Papa

1.1K 47 0
                                    

  Tolong cek typo




  Dua anak kecil sedang meyusun kepingan puzzle di ruang tengah bersama seorang lelaki dewasa yang sedang menonton siaran TV, Mama dari salah satu mereka sedang berada di dapur.

Tok

Tok

Bunyi ketukan pintu membuat atensi mereka terganti menjadi ke arah pintu. Lelaki dewasa itu hendak berdiri untuk membuka pintu dan diekori oleh dua anak kecil itu.

Pria dewasa itu membuka pintu dan melihat seorang pria yang seumuranya berdiri di depan pintu miliknya. Dua anak kecil itu bersembunyi dibelakangnya.

"Anda mencari siapa?" tanyanya langsung.

"Saya mencari anak saya yang bernama Caroline, saya dengar ia di titipkan disini" ucap pria yang baru datang tadi dengan senyum ramah. Mungkin karna ia merindukan anaknya yang sudah lama tak di temuinya.

"Oh, masuk dulu. Minum kopi bentar" ajak pria si pemilik rumah membuka lebar pintunya.

"Tidak bisa, saya ada urusan saat ini, apa boleh saya bawa anak saya sekarang?" tanya pria yang baru datang itu tergesa gesa.

"Anda mungkin terlalu rindu dengan anak anda, baik. Tunggu sebentar saya ambilkan barang Caroline dulu"

"Tidak perlu, saya terburu buru" ucap Wira keras kepala. Mendengar itu pria pemilik rumah mengerutkan alis heran. Memandang Wira sejenak dan kemudian mengagguk.

***

Gadis kecil itu sudah berada di mobil milik orang asing yang mengaku ngaku ayahnya. Ia memandang rumah yang beberapa hari ia tinggali.

Melambaikan tangan kepada tiga orang yang berada dihalaman rumah itu sambil tersenyum riang tatapanya jatuh pada anak lelaki yang tak tersenyum sama sekali dengan wajah datar Alan masuk kedalam rumah dengan langkah cepat.

"Papa kita mau kemana? Mau ketemu Mama?" tanya gadis kecil itu pada orang yang disebutnya beberapa waktu lalu dengan panggilan Papa.
Papanya tidak merespon, alis matanya menukik. Tiba tiba mereka berhenti di pinghir jalan.

"Jangan pernah panggil saya papa karna kamu tak pernah jadi anak saya" pria itu menatap wajah gadis kecil itu marah, melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Kalau kamu bertanya kemana kamu akan saya bawa. Kamu akan pergi ketempat yang tak pernah kamu pikirkan" ucap pria itu mengakhiri pembicaraanya. Gadis itu menangis sesenggukan tak brani mengeluarkan suara didepan lelaki menyeramkan disampingnya.

"Diam... Suara Kamu bikin saya pusing" Wira membentak gadis kecil karena terganggu dengan sesenggukannya. Bukanya berhenti gadis itu semakin menguarkan air mata lebih banyak.

Tiga jam mereka di perjalanan entah menuju kemana? Caroline yang pandanganya sudah buram mencoba melihat jalanan yang semakin lama semakin sepi tak ada pengendara yang ia lihat. Ditambah hari yang mulai sore.

"Turun" ucap Wira setelah mereka berhenti di pinggir jalan yang sangat sepi. Gadis itu menatap Wira terkejut dan tak percaya.

"Saya bilang turun" setelah mengucapkan hal itu Wira keluar dari dalam mobil, kemudian membuka pintu yang bearada didekat gadis kecil itu.

Mengangkatnya keluar
"Kamu jangan kemana mana"
Tunjuk Wira pada wajah Caroline. Caroline kecil tak sanggup membendung air matanya, bibir ditekuk kebawah menghentikan suara tangis yang akan pecah.

Wira masuk ke dalam mobil miliknya meninggalkan Caroline yang menangis kencang sambil mengejar mobil sang ayah, ralat orang asing yang membuangnya.

Gadis kecil itu masih mengejar mobil orang yang baru ia temui tadi sambil memanggil manggil nama papa.

Sampai ia terjatuh tersungkur diatas aspal yang sudah berlubang, menyisakan luka entah dimana. Menangis meminta belas kasihan dari ayah.

Sejam telah berlalu dan hari sudah gelap, Duduk di tengah jalan Caroline berharap ada mobil yang menabraknya. Caroline menangis sampai suaranya habis.

Tak jauh dari mereka dua lelaki yang sedang mabuk berjalan kaki entah dari mana mau kemana.

"Ada setan tong"

"Anjir, tuyul nyampe sini. Samperin yok"

"Gilak lo, itu hantu goblok, lo mabuk ya? "

"lo juga mabuk gilak, aelah. Kayanya itu bukan hantu, tapi anak kecil"

"Hantu anak kecil maksud lo, sama aja hantu koplak"

"Ayo kita tangkap, tuyul penghasil uang cog, bantu gue nangkap dia buruan"

Suara dua orang dewasa membuat Caroline berhenti menangis, menoleh kearah dua orang yang sempoyongan itu dengan mata merah.

"Astagfirullah, matanya merah banget, bengkak coy"

"Imut yak, cewek kayanya"

Ucapan mereka semakin membuat Caroline ketakutan, dan ingin menangis lagi, namun air matanya tak mau kelaur lagi. Ditambah matanya sudah perih akibat kelamaan menangis.

Jarak sepuluh meter dua orang berjalan sempoyongan itu memandang Caroline lapar. Caroline melihat dari belakanng mereka mobil melaju kencang dan lampunya menyilaukan mata.

Beberapa detik kemudian

Brak

Dua orang yang mabuk tadi sudah terkapar di depan Caroline, kaki mereka terlindas ban mobil. Tak sampai disana mobil itu mundur lalu kembali menghantam tubuh dua orang mabuk itu.

Caroline menegang kaku, setelah mobil berhenti seseorang keluar dari mobil itu.

Wira

Lekaki itu kembali, Untuk menjemputnya.






Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang