Bersama

1.2K 57 0
                                    

  Seperti kemarin Saka bangun pagi sekali, hanya untuk menghindari pertemuan tak disengaja dengan malaikat.

Pukul enam pagi Saka berjalan keluar mengendap endap.

Berjalan menuju parkiran dengan senyuman manis menampilkan lesung pipinya. Hari ini begitu cerah tidak seperti kemarin. Begitu pula susana hati Saka.

Sampai ia di parkiran senyumnya langsung luntur langkahnya mengapung diudara, melihat kenampakan yang lebih mengerikan daripada melihat baju putih yang bergantungan di atas pohon.

Kenapa tidak?

Orang yang ia hindari, orang yang membuat luka di lengannya, orang yang senang memotong kulit sesama orang, berdiri disana, disamping motor Saka. Dengan seragam SMA.

Sampai Gadis itu menoleh kearah Saka, lalu tersenyum lebar dan melambaikan tangan riang.

Saka berbalik ke belakang, melangkah cepat kembali kearah semula.

Saat didepan lift, Saka kembali menuju parkiran, kalau hari ini tidak ada ulangan MTK tak sudi ia pergi kesekolah.

"Sak aku nebeng motor kamu" ucap Caroline sudah duduk dikursi penumpang dengan cengiran lugu.

Saka menghembuskan napas panjang, ia berharap nyawanya masih utuh saat sampai disekolah nanti.
Siapa yang tahu?
Kalau Gadis malaikat itu menggorok leher Saka saat menyetir atau menikam saka dari belakang. Membayangkanya saja saka bergidik ngeri.

Mau tak mau Saka menggguk paksa sambil menaiki motornya. Dan 0,5 detik setelah ia menaiki motor tubuhnya sudah dipeluk dari belakang.

Wajah saka memerah merasakan benda kenyal menempel pada punggungnya, sempat sempatnya ia merasakanya.

"Bisa mundur gak" ucap Saka mencoba datar dengan wajah memerah.

"Apa?" tanya Caroline melihat telinga Saka.

"Mundur"

"Mau mundur kemana? Nanti aku jatuh kebelakang" bukannya mundur, Caroline mengeratkan pelukan, menggesekan tubuh depannya pada punggung Saka.

Saka menahan napas di depan, dengan wajah yang memerah padam. Tangan Caroline mengait di pinggang Saka menjulur kedepan.

Perasaan macam apa ini?

Saka menancap gas, mengabaikan perasaan yang ganjil itu. Ya, ia adalah lelaki normal, pasti merasakan hal itu.

Dibelakang Caroline menyeringai jahat, berpura pura mencari tempat yang nyaman di belakang.

Bukankah ini sangat menarik?

***
Ulangan tampak khidmat, tak ada suara brisik sedikitpun. Pak hartono sebagai guru MTK yang sedang mengawas tampak bermain ponselnya, sesekali melirik muridnya yang tampak sibuk dengan kertas jawaban masing masing.

Padahal kalau di perhatikan satu per satu, sembilan puluh persen diantara mereka sibuk dengan kegiatan masing masing. Bukan mengerjakan soal, melainkan mencoret kertas buram, menggambar dua gunung, tanda tangan, memperhatikan pensil dan mempermaikan permen karet.

Apa yang mereka lakukan?

Menunggu. Menunggu jawaban dari juara kelas yaitu Janny fadila, sudah lima belas menit berlalu Janny masih menyelesaikan Empat soal dari sepuluh soal yang diberikan.

"Psssttt" Kendra memanggil Janny.

"Udah siap belom?" tanya Kendra padanya.

"Belum nyet" kata Janny tanpa mengalihkan pandangan dari kertas jawabannya. Ia telah mencari di Mbah GOOGLE tapi hanya empat yang ia dapat.

Disudut sana Saka telah menyelesaikan sembilan soal, sedangkan Caroline tampak mencoret coret buramnya dengan pola garis garis.

"Siap" ucap Saka bangga, tersenyum senang menyusun pena dan kertas jawabanya. Janny yang sedang berkonsentari langsung melihat kearah Saka.

"Sak" panggil Janny namun tak didengar Saka.

"Sak" panggilnya lagi, bukan Saka yang menoleh, orang yang disamping saka menatapnya.

"Pak" Caroline tiba tiba memanggil pak Hartono yang berada didepan.

"Ya, Caroline ada apa?" tanya pak Hartono menatap Caroline.

"Janny sepertinya ingin bertanya, dari tadi ia memanggil Saka" ucap Caroline tersenyum, Saka yang merasa di sebutkan namanya menoleh, sedangkan Janni yang ada disana menggigit bibir kesal campur malu.

"Tidak ada pak" ucap janni langsung berpura pura membaca soal.

"Saka" panggil Caroline kali ini dengan volume yang tidak bisa dibilang pelan.

"Ya"  Saka kembali menatap Caroline, apa yang gadis itu mau?

"Kamu sudah selesai?" tanya Caroline mengintip lembar jawaban Saka.

"Ya" jawab Saka melirik ke semua mata yang menatapnya heran.

"Sini lembar jawaban kamu" Caroline mengulurkan tangan meminta lembar jawaban Saka. Semua yang berada dikelas melongo. Enak banget yak.

Saka memberi lembar jawabannya ragu ragu, Setelah mendapat lembaran Saka Caroline berjalan ke depan, mengumpulkan jawaban mereka berdua di atas meja guru.

"Kamu sudah selesai?" tanya pak Hartono tak percaya, segera memeriksa lembaran jawaban mereka.

Antara terkejut, bingung bercampur senang. Pak Hartono tersenyum.

"Akhirnya di sini telah lahir sang jenius" ucap Pak Hartono pelan.

"Kamu boleh duduk di kursi kamu lagi Caroline" ia mempersilahkan Caroline duduk.

Semua yang berada di kelas ricuh, menyesal tidak bertanya pada Saka tadi. Sial.
Semua mulai memanggil Saka dan Caroline meminta jawaban.

Saka menjawab sebagian, berbeda dengan Caroline yang seperti tuli selektif secara tiba tiba.

"Hei anak anak, waktu yang kalian punya masih banyak, kerjakan sendiri" ucapan pak Hartono tak di gubris.

"Saka, Caroline kalian boleh keluar" ucap pak Hartono akhirnya.

Saka terkejut mendengar itu namun ia tetap melangkah keluar di ekori Caroline dibelakangnya yang tersenyum tanpa dosa.



Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang