Berdebar

1.1K 55 1
                                    

   

  Saka berjalan menuju dapur, setelah mencuci wajah dan sikat gigi tentunya. Melihat situasi apakah Si baju putih, sebenarnya ia bingung memanggil Caroline dengan sebutan apa. Kadang Malaikat pencabut nyawa, gadis psiko, si baju putih.

  Di apartrmen miliknya hanya tinggal ia sendiri yang bernafas disana. Kadang ia bingung kenapa ia tidak bebas bahkan di apartemennya sendiri.

Saka melihat bubur dan segelas susu diatas meja tanpa terasa sudut bibirnya tertarik.

"Sebenarnya dia baik, tapi jahat" gumamnya kecil, di bawah gelas terdapat kertas yang ditindih.

"Aku tahu kamu lapar, ingin kusiapakan daging tapi aku ragu menghidangkanya, takut kamu berpikir yang tidak"

Note yang lucu untuk dibaca saat keadaan normal begini.

Saka tanpa ragu menyantap bubur yang dihidangkan dan menghabiskan susu tanpa tersisa.

***

Hari telah berganti, di sekolah Saka terjadi penyelidikan. Kasus anak menghilang.
Siapa lagi kalau bukan Andika yang menghilang beberapa hari yang lalu.

Saksi di cari...

Tak ada yang tahu dimana keberdaannya.

Diketahui jika Andika langsung pulang saat bel tiba. Para polisi melakukan inisiatif mengunjungi beberapa kelas yang penghuninya sering berhubungan dengan Andika. Termasuk kelas XI IPS 4 yang didalamnya banyak mantan Andika.

"Selamat siang anak anak"  sapa salah satu polisi yang memasuki kelas XI IPS 4.

"Siang pak" jawab mereka.

"Kalian tahu kenapa saya berada di sini?"

"Tidak" "ya"

"Seperti yang kalian ketahui, jika teman kita yang bernama Andika menghilang dan kepolisian melakukan inpestigasi, disini bapak ingin mencari saksi"

"Pak mungkin ajakan di Andika main main sampe lupa pulang" ucap salah satu murid yang terganggu dengan kegiatan yang menurutnya tak berfaedah.

"Atau mungkin kawin lari" celetuk seorang murid yang duduk di pojokan.

"Dibunuh sama mantan pak" hening, entah ucapan siapa itu, tapi seperti memiliki kekuatan yang super.

"Kan si Andika terkenal playboy, bahkan dikabarkan sempat menghamili anak orang, kalau menurut saya dia layak di 'gituin'" lanjutnya lancar, mungkin ia adalah salah satu mantan pacar Andika.

"Kamu" tunjuk polisi itu pada Tria.

"Ikut dengan saya" ucap polisi itu.

MAMPOS. sambil tepuk jidat, Tria yang berbicara tadi merutuki ucapanya yang kelewat luwes.

"Oi Tri, lumayan polisinya ganteng" ucap siswi di samping Tria.

Saka yang dari tadi berpikir keras mengerutkan alis berpikir.

Bukankah ini adalah kesempatannya?

Melepaskan diri dari malaikat?

Bebas?

Dengan melaporkan Caroline mungkin saja ia pembunuhnya. Atau memang dia? Jika bukan, Caroline mungkin saja akan di periksa yang dapat membuktikan Caroline telah membunuh.

"Pak" Saka berdiri dari duduk.sesaat setelah polisi berjalan. melirik Caroline yang duduk di sampingnya, kemudian Saka memperbaiki kaca matanya yang melorot.

Semua memperhatikanya dengan pensaran.
Apa saka melihat Andika?

"Pena bapak tetinggal" lanjutnya menunjuk pena yang berada di meja guru.

Goblok

Caroline tersenyum kecil.

"Oh ya makasih" polisi itu kembali mengambil pena miliknya yang tertinggal. Kemudian menatap Saka sebentar, mengamati wajah Saka, lalu berlalu pergi dengan Tria di dibelaknagnya.

Saka kembali terduduk, apa yang baru saja ia lakukan?

Semua siswa dalam kelas tidak mau angkat bicara dengan sikap Saka.

"Kamu sempat membuatku sedikit berdebar" ucap orang yang berada di sampingnya. Kali ini Saka yang berdebar bukan sedikit.

Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang