Rasanya anomali.
Haechan tak pernah merasakan kejutan yang anomali seperti ini.
Mark menatapnya—sedikit terkejut, namun ia menutupinya dengan handal. Alpha itu menjatuhkan pisaunya, menatap Omeganya dengan tatapan bingung, "Bear, im sorry. Ini bukan seperti yang kau pikirkan." Lirih Mark sembari mendekat, tangannya berusaha meraih mate nya tapi Haechan tepis. "Bersihkan itu dulu. Barulah kau menyentuhku." Bisik Haechan kesal.
"Tetapi itu bukan aku, sayang." Jawab Mark—tatapan matanya berusaha menegaskan bahwa memang bukan dia yang membunuh Omega itu. Haechan hanya mengangguk saja percaya—meski hatinya berkontradiksi dengan pikirannya.
"Temui aku dikamar, kalau kau tidak ingin aku merejectmu." Bisik Haechan pelan, meski ia sebenarnya hanya mengancam. Namun, itu menimbulkan perasaan takut pada si Alpha. Dengan segera Haechan masuk, membiarkan Mark melakukan apapun yang ia mau.
-----
"Cepat jelaskan!" Bentak si Omega, sebenarnya dia tak begitu suka membentak seseorang karena ia jarang melakukannya—yah, terlebih lagi membentak mate nya sendiri. Beruntung Mark dalam mode 'menurut'nya sekarang.
"Okay, soal Omega sialan itu terlebih dahulu, mungkin?" Tanya Mark sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk, dia baru saja mandi setelah tubuhnya berlumuran darah seperti itu.
"Wanita itu salah satu pegawai perusahaanku—dia sedikit tergila - gila denganku. Sampai pada puncaknya, kemarin, ia membuntutiku pulang kerumah. Aku memergokinya berusaha memanjat pagar rumah pada malam hari."
Haechan duduk di tempat tidur sembari memasang wajah seriusnya—yang menurut Mark sangat lucu. Membuatnya sempat memberi jeda terhadap ceritanya, "Lalu tadi pagi, dengan gilanya ia membawa pisau dan masuk kerumah. Mengancam akan membunuh dirinya jikalau aku tidak melamarnya, jadi ya kau mengerti kisah selanjutnya—,"
Haechan menahan nafasnya gugup, ia tentu sudah tau Mark akan mengatakan apa. Ia jelas sekali menolaknya—karena wanita itu sudah bersimbah darah semenjak ia menjejakkan kaki di rumah mereka berdua.
"So, jangan ambil presepsi buruk soal itu." Lanjut Mark sembari menggenggam erat tangan Haechan seolah ia takut Omega itu akan pergi jauh dari jangkauannya. "Yang kedua—soal rumor yang dikatakan Jaemin."
Sebelumnya tak ada yang salah dengan kata - kata itu—tetapi Haechan langsung terhenyak saat ia mendengar Mark menyebut nama sahabatnya. Hei, sejak kapan Alpha itu tahu soal Jaemin yang bercerita soal rumor itu?
"Wow jangan salah paham, Jeno yang cerita. Dia bilang sendiri soal Jaemin yang termakan rumor itu," Mark tertawa melihat wajah pucat pasi Haechan. Sialan, Jaemin tak cerita soal apapun tentang bagaimana ia membenci Mark setengah mati bukan?! Harga dirinya bisa tercoreng besar karena diam - diam membicarakan mate nya sendiri dibelakangnya.
"Ya rumor itu akurat, sih—soal bagaimana aku menyingkirkan perusahaan musuh ayahku tanpa campur tanganku sendiri. Ingat, akalku masih begitu licik untuk dipakai." Mark tertawa, Alpha itu memang jenius, sih—pasti dibalik otaknya itu tersimpan banyak rencana. Haechan jadi mengingat bagaimana akal licik Wendy—layaknya Mark, meski mereka bukanlah benar - benar saudara. Hey, tapi ia tidak begitu bisa percaya pada si Son, apakah ia benar - benar bicara sebenarnya? Wendy itu licik. Ah, Haechan jadi ingin menanyakan soal itu.
"Kalau soal perseteruan itu tidak akurat. Aku hanya melawan sekitar belasan orang dan sisanya kabur—sepertinya. Entahlah, aku lupa, sudah biarkan saja." Haechan menghembuskan nafasnya lega. Entahlah, melihat Mark memberitahu informasi tersendirinya membuat hati si Omega menghangat. Hei, tunggu dulu—kenapa ada letupan euforia setiap Mark mengucapkan sepatah kata secara cuma - cuma terhadap dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
dissident | markhyuck
FanfictionMark ingin memberi kuasa penuh atas Haechan di tangannya, namun, sepertinya membuat omega itu patuh sedikit sulit. ➸ markhyuck omegaverse fanfiction. warn : bxb, mature, explicit sex, violence, harshwords. ( © RE0NJWIN, 2O19. ) [ COMPLETED. ]