[ warn : cringe. ]
Mark menatap kakaknya dengan tatapan mematikan, satu tembakan pengundang sudah ia lancarkan—itu berarti, pertarungan sesungguhnya antara saudara pun akan segera dimulai.
Dor!
Satu tembakan Wendy keluarkan, ia menggenggam erat senapan apinya dengan tatapan tajam dan mengintimidasi. Tentu saja, Mark berhasil menghindar, ia tidak pernah melenceng. Sejujurnya, Mark juga tidak menginginkan ini terjadi—yah, sebagaimana pun Seungwan mereka berdua pernah menjadi kakak adik yang akur dan kompak.
Haechan menatap pilu Mark yang lengannya berdarah itu. Ia takut, jujur saja—ini mengerikan, ia melihat perang berdarah antar saudara didepan matanya sendiri. Ia benar - benar merasa tidak berguna. Yah, kau tahu? Rasanya, ia ingin membantu, tetapi mana mungkin itu ia lakukan, ia cumalah omega. Seperti yang Ayahnya katakan dahulu, ia cumalah omega lemah yang sok pemberani.
Bahkan, disaat ibunya meninggalkan dirinya pun, ia tak bisa melakukan apapun. Ia—ia tak berguna. Ia tak bisa diandalkan, dia cumalah omega rebel yang selalu memberontak. Ia—apa yang bisa ia lakukan untuk membantu?
Dor!
Mark melepaskan satu tembakan, itu menggores pipi Wendy yang membentuk luka gores dan mengeluarkan darah. Tidak seberapa, tetapi Son Wendy cukup geram karenanya. Ia tak suka dikalahkan karena sifat arogan yang melekat disana.
"Itu untuk mengkhianati ayahku," Kata Mark sembari melempar sesuatu ke arah Haechan, pisau lipat. Oh, Haechan itu masih cukup pintar memproses apa yang dilakukan Mark. Omega itu bergerak perlahan, berusaha mengambil pisau itu dengan kesusahan. Seluruh tubuhnya serasa remuk dan tangan kakinya diikat dengan kuat, itu menyakitkan sekali tahu saat dirinya bergerak.
Dor!
Satu tembakan lagi lepas—timah panas itu meluncur mengenai pinggang milik Wendy, membuat darah segar mengalir tanpa permisi. Perempuan itu mendecih sebal, belum apa - apa dan ia sudah seperti ini?!
Sedikit lagi! Batin Haechan sembari menggeser kakinya, menggeser pisau lipat itu untuk mendekatkannya ke tangannya. Wendy yang melihatnya tersenyum licik, seperti yang kau tahu, ia memiliki banyak kejutan.
"Wow lihat, ada tikus kecil yang berusaha melepaskan diri." Kata Wendy dengan seringai, Mark menatapnya dengan tatapan membunuh, "Dont touch mine." Bisik Mark sembari menatap Wendy tajam, ia takkan memaafkan kakak tirinya itu jikalau ia sampai melukai Haechan sekali lagi—wanita gila nan picik itu bisa melakukan apapun.
Dor!
Satu tembakan Wendy arahkan tepat di lantai yang ada di sebelah kakinya—hanya berjarak lima senti dari kaki - kaki mungil Haechan yang terikat. Haechan menelan ludahnya gemetar, otaknya kusut memprotes apapun setelah melihat lantai itu berlubang. Membayangkan jika kakinya yang dihiasi lubang dengan timah panas itu membuatnya merinding, Wendy mengambil pisau lipat itu lalu menyimpannya di tempat holster miliknya.
"Just watch out, Mark. Aku bisa melakukan apa saja." Bisik Wendy licik sembari berjalan maju ke arah Mark, mengarahkan moncong pistolnya bersamaan dengan Pemuda Lee itu. Ini sengit, mereka berdua bisa sama - sama tertembak jikalau begini.
"Jelaskan sebenarnya apa yang ingin kau hancurkan untuk membalas dendam, Son?" Tanya Mark sembari menatap tajam perempuan didepannya yang hanya terkekeh, "Yang ingin aku hancurkan? Semua, Mark! Tentu saja semua yang kau miliki!" Desis Wendy tajam. Mark melirik pinggang Wendy yang sudah mengeluarkan banyak darah hingga jejaknya menggenang di lantai. Mark heran kenapa ia masih bisa bertahan dengan berdiri tegap mengarahkan moncong senapan api didepannya.
Duak!
Mark menendang betis milik Wendy yang membuat perempuan itu langsung tumbang, Seungwan tak sanggup berdiri lantaran ia lemas karena kehilangan darah. Mark segera mengambil senapan api milik Wendy, ia pun berlari menghampiri Haechan, melepaskan simpul - simpul tali itu dari tubuh mate nya. "Kita harus segera pergi, Bear. Apa kau kuat berdiri maupun berlari?" Tanya Mark sembari memasukkan pistolnya ke dalam holster. Haechan mengangguk, ia pun berdiri meskipun sedikit susah payah. Belum sempat ia memproses sesuatu tiba - tiba ia melihat Wendy sudah bersiap dibelakang Mark dengan pisau lipat yang diangkat tinggi—bersiap menghunus punggung itu kapan saja.
"Mark, awas!" Kata Haechan sembari menggeser tubuh Mark, dia pun menendang pinggang Wendy yang tertembak tadi hingga kembali terjatuh. Alpha itu merintih karena luka yang menganga lebar itu ditendang keras oleh Haechan. "Kita harus pergi," Bisik Mark sembari berlari keluar jendela, banyak anak buah Wendy jika mereka nekat melewati rumah yang memiliki banyak ruangan itu dan melewati tangga. Mark pun memeluk pinggang Haechan dengan satu tangannya—sementara tangan satunya memegang tali yang masih ia pasang disana.
"Pegang yang erat," Bisik Alpha itu sebelum terjun dari lantai tiga. Haechan merasakan jantungnya berdegup dengan kencang—bukan karena mereka terjun dari lantai tiga, Haechan tidak takut karena itu. Omega itu merasakan degupan jantungnya meningkat karena—tangan Mark yang merangkul pinggangnya erat seperti tiada hari esok, tatapan matanya yang menghipnotis Haechan, aroma feromonnya yang memikat—dan juga, bagaimana tangannya memeluk erat leher Mark. Gila, Haechan dapat merasakan pipinya memanas disertai rona semu merah yang menambah kesan manis.
Perasaan sialan apa ini?! Pikir Haechan sembari merutuk dirinya sendiri, bagaimana bisa ia merona hebat hanya karena melihat wajah Mark, huh?!
----
"Ah—! Shit! Tidak bisakah kau pelan sedikit?!"
Haechan mengelak saat Mark ingin menempelkan kapas yang diberi alkohol untuk membersihkan luka - lukanya, itu sakit sekali! "Lebih baik kau menurut sebelum luka itu berubah menjadi infeksi lalu kulitmu akan membusuk," Jawab Mark dengan wajah datarnya sembari terus memaksa Haechan agar mau diobati lukanya. Itu cuma luka kecil bagi Haechan, ia sering berkelahi dan mendapat luka seperti itu juga, tahu.
"Tidak mau!" Nyalak Haechan sembari menatap Mark tajam, Alpha itu menghela nafasnya jengah dengan sifat kekanakan Omeganya itu.
"Lee Haechan." Kata Mark sembari menarik lengan Haechan, memeluk tubuh mungil Omeganya yang menaruh banyak luka—fisik maupun batin.
"Terimakasih." Bisik Mark tepat di sebelah ditelinga Haechan, membuat Omega itu merasakan desir darahnya yang menggila. "Terimakasih untuk menolongku—kamu hebat."
Haechan—ia tak salah dengar, kan?
Seseorang baru saja memberikannya sebuah pujian.
"A—apa?" Bisik Omega itu dengan tubuh kaku, hatinya bak terkena bom rudal karena perkataan Mark yang memeluknya. "Terimakasih telah lahir, Bear. Kamu adalah Omega pemberani yang hebat—walau sedikit menyebalkan." Sambung Mark sembari mengeratkan pelukannya kepada Haechan, seolah Omeganya itu tidak boleh pergi darinya.
"Hiks." Tanpa sadar Haechan menangis, tubuhnya bergetar hebat dengan perkataan halus Mark. Ia—ia merasa bahagia sekaligus terharu, tidak ada yang pernah memujinya selama ini—bolehkah ia berbangga hati sedikit?
"Menangislah sepuas yang kamu ingin, i'll be always with you in here. Bahuku akan selalu ada untukmu,"
end.
boongan woi boongan😭
btw, ak mau nanya nih. menurut kalian, dissident bakalan tamat sampai chapter berapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
dissident | markhyuck
FanfictionMark ingin memberi kuasa penuh atas Haechan di tangannya, namun, sepertinya membuat omega itu patuh sedikit sulit. ➸ markhyuck omegaverse fanfiction. warn : bxb, mature, explicit sex, violence, harshwords. ( © RE0NJWIN, 2O19. ) [ COMPLETED. ]