[ warn! this chapter gonna be explicit ( not lil bit again, hehe. ) ]
Haechan menatap mata keemasan milik Mark dengan cemas, kesadarannya mulai direnggut Omeganya. Dirinya butuh sentuhan--dirinya butuh Mark, dia butuh mate nya.
"Sepertinya kau memang harus dihukum." Kata Mark sambil menarik lengan milik Haechan, sementara Haechan sudah tidak memiliki tenaga untuk melawan. Ia pun langsung terbaring dengan posisi tengkurap di ranjangnya. "Wah, kemana Haechan kita yang pembangkang? Apakah dia sudah menghilang?" Ejek Mark sambil menatap Omega yang sudah kacau, dahi berpeluh, baju acak - acakan, tak lupa dengan wajah erotis dan mulut setengah membuka. Damn. He is Beautiful.
"D-diam... Akh--," Haechan mulai menggeliat tak nyaman, tubuhnya benar - benar terasa seperti terbakar. "Oh, sekarang berani memerintah, hm? Dan, omong - omong, aku tidak menyuruhmu terbaring dalam posisi tengkurap."
Haechan menarik nafasnya susah payah, untuk sekedar bergerak saja susah sekarang ia disuruh bangkit? "L-lalu apa y-yang harus aku lakukan?"
"Menungging." Mark menyeringai melihat Omeganya yang langsung membelalakkan matanya, "In two minutes." Kata - kata sang dominan membuat nyali Haechan menciut sekali lagi, terkutuklah Mark dan segala aura mendominasi nya, Haechan benci itu. Dengan sekuat tenaga ia berusaha menungging, tubuhnya gemetar karena reaksi dari in-heat. "Count for me."
Haechan menenggak ludahnya sudah payah, Mark akan menghukumnya lagi sekarang. "Y-yes." Omega itu memejamkan matanya erat - erat untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk, entah apa yang akan Alpha itu lakukan sekarang.
Plak!
"Ahk! O-one!" Haechan menjerit saat Mark memberikan spank pada pipi pantatnya yang berisi. Kengerian menjalar ke seluruh tubuhnya. Demi Tuhan, Mark menamparnya tidak main - main.
Plak!
"Hnn... Two."
Plak!
"T-three." Haechan mencengkram erat bantalnya, cairan Omeganya meluber lagi merembes ke celananya. Mark menyeringai melihatnya, semakin bersemangat mengerjai Omega itu. Tubuh Haechan bergetar karena rasa takut.
Plak!
"Ahn... F-four." Mata Haechan sudah berkaca - kaca sekarang. Mati - matian ia menahan air matanya agar tidak lolos membasahi pipi gembilnya. Mark benar - benar membuatnya tersiksa. Omega dalam dirinya sudah meraung - raung. Dia benar - benar butuh sentuhan, bukan pukulan yang menjatuhkan harga dirinya seperti ini.
"Beg for me and i'll end this." Suara sang dominan membuat Haechan bergidik ngeri, haruskah Haechan meluruhkan egonya dan memohon ampunan Mark? "Masih belum mau juga?"
Haechan bingung bukan main karenanya,
dia benar - benar bimbang atas perkataan Mark. Seluruh perkataan hanya sampai pada pucuk lidahnya, bibirnya yang bergetar tak sanggup mengucap satu patah kata.Plak! Mark memberinya spank lagi--bukan dengan maksud menghukum, ia membutuhkan jawaban. "You don't want me to end this, huh?" Kata Mark yang membuat sang Omega mencengkram bantalnya lebih erat, ini menghancurkan harga diri namanya, Haechan merasa lebih rendah dari seorang pelacur. "Mhh.. Please,"
Mark menghela nafasnya panjang--permohonan itu terdengar setengah hati di telinganya. "Lee Haechan." Pinta Mark yang langsung membuat sang Omega lagi - lagi harus merendahkan egonya. "Please, Mark..." Mohonnya sambil menutup matanya erat - erat, setetes air mata turun ke pipinya. Mark membalik posisi Haechan menjadi terlentang dan memeluknya. Haechan berjengit karenanya, tapi Haechan tidak ingin munafik, sentuhan Mark membuat nya merasa ada bagian dari dirinya yang terlengkapi.
![](https://img.wattpad.com/cover/189801168-288-k406419.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
dissident | markhyuck
Fiksi PenggemarMark ingin memberi kuasa penuh atas Haechan di tangannya, namun, sepertinya membuat omega itu patuh sedikit sulit. ➸ markhyuck omegaverse fanfiction. warn : bxb, mature, explicit sex, violence, harshwords. ( © RE0NJWIN, 2O19. ) [ COMPLETED. ]