11

53.1K 6K 302
                                    

Siapa yang tidak mengenal Mark?

Jawabannya? Tidak ada.

Dia terkenal dengan aura mengintimidasi khas Alpha nya, tak lupa dengan nilai plus pada wajah tampannya. Ya—Haechan juga tahu soal itu, tapi mana peduli dia soal Mark dan segala kelakuan brengseknya. Haechan benar - benar tidak peduli.

Haechan benar - benar bodoh mau saja ditandai oleh Mark. Ia terlalu terperangkap dalam kabut penuh nafsu. Padahal—saling mengenal lebih jauh saja tidak, huh. Haechan tidak yakin benar Mark benar - benar menyukai dirinya. Hei—dia ini pembangkang, urakan, dan satu lagi; dia juga tidak pintar. Tidak ada yang membanggakan sebenarnya jika disandingkan dengan Omega - Omega lainnya—seperti Jaemin dan Renjun yang cukup rapi dan pintar.

Apa karena justru itu—Ayahnya malah menjodohkan dirinya dengan Mark Lee? Kurang ajar. Dari sekian banyaknya penduduk di kota ini kenapa harus Mark— jerk—Lee?

"Persetan dengan mate," DesisnHaechan gamblang sambil menendangi kerikil di depannya, Jaemin menatap Haechan dengan tatapan bingung. "Haechan?"

"Hum." Jawabnya tanpa memandang eksistensi Jaemin disampingnya. Mereka berdua sedang berjalan menuju halte bus terdekat—untuk pulang kerumah tentunya.

"Sebenarnya ada apa dengan mate mu?" Tanya Jaemin sambil memandang wajah lesu sahabatnya. Entahlah, hanya Jaemin rasa atau semua orang juga merasakannya, Omega itu selalu murung semenjak ia telah bonding dengan mate nya. Jaemin itu peka sekali, memang. Berbeda dengan Haechan yang tidak peduli—tapi, yah, ia berusaha peduli hanya untuk Jaemin.

"Entahlah, terkadang aku berpikir untuk me-reject mate ku sendiri. Dari sekian banyak nya orang—kenapa harus dia?" Kata Haechan yang berputus asa. Jaemin bersumpah baru melihat Haechan terlihat putus asa, Omega Manis itu biasanya selalu terlihat tanpa beban. "Hey, tenanglah. Tuhan tahu mana yang terbaik untukmu, dia pasti baik, kok. Hanya—belum waktunya ia menunjukkan sisi baiknya."

"Hey, Jaemin. Apakah kamu tahu seberapa mengerikannya Mark Lee?" Tanya Haechan spontan, "Eh—kenapa?" Tanya sang Omega Na bingung, ada apa 'sih dengan sahabatnya itu? "Tidak apa, kelihatannya ia tak semengerikan yang orang - orang bilang,"

"Haechan—kamu tidak tahu, ya kalau Mark pernah membantai 50 orang sendirian setahun yang lalu. Saat terjadi perseteruan dengan sekolah lain," Pemuda Na itu menghela nafasnya pelan, "Belum lagi kudengar dia penerus perusahaan keluarga Lee. Dia menyingkirkan semua perusahaan musuhnya tanpa campur tangannya sendiri—itu gila,"

Haechan menenggak ludahnya. Sebegitu mengerikannya, 'kah? Itu berarti—ia tinggal satu rumah bersama monster? Ah, tidak. Mark tidak semengerikan itu!

----

Mark itu—otoriter. Sepertinya sedikit susah mencocokkan dirinya dengan—si pembangkang—Haechan. Sangat - sangat susah. Mark berusaha menahan gelojak amarahnya ketika mate nya itu selalu melanggar perintahnya, wajah pongah nya akan selalu nampak disertai dengan kata, "Untuk apa ada peraturan, itu hanya akan aku langgar."

Dan—hari ini Mark sedang diuji kesabarannya lagi. Haechan melanggar peraturannya untuk pulang sebelum jam sepuluh malam. Omeganya itu pulang jam sebelas lebih sepuluh menit.

"Apa ada alasan klise lain?" Tanya Mark yang sedikit jengah sambil melipat kedua tangan di dadanya, feromonnya yang memabukkan sekaligus mengintimidasi Haechan menguar memenuhi ruangan. Haechan bungkam.

"Apa kau mendadak bisu?" Tanya Alpha itu sambil berjalan mendekat, Haechan diam ditempatnya, tangan - tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Haechan tidak memiliki alasan khusus untuk itu. Dia hanya bertarung dengan seorang Alpha yang hampir memperkosa dirinya—Dasar sialan.

Mark dapat mencium bau feromon yang tumpang tindih pada Haechan, hey—apakah mate nya itu tidur dengan Alpha lain. Tidak - tidak, Mark tidak boleh salah mengambil persepsi begitu saja. Haechan itu sulit untuk ditebak.

"Aku tidak tuli." Katanya sambil menatap Mark tajam, Alpha itu tahu jika ada secercah rasa takut di lubuk hati sang Omega. Lucu sebenarnya, Omega itu terlalu sok berani. "Lalu? Apalagi? Jawab pertanyaanku." Kata Mark.

"Atas dasar apa kau berhak menyuruhku?" Kata Haechan menantang, sifat rebel nya itu memang melekat kuat dengan dirinya. "Bear, aku ini mate mu—,"

"Oh, ya? Kata - kata mate itu hanya kau gunakan untuk mengaturku, 'kan? Kemana kata mate untuk pasangan yang sesungguhnya? Tidak ada, hah?" Kata Haechan kesal sambil berjalan menuju kamarnya, Mark yang tersulut emosinya langsung mencengkram erat tangan Haechan dan membantingnya ke lantai. Mata keemasannya menatap lekat - lekat Haechan yang terduduk di lantai.

"Hei—dengar," Mark memposisikan dirinya agar setara dengan Haechan, "Kamu ini benar - benar susah diatur, Lee Haechan. Tidur dengan siapa kau, hah?"

Haechan mengernyit heran, dengan siapa dia tidur? Hey, dia tidak tidur dengan siapapun. "Apa maksudmu, jerk?"

"Feromonmu tercampur dengan Alpha lain, tidak cukupkah kau denganku? Dasar jalang." Umpat Mark yang langsung membuat hati Haechan memanas, Alpha sialan itu mengatai dirinya jalang? Hei, dia ini bukanlah Omega murahan yang memamerkan lekuk tubuhnya pada Alpha lain. Dia bahkan jelas - jelas membenci Alpha yang merendahkan Omega.

"Hei, dengar, ya. Aku tadi bertarung dengan Alpha sialan yang berusaha memperkosa diriku! Jangan asal bicara, jerk!" Kata Haechan sambil mencengkram kerah baju Mark. "Oh, ya? Bertarung di ranjang maksudmu, 'kan?" Kata Mark mengejek, Haechan dengan segenap rasa emosinya meninju wajah Mark hingga Alpha itu terhuyung, dan melemparkan Alpha itu ke sofa.

"Sialan, fuck off! Aku bukan jalang!" Katanya kesal sambil melayangkan bogemannya ke wajah Mark sekali lagi. Mark menyunggingkan seringai khasnya kepada Haechan, ternyata Omeganya itu memiliki sumbu yang pendek. Mark mencengkram lengan sang Omega, memutarbalikkan posisinya. Haechan yang terkungkung dibawahnya menggeliat tidak terima. "Oh, ya? Sungguh 'kah? Apa kau marah karena tebakan ku benar?"

"Aku bukan jalang," Desis Haechan sambil menatap iris keemasan milik Mark, sungguh, memiliki mate seperti Mark membuatnya darah tinggi setiap hari. "Kau tidak akan pernah mempercayaiku, karena kau ini tidak sungguh - sungguh ingin menjadi mate ku, 'kan?" Tanya Haechan menantang, sudah cukup. Mark benar - benar menunjukkan bahwa dia tidak benar - benar menginginkan Haechan.

"Siapa yang bilang begitu?" Kata Mark sambil membelai pipi sang Omega, Haechan ingin menepis tangan Mark tapi tangannya ditahan. "Aku, sendiri." Jawab sang Omega.

"Aku sungguhan ingin menjadi mate mu—waktu itu aku bertanya agar kau tidak menyesal kemudian hari. Salah sendiri terlalu percaya." Kata Mark sambil tertawa kecil. Oh, jadi Mark hanya menganggapnya sebagai mainan saja, begitu?

"Fuck you!"  Umpat Haechan sambil meronta, "I love you too," Jawab Mark sambil menarik tubuh sang Omega naik ke lantai atas, jangan bilang—

"You don’t wanna know my darkest side, huh?Haechan berani bersumpah, mata Mark yang keemasan itu begitu mengerikan diterpa cahaya bulan. Feromon milik Mark begitu memabukkan membuat Haechan pusing. Tiba - tiba tangannya disentak oleh sang Alpha, "Answer. Me. Little brat!"

Oh, tidak. Haechan harus bersiap karena Mark sedang marah saat ini. Haechan baru saja menyadari—Mark membuka kepribadiannya yang lain.

✿dissident✿

eH NGAMUK.
apakah cerita ini akan berisi teori?(•‿•)

dissident | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang