13

48.1K 5.5K 450
                                    

Mark menyesal sudah membiarkan Ayahnya ikut andil dalam perjodohan Haechan dan dirinya-seharusnya tidak seperti ini. Ayahnya dan segala kesombongannya bercerita kepada rekan kerjanya, bahwa ia baru saja menjodohkan anaknya dengan seorang Omega Manis dari salah satu rekan bisnisnya.

Bodoh. Haechan akan menjadi sasaran empuk para mantan rekan bisnis Mark yang memiliki dendam padanya. Mark terlalu suka menenggelamkan mereka dalam jeratannya-melempar mereka jauh - jauh ke dasar. Tak perlu merasa kasihan apalagi tak enak hati, karena sejujurnya Mark tidak yakin masih memiliki kedua rasa itu atau tidak.

"Seharusnya ini tidak terjadi!" Keluhnya sambil membereskan berkas, rencananya Alpha itu akan pindah ke sebuah rumah yang-sedikit terpencil. Suasana perkotaan membuatnya semakin penat saja setiap harinya. Ia perlu sesuatu yang 'baru'. Haechan sedikit bingung dengan tingkah Mark yang lebih suka uring - uringan pada dirinya sendiri. Bagus, 'sih kalau Alpha itu cepat gila. Pikirnya sambil terkikik geli. Dengan begitu ia bisa kabur dari jeratannya, dan menjalani kehidupannya dengan tenang dan damai. Akhir yang bahagia.

"Apa yang kau pikir, huh?" Kata Mark sambil menatap Haechan yang masih tertawa tidak jelas, Omega itu segera mengubah mimik wajahnya secepat kilat. Haechan memang lebih banyak berekspresi daripada Mark. Omega itu tidak yakin Mark punya ekspresi lain selain datar dan senyum mengerikannya itu. "Apa yang kau maksud?"

"Lupakan," Kata Alpha itu sambil kembali mengurusi berkas - berkasnya, lagi. "Lusa kita akan pindah, persiapkan—,"

"TIDAK!" Jeritnya sebelum Alpha itu selesai berbicara, Mark menatapnya dengan tatapan penuh emosi di dalamnya. Kentara sekali Alpha itu sedang berusaha agar tidak meledak. "Lebih baik aku pulang saja kerumah Ayahku!"

"—dirimu sebelum aku melemparmu keluar dari rumah."

Hening. Haechan benci ini, argumennya selalu terbanting jauh dengan Alpha sialan itu. Padahal, 'kan Haechan sudah bersilat lidah dengan Mark setiap hari. "Sudah kubilang, bukan? Ayahmu tidak akan menerimamu lagi, dan jika kau kulempar keluar maka sudah dipastikan kau akan menjadi gelandangan diluar sana." Kata sang Alpha sambil tersenyum keji—apa - apaan itu. Mengancam atau memberi informasi?

"Jangan bercanda," Kata Haechan sambil menatap Mark sangsi, kerutan di dahinya menunjukkan bahwa dirinya sedang bersungut - sungut. "Kapan aku pernah bercanda?"

Huh, iya juga.

"Baiklah, segera berkemas mulai sekarang. Aku tidak akan membawamu pulang jika ada barang yang tertinggal," Kata Alpha itu sambil menutup pintu—Haechan menggeram marah. Apakah ini yang dia maksud?

Ketahuilah, Haechan. Masih ada hal yang lebih menakjubkan dari ini.

----

Haechan terkejut bukan main dengan rumah baru mereka—Mark tidak salah alamat, 'kan? Rumah yang berada diantara perbatasan hutan itu memang cukup mewah, sih. Tapi, mengerikan. Sepertinya Mark memang benar - benar gila sekarang.

"Kau gila?!" Ini kesekian kalinya Haechan mengatakan itu, seraya menyeret kopernya dengan kasar, "Berhentilah berbicara." Kata sang Alpha jengah, dirinya sibuk memindahkan beberapa barang dari taksi—tumben sekali dia menggunakan angkutan itu. Biasanya dengan sombong Alpha itu akan menolak mentah - mentah. Sebenarnya Mark habis makan apa hingga berubah drastis seperti ini?

"Semua ini gila," Kata Haechan sambil mendudukan diri di sofa berwarna marun. Masa bodoh dengan rumah ini, dia lelah. "Bereskan barangmu." Perintah Alpha itu sambil masuk ke dalam suatu ruangan, si sialan itu tidak membiarkan Haechan istirahat, apa?! Haechan hanya menatap Mark dengan tatapan sengit sebelum punggungnya menghilang dibalik pintu.

dissident | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang