4

61.5K 7.2K 393
                                    

Haechan mengerjapkan matanya beberapa saat sebelum pening melanda kepalanya. Belum lagi rasa sakit yang melanda sekujur tubuhnya. Ia mendapati dirinya sudah berada di ranjang kamarnya, siapa yang membawanya kemari?

"A-ayah?"

Hening. Tidak ada jawaban. Omega itu menengok jam yang ada di dekat jendela, pukul 5 sore. Jelas saja, ayah mana mungkin pulang jam segini!

Tiba - tiba pintu terbuka memecah keheningan, berdiri seorang lelaki dengan kantong belanjaan ditangan nya. Haechan menatapnya dengan tatapan kaget bercampur bingung, "Mark Lee?!"

Yang diteriaki hanya menghela nafas berat. Semoga dia tidak bertambah benci kepadaku, mohon Mark dalam hati. Tidak biasanya Mark memohon, mungkin ini sudah termasuk ke momen langka karena alpha itu meminta permohonan. "Ya?"

"Kau-kenapa bisa ada disini?!" Jerit Haechan sambil menunjuk - nunjuk sang alpha, "Rahasia." Jawab Mark santai tanpa memperdulikan sumpah serapah yang dilontarkan lelaki itu kepadanya. "Penguntit sialan! Sudah seberapa lama kau menguntitku, huh?!" Kata Haechan menggebu - gebu disertai bibirnya yang mengerucut kesal. Kenapa alpha ini sangat menyebalkan?!

Mark lagi - lagi menghela nafasnya. Mencari alamat Haechan pada lokernya tidak lah sulit. Haechan sendiri yang jelas - jelas mencantumkan data dirinya di loker itu, semua orang bisa membacanya saat kebetulan lewat jejeran loker. Benar-benar bodoh! Ejek Mark dalam hati.

"Berhenti berbicara dan segeralah makan." Ujar alpha itu sembari menyerahkan sebuah plastik berisi makanan yang terbungkus rapi. "Kau tidak memberikanku sekantong racun, kan?" Tanya Haechan waspada sambil berusaha membuka bungkusan makanan itu. "Coba saja. Terjamin tidak ada racunnya."

Netra Haechan menatap Mark sinis, ia pun membuka penutup makanan itu. Ada bubur yang masih mengepulkan uap panas. "Kalau begitu, cobalah duluan!" Kata Haechan riang sambil menyendok bubur yang masih panas itu, "Tidak. Aku tidak suka bubur." Jawab Mark seraya menggelengkan kepalanya. Bukan Haechan memang kalau menyerah begitu saja, dengan segera ia menjejalkan paksa sendok berisi bubur itu ke mulut Mark. Yang membuat empunya tersedak dan menahan panas di mulutnya.

"Rasakan itu, sialan!" Umpat Haechan dengan bibir tercebik. Puas sudah rasanya ia menjejalkan bubur panas itu ke mulut Mark. Tapi, sebelum Haechan menikmati kemenangan nya lebih lama lagi Mark menerjangnya. Menempelkan bibir itu kepada bibir ranum milik sang omega, spontan Haechan membuka mulutnya karena terkejut. Dan, itu menjadi kesempatan emas bagi sang alpha. Didorongnya sisa - sisa bubur itu ke mulut Haechan, membuatnya ikut merasakan bubur itu.

"Sialan!" Umpatnya-lagi sambil mengusap - usap bibirnya yang masih basah. Sementara Mark menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Bodoh, bodoh, bodoh! Apa yang telah ia lakukan?! Lolong Haechan dalam hati. Orang didepannya ini benar-benar gila!

"Semua perbuatan pasti ada imbasnya, begitu juga dengan perbuatanmu," Jawab Mark sambil melipat tangannya di dada. "Eat now. Before i feed you with my mouth."

Dada Haechan naik turun dengan tidak normal setelah Mark mengatakan itu, tapi euforia melandanya disertai desiran darah nya. Tapi, gila saja jika dirinya disuapi Mark dengan saling bertukar makanan di dalam mulut. Maka ia pun segera menyuapkan bubur yang mulai mendingin itu.

----

Pagi ini Haechan sengaja bangun lebih lama dari kemarin, punggung nya masih sakit. Ia tidak bercerita apapun kepada ayahnya soal rasa sakit di punggung nya. Haechan lebih dekat pada sang Ibu, tapi sayang, sang Ibu lebih dahulu meninggalkannya saat berumur 10 tahun. Haechan bahkan hampir melupakan paras sang Ibu seperti apa.

dissident | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang