6 ⚠️

99.1K 7.5K 640
                                    

[ warn! this chapter gonna be lil bit explicit. ]

"Sebenarnya kau ini mengerti soal tatakrama tidak?"

Haechan menunduk dalam - dalam, aura Mark begitu mengerikan sehingga membuat Omega dalam dirinya menolak untuk memberontak. "Answer me." Jawab Mark yang mulai habis kesabaran, "Mana ada orang tua yang tidak mengajari anaknya tatakrama." Jawab Haechan mencoba merendahkan egonya, tapi tetap saja seperti itu. Mark menghela nafasnya pelan.

"Dengar, sampai kapanpun kau ini hanyalah Omega kecil sok berkuasa, jadi jangan selalu merasa kau ini selalu bisa semuanya." Sarkasme dari sang Alpha membuat Haechan mendecak sebal, ia bisa melakukan segalanya, ia bisa melakukan hal yang dilakukan oleh Alpha. Haechan tidak perlu seorang Alpha untuk mendampinginya. "Kau tidak mengenalku lama, bukan? Lantas, kenapa kau menceramahiku seolah kau sudah mengenalku sejak lahir?" Jawab Haechan ketus.

"Im your mate, bear. Aku ini belahan jiwa mu, aku memang belum mengenalmu lama. Tapi, aku berusaha untuk mengenalmu sekarang, apa aku belum terlambat?" Tanya Mark yang membuat Haechan terdiam seribu bahasa, "A. . .Aku tidak tahu," Jawab Haechan lirih sambil menunduk, "Tidak apa kalau memang kau belum siap. Aku bisa menunggunya," Jawab sang Alpha terlewat lembut. Haechan sedikit terkejut beberapa detik, apakah dia ini sungguh - sungguh Mark?

Haechan cukup lama berkutat dengan pikirannya, tanpa menyadari Mark yang sudah turun dari pagar dan masuk ke area sekolah. Dan akhirnya Haechan pun memasuki area sekolah yang sebentar lagi selesai jam belajarnya.

----

Jaemin memeluk tubuhnya sendiri yang menggigil, tubuhnya begitu sensitif terhadap sentuhan apapun akibat pengaruh heat nya. Omega itu kesakitan, ia butuh seseorang disampingnya sekarang. "Akh!" Cairan Omeganya meluber membasahi paha, Jaemin kepayahan menahan ledakkan gairahnya. Ia mencari ponselnya, menekan nomor Jeno yang kemarin Jeno beri pada dirinya.

"Jen--aakhh!" Jaemin memekik kala merasakan cairan Omeganya meluber semakin deras, ia merapatkan kakinya sendiri menahan cairan itu agar tidak meluber lebih banyak. "A-aku akan segera datang! Bertahanlah!" Teriak Jeno seraya memutus panggilan itu. Jaemin menggulung tubuhnya di dalam selimut, rasanya seakan dirinya ingin meledak saat itu juga.

Jeno yang sudah mengetahui alamat apartemen Jaemin segera melajukan kendaraannya lebih cepat untuk menemui mate nya yang sepertinya kepayahan dengan heat nya. Jeno segera memakirkan motornya di halaman apartemen itu, menaiki tangganya dengan tergesa - gesa hingga hampir tersandung langkahnya sendiri. Bau feromon milik Jaemin benar - benar menyeruak di lantai 2 tempatnya tinggal, ini bisa menjadi hal buruk jika ada Alpha lain.

Jeno pun segera masuk ke kamar milik Jaemin, berlari dengan kilat menghampiri Omeganya yang menggeliat tidak karuan. "Hey, aku disini, tenanglah," Bisik Jeno lembut sambil memeluk Jaemin yang menangis. Jaemin menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher sang Alpha, mencium dalam - dalam feromon Jeno yang menenangkan.

"Jeno, help me, please." Pinta Jaemin sambil terus menahan cairan Omeganya merembes, sentuhan Jeno pada punggungnya mampu membuatnya melenguh pelan karena pengaruh heat nya. "What kind of help do you want, hm?" Tanya Jeno jahil sambil terus mengusap - usap punggung Jaemin guna menenangkan yang--justru membuat Jaemin semakin bergairah--.

"Jeno, aku ingin kau dan aku--akh!" Jaemin kepayahan melanjutkan kata - katanya karena Jeno menciumi lehernya dengan seduktif, Jaemin menggeliat karena sentuhan - sentuhan sekecil apapun membuat gairahnya meledak saat ini. "Nana looks so delicious," Seringai Jeno sambil menjilati tengkuk Jaemin, irisnya sudah berubah lebih pekat, taringnya siap untuk menandai Jaemin.

dissident | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang