lupa dengan tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya yang memiliki sobek di beberapa tempat. Sang guru hanya bisa mendesah pelan, kelakuan Haechan itu benar - benar tidak mencerminkan bagaimana stereotip seorang omega bertindak. Sopan santun dan menurut bukan lah tipe lelaki itu dalam hidupnya.
Haechan berjalan tanpa memedulikan bagaimana tatapan sinis dan juga aneh anak kelas lain yang melihatnya keluar menuju taman belakang sekolah. Ini bukanlah kali pertama maupun kedua ia membolos dan berdiam diri di taman sendirian, tapi orang sekolah memang takkan pernah terbiasa akan hal itu. Membolos bukanlah hal lumrah dalam etika pelajar.
Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa tidak aman berada disana. Di pinggir lapangan, ada seorang alpha yang memandangnya dengan tatapan bak sembilu. Ia melihatnya, dan alpha itu tetap memandanginya dengan iris keemasan miliknya. Tunggu, apa dia sedang rut?
Bodoh, jika ia sedang rut mana mungkin ia masuk sekolah! Umpatnya dalam hati sambil kembali melanjutkan langkahnya kearah gerbang belakang sekolah yang terkunci. Untuk apa pula dirinya memikirkan seorang alpha—eh? Membuang waktu saja. Lelaki itu menggulung lengan bajunya, memanjat pagar itu tanpa kesusahan karena ia sudah sangat terbiasa memanjatinya.
"Hei,"
Haechan yang sibuk memerhatikan langkahnya turun dari pagar terkejut dengan kedatangan alpha bersurai hitam yang daritadi menatapnya dari pinggir lapangan seberang. "Kau membolos lagi?" Ujarnya dengan tangan bersedekap. Entah Haechan yang terlalu cuek dengan sekitarnya atau alpha itu memanglah seorang murid baru disini—tapi si omega rasa ia tak pernah melihatnya sebelumnya. Mengapa tiba-tiba ia memergokinya seperti ini?
"Bukan urusanmu." Kata omega itu ketus sambil terus melanjutkan langkahnya turun, tapi alpha itu mencekal kakinya yang masih berpijak pada sela pagar dengan erat. Membuatnya sempat terlonjak dan hampir terjungkal turun dari sana.
"HEI! Apa yang coba kau lakukan?!" Bentak Haechan sambil berusaha menggoyangkan kakinya untuk melepaskan cekalan tangan itu, "Kembali kesini." Perintah sang alpha seraya mengeratkan cengkramannya pada kaki Haechan yang membuatnya meringis kesakitan. Sialan, dia ini siapa sih?!
"Aku tidak suka menuruti perintah seseorang, apalagi yang tidak kukenal." Sarkas nya sambil terus berusaha melepaskan kakinya yang membuatnya hampir limbung ke belakang. "Aku tidak mengulangi perintah yang sama dua kali." Jawab lelaki dengan surai hitam itu sembari menambah cekalan tangannya pada kaki Haechan yang sebelah kanan. Lelaki itu benar-benar tidak bisa bergerak sekarang karenanya.
"Tapi aku juga tidak mengulangi kata-kataku dua kali, Tuan alpha. Jadi, tolong lepaskan aku sekarant."
Sang alpha terkekeh dengan sifat bebal sang omega, ia menatapnya dengan sorot yang meremehkan. "Kembali atau aku patahkan kakimu." Ancam nya sambil meremat erat - erat kaki itu yang membuat empunya kesakitan.
"Tidak akan!"Si Lee melepaskan pegangannya pada pagar, yang membuat tubuhnya langsung jatuh begitu saja ke belakang. Sang alpha yang tau maksud dari perlakuan itu langsung mencengkram kakinya lebih erat, omega itu ingin menjatuhkan dirinya agar ia refleks melepaskan kakinya. Tetapi perlakuan alpha itu membuat kepala Haechan langsung membentur lantai, ia turun dengan posisi kepala dan punggung berada di lantai sedangkan kakinya masih menggantung di pagar tak lupa dengan tangan alpha gila itu yang masih setia memeganginya.
"Sialan kau!" Umpat Haechan sambil merangsek mundur, berusaha melepaskan lelaki aneh yang terus menatapnya dengan kesal. "Naik kembali, aku tidak suka ada yang melanggar perintahku."
Bukan Haechan memang jika ia akan menurut, jadi Haechan putuskan bahwa ia lebih baik diam saja. Yang membuat sang Alpha murka, "Baiklah jika kau tidak ingin menurut," Alpha itu melepaskan cengkramannya, yang dimanfaatkan Haechan untuk kabur. Sementara dirinya memanjat pagar itu dengan cepat, berlari mengejar seorang omega yang baru saja melanggar perintahnya.
Haechan berlari ke arah bangku taman, ia mengatur nafasnya yang tak beraturan. Belum pernah Haechan melihat aura yang sangat menindasnya, bahkan ayahnya pun tidak pernah menguarkan aura seperti itu ketika marah. Alpha yang menyeramkan! Gumam Haechan dalam hati, "Oh, disini kau rupanya, manis."
Deg!
Debaran hati Haechan tak menentu kala mendengar suara sang Alpha yang berada tak jauh di belakangnya, ia memalingkan wajahnya untuk menatap wajah lelaki itu. Auranya benar - benar menyeramkan, dengan sorot mata tajam sarat akan penekanan membuat Haechan gugup. Belum lagi feromonnya menguar begitu pekat yang membuat Haechan pening.
"Aku tidak pernah main - main dengan ucapan ku, Lee Haechan. Omega kelas sebelahku, huh?" Lelaki itu beringsut mendekat yang membuat Haechan ketakutan setengah mati, feromon yang dikeluarkannya membuat Haechan pusing.
"Mark my words, you will never get out of my sight." Ucap sang Alpha penuh penekanan, bahkan tanpa mengeluarkan suara bariton Alphanya Haechan sudah dibuat ketakutan olehnya. Lalu ia melenggang pergi, menyisakan Omega Manis itu terdiam seribu bahasa, tak lupa dengan dahi yang deras akan keringat.
✿dissident✿
dah lama ga nulis. wk.
KAMU SEDANG MEMBACA
dissident | markhyuck
FanfictionMark ingin memberi kuasa penuh atas Haechan di tangannya, namun, sepertinya membuat omega itu patuh sedikit sulit. ➸ markhyuck omegaverse fanfiction. warn : bxb, mature, explicit sex, violence, harshwords. ( © RE0NJWIN, 2O19. ) [ COMPLETED. ]