Neraka

2.2K 147 0
                                    

Sebelum baca klik bintang dulu.

   Saka memandang rumah yang ia tempati beberapa hari ini. Sebelum melangkah masuk ia menghela nafas terlebih dahulu. Menghipnotis diri semua akan baik baik saja setelah ini.

"Kamu baru nyampe Ka? Kamu naik angkot lagi? Kenapa gak pake mobil atau motor yang Papa belikan?" tanya papa yang berada di ruang TV. Saka tersenyum miris.

"Gak pa, biar istri dan anak papa yang lain yang nikmati, saya hanya anak dari istri yang tidak di inginkan tak berhak mendapatkanya" jawab Saka sambil berjalan tangga.

"Saka jaga ucapan kamu" bentak papa Saka dengan wajah marah.

Saka berhenti melangkah di tengah tangga. Ia melirik papanya dengan segala kebencian.

Andai

Andai dulu ia tahu bahwa mamanya memiliki suami kaya, andai dulu ia tahu bahwa papanya kaya. Maka ia akan meminta uang untuk pengobatan mamanya dikampung.

Namun sayang ia baru mengetahuin bahwa ia memiliki papa belakangan ini. Saat ia tak memiliki siapa siapa lagi. Saat neneknya meninggal beberapa hari lalu.

Ingatan ingatan itu membuat Saka tersenyum pedih. Ia baru mengetahui bahwa mamanya dikhianati saat mengandung dirinya.

Bagus...

Bahkan ia tak mempunyai kekuatan untuk melawan, vaksin penurut masih berlaku di otaknya.

Ia kembali melanjutkan jalan menuju lantai atas. Percuma ia melawan toh ia akan kalah. Untuk membalas ia harus menjaga sikap. Untuk bertahan ia harus kuat.

Saka memasuki kamarnya dan merebahkan diri dikasur segera membuka buku miliknya.

"Buku bimbingan kedokteran" Saka membaca lembar per lembar tulisan didalam buku.

Terdengar suara riuh diluar kamar, dan dapat dipastikan bahwa itu adalah teman teman dari saudara tirinya.

Saka segera bangkit dari tidur lalu segera mengunci pintu kamarnya.

Dan kembali merebahkan diri ke atas kasur.

Andai ia memiliki teman, satu teman saja sudah cukup. Mata Saka terpejam.

***

Seperti biasa Saka memakai angkutan umum untuk pergi kesekolah. Tepat ditengah jalan ia melihat seorang gadis SMA yang mengenakan baju serupa denganya.

Saka mencoba bersikap acuh, toh banyak siswi yang Saka tidak kenal disana.

Namun saka tetap penasaran, saat bus melewati sang gadis Saka menoleh mencoba melihat wajah sang gadis.

Tepat saat Saka melirik, entah bagai mana ceritanya sang gadis langsung menatap mata Saka dari kaca jendela.

Walau sama sama dilapisi kaca mata, ditambah kaca jendela tatapan Caroline sangat tajam.

Ya, gadis itu adalah Caroline.

Saka masih menatap mata Caroline sampai tikungan yang memutuskan tatapan mereka.

"Gadis yang misterius" gumam Saka pada dirinya sendiri

"Siapa?" tanya seseorang tiba tiba yang berada di kursi sebelah Saka.

Secara otomatis Saka memundurkan kepala.

"Bukan siapa siapa" kata Saka mengibaskan tangan.

"Siapa sih?" tanyanya lagi. Oh ya, Dia itu Dani teman sebus saka, baru berkenlaan beberapa menit yang lalu.

"Kamu kenal Caroline?" akhirnya Saka tak bisa membendung rasa penasaran.

"Caroline?" beo Dani.

"Caroline yang nerd menyeramkan itu?"  tanya Dani memastikan.

"Iya"

"Wah, lu harus jauh jauh dari dia" kata Dani memperingati.

"Kenapa?" tanya Saka penasaran, sudah dua orang yang menyuruh ia menjauhi Caroline.

"Karna dengar dengar, ehem..." Dani berdehem melihat sekitar.

"Dia apa?"

"Dia adalah anak haram pak kepala sekolah" suara Dani amat pelan, hanya mereka berdua yang dapat mendengar.

Diam...

"Terus kalau anak haram kepala sekolah harus dijauhi?" tanya Saka semakin bingung.

"Bukan itu masalahnya, dengar dengar lagi, ia adalah seorang psiko" kali ini suara Danu lebih kecil lagi.

"Psikolog atau psiko...mmtthh" bibir Saka langsung di bungkam menggunakan tangan Danu.

"Kalo ngomong hati hati, nanti ada yang dengar" Dani memperingati Saka.

"Memangnya udah terbukti?" Saka ragu dengan apa yang dikatakan Dani.

"Belum sih hehe" jawab Dani tertawa tidak lucu.

"Atas dasar apa kalian mengecap Caroline dengan tuduhan macam itu? Karna sikap horornya?" tebak Saka membuat Dani semakin salah tingkah.

"Oh ya Sak dengar dengar besok malam ada party, lo ikut kagak?" tanya Dani mengalihkan topik pembicaraan.

"Emang gue diundang?"

"Aelah gak main undang kaya anak SD aja, datang aja ke club" Dani mengatakan dengan santai.

"Loh perayaan ultah di club?"

"Aduh Sak lo tinggal di belahan dunia mana sih kok gak tahu apa apa?" Dani bertanya meremehkan.

"Dulu gue tinggal di kota terpencil" jawab Saka dengan jujur.

"Pantes aja logat lo agak nyeleneh, datang aja ke Club *** itung itung nambah pengalaman, susah amat ngomong sama orang ngedeso" setelah itu Dani tertawa kencang.

"Oh ya, ngomong ngomong kok aku baru tahu kamu naik bus ini?"

"Oh itu, mobil gue di bengkel motor dibawa bokap" jawab Dani seadanya. Saka mengangguk paham tanpa terasa mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah.

Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang