7

66K 6.3K 73
                                    

Haechan menatap Alpha itu kesal, kenapa putaran takdir bertindak seperti ini padanya? Ia merasa tidak adil, seolah - olah mereka akan selalu bersama sepanjang waktu. Huh, Haechan muak melihat wajah Mark. Apalagi menjadi pasangan

"Apa - apaan. . ." Desis Omega itu kesal dengan tangan terkepal, buku - buku jarinya sudah memutih saking eratnya ia mencengkram tangannya sendiri. Haechan benci, benci sekali melihat muka sang Alpha yang menyebalkan itu. Dan, sialnya kenapa dia dan Mark selalu bersama?!

"Oh, jadi ini putramu? Lee Haechan?" Tanya Tuan Lee sambil menatap calon dari pasangan anaknya. He’s sweet.

"Hei, jaga bicaramu." Bisik Ayahnya sambil menatap wajah memerah anaknya, "Tapi, kenapa Ayah tidak memilih orang lain, sih! Kenapa harus dia!" Kata Haechan yang--tentunya bisa didengar oleh Tuan Lee dan Mark. He’s sweet but--ugh. A lil brat? Pikir Tuan Lee sambil menatap Omega itu.

"Karena aku yang memilihnya." Jawab Mark dengan wajah dinginnya, sang Ayah pun bingung harus bertindak bagaimana. Sedang Tuan Lee menatap putranya dengan tatapan menilai.

"Um, Haechan ayo duduk. Kita selesaikan perbincangan ini sambil menikmati teh dan camilan." Ajak sang Ayah sambil menarik tangan Haechan. "Ayah bercanda?! Dengan dirinya?!" Jawab Haechan kesal sambil menunjuk - nunjuk Mark Lee. "Bersikaplah sopan sedikit," Bisik Ayahnya sambil menariknya dalam sekali sentakan untuk duduk di sofa.

Apa - apaan sekali Mark Lee itu! Kenapa dia bisa mengenal Ayahku?! Kesalnya  dalam hati, entah Haechan yang memang benar melupakan data dirinya yang ia sengaja tempel di laci loker atau--entahlah. Mark melihat semuanya, mencatatnya pada memorinya--termasuk nomor telepon dan nama orangtuanya. Tersimpan rapi dalam otaknya.

"Lee Haechan, sepertinya kau sudah mengenal Mark?" Tanya Tuan Lee sambil menyeruput teh hangat buatan Ayahnya. "Tentu saja, kami satu sekolah." Jawab Omega itu ketus sambil menatap Mark dengan tatapan tajam, tapi Mark mana pernah peduli, tatapan Omega itu tidak bisa membunuh dirinya. "Oh, jadi kalian satu sekolah?" Tanya Ayah Haechan sambil menatap Mark dengan tatapan tak percaya.

"Ya, begitulah." Jawab Mark seadanya, Haechan sedikit berdoa semoga Mark tidak membocorkan kejadian - kejadian yang seharusnya tidak diketahui Ayahnya. "Bagaimana Haechan jika disekolah? Apakah dia bandel?" Tanya sang Ayah yang membuat Haechan gelagapan, bisa - bisa dirinya dihukum ketika Ayahnya mengetahui dirinya sering membolos. "Dia cukup bandel, tapi dia baik, sejujurnya." Jawab Mark dengan tatapan mata mengejek kearah Haechan, tapi Haechan sedikit bersyukur karena Mark berbaik hati menutupi kebiasaan buruknya. Bisa - bisa ia didamprat Ayahnya jika Mark jujur tadi.

"Apakah mulai sekarang kita biarkan mereka bersama satu rumah? Agar lebih saling mengenal." Sambar Tuan Lee yang membuat Ayah Haechan terbatuk kecil mendengarnya, membiarkan anaknya satu rumah dengan seorang Alpha? Ugh, sepertinya bukan ide bagus. "Apa?!" Jerit Haechan tidak terima, "Aku tidak mau!"

Ayah dari Omega itu hanya menghela nafas, kesabarannya cukup diuji sekarang, Pria Tua itu tidak mungkin membentak Haechan didepan kolega bisnis dan--ehm, calon menantunya. Apa yang membuat Haechan membenci Mark? Ia tampan, pintar, penurut, ugh. Calon yang sempurna.

Haechan berusaha menahan diri untuk tidak mengamuk disini, jujur ia kesal sekali kenapa takdir begitu kejam kepada dirinya. "Bagaimana Tuan, apakah ini bisa dilanjutkan?" Tanya Tuan Lee sambil menatap Haechan, ia tahu, wajar saja kalau Haechan mengamuk. Karena mereka tidak pernah berdiskusi dengan Haechan. Padahal, aslinya bukan begitu.

"Tentu saja, kita sudah membicarakan ini sudah lama, bukan?" Tanya Ayahnya meyakinkan. Berapa rahasia yang Ayah sembunyikan dariku, huh?! Lama katanya?! Sungut Haechan dalam hati, Ayahnya bilang kepadanya jangan suka menyembunyikan sesuatu, tapi lihatlah, Ayahnya sendiri menyembunyikan semua ini dari dirinya. Kenapa orang - orang suka sekali sok menasehati padahal dirinya sendiri juga melakukan hal itu?!

"Sudah lama... Hahaha." Haechan tertawa hambar menanggapinya, "Maaf Haechan, kalau tidak begini kamu pasti tidak setuju." Jawab Mark sambil menatap iris Haechan yang kelabu, Mark dapat memperhatikan iris emasnya yang mengkilap. Seketika ada perasaan takut menjalar dihatinya.

"Baiklah, jika begini kita diskusikan kembali esok. Saya akan datang lagi mungkin--lusa. Sampai jumpa!" Tuan Lee pun bangkit bersama sang Alpha, yang membuat Haechan dan Ayahnya ikut berdiri sebagai formalitas. "Sampai jumpa, Tuan Lee!" Balas Ayahnya ketika mobil mereka mulai melaju. Dan, Pria Tua itu menatap nyalang kepada anaknya. "Haechan, Ayah melakukan ini demi kebaikanmu. Ayah sayang kepadamu, tolong." Ayahnya memegang tangan anaknya yang pas dalam genggamannya.

Haechan tertawa hambar seraya menyentak tangan sang Ayah, "Ayah tahu apa tentang hal untuk kebaikanku? Dia Alpha yang brengsek, Ayah! Itu adalah salah satu topengnya untuk membuat mu luluh," Kata Haechan kesal sambil berlari kedalam rumah, Ayahnya hanya menghela nafas panjang.

----

"APA?! TINGGAL SATU RUMAH DENGAN--MARK LEE?!"

Jeritan sang Omega menggelegar hingga membuat burung - burung disekitar pekarangan rumahnya berterbangan karena takut. Haechan benar - benar kaget dengan perkataannya, "Iya, dan--sekitar seminggu lagi adalah tanggal heat mu. Agar mengantisipasi hal - hal yang tidak diinginkan." Jawab sang Ayah sambil terus merapikan koper anaknya. Bukan mencegah, tapi membuat hal buruk terjadi. Batin Haechan, dia memang mengerti Mark adalah mate nya--tapi tetap ia belum siap mengakuinya.

"Siapa tahu kalian benar - benar mate, itu bagus, bukan?" Jawab Ayahnya sambil menutup resleting koper milik Haechan, Iya, bagus sekali, Ayah. Batinnya kesal sambil memutar bola matanya jengah. Ia tidak pernah bisa membayangkan tidur bersama Mark Lee, bagaimana jika ia melakukan hal bejat kepadanya? Bagaimana jika Mark menyiksanya seperti kemarin? Bagaimana jika--ah, Haechan, kau terlalu banyak berasumsi.

"Baiklah mari kita berangkat!" Kata Ayahnya riang, Haechan mendelik seketika, "S--sekarang?!" Jerit Haechan untuk kedua kalinya, Ayahnya mengangguk mengiyakan. Astaga, Haechan belum siap untuk disuruh melihat wajah Mark Lee setiap hari.

"Ayo! Kau ingin melamun terus?" Tanya sang Ayah yang sudah menggeret kopernya keluar dari kamar, mau tak mau Haechan pun mengikutinya.

dissident✿

diriq membawa utang;

diriq membawa utang;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ini fluff gtu, hehe. kindly check’s!

btw maaf pendek ya:'))

dissident | markhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang