Penyusup

1.3K 61 0
                                    

Saka menelungkupkan kepalanya di meja perpustakaan wilayah, buku menutup matanya yang terpejam. Jam sudah menunjukan angka lima namun ia tak berniat pulang ke apartemen miliknya.

Hingga seorang petugas perpustakaan membangunkanya.

"Sak, pulang. Perpus mau tutup, sampe jam berapa lo mau disini" ucap Arifah sambil menggoyang bahu saka.

Saka membuka mata, mengucek ucek mata dibalik kaca mata miliknya. Menoleh kearah Arifah.

"Jam berapa sekarang kak?" tanyanya pada Arifah.

"Sekarang jam lima, aelah lo mah tidur tuh dirumah, bangun cepat perpus mau ditutup" kata Arifah berjalan meninggalkan Saka.

Saka bangkit dari duduk, menaruh buku yang ia baca tadi ketempat asal.

Sebenarnya ia sangat malas untuk pulang, jika di ijinkan maka ia akan tidur di sini saja.

Saka berjalan keluar dengan lunglai. Sejenak menyender di motornya, mengumpulkan nyawa agar seratus persen terkumpul.

Lalu tancap gas menuju neraka baru yang ia ciptakan sendiri.

Setelah sampai, Saka melihat situasi. Apakah malaikat sedang menunggunya seperti yang kemarin?

Aman...

Saka segera berjalan cepat menuju pintu masuk, menelan tombol terburu buru dan masuk dengan kecepatan tinggi.

Huft...

Dengan masih menggunakan baju seeragam, Saka berjalan menuju kamar, membanting diri di kasurnya.

"Baru pulang?" tiba tiba muncul suara dari samping Saka. Saka menoleh cepat kearah suara.

Secara spontan tubuhnya bergeser kesamping, terkejut melihat malaikatnya ada di dalam kamarnya dan sedang berbaring dikasur miliknya.

Apa apaan ini?

"Kenapa lo ada disini?" tanya saka berdiri mundur sambil melotot.

"Aku?" tunjuk Caroline pada dirinya sendiri.

"Kenapa kamu bertanya? Kemarin kamu masuk apartemen aku, aku gak nanya" ucap Caroline membuat Saka teringat betapa bahayanya gadis ini.

"Kamu dari mana?" tanyanya menatap penampilan Saka yang masih menggunakan seragam.

"Dari perpustakaan" jawab Saka jujur. Niatnya tadi ia segera mandi, namun karna melihat makhluk lain didalam apartemen nuatnya jadi urung.

"Sungguh hidupmu sangat membosankan" ucap Caroline remeh masih berbaring dengan mata terpejam .

"Apa yang lo tahu tentang gue, lo hanya orang asing yang hobby menyiksa membunuh orang lain" kesal tanpa sadar apa yang ia katakan.

"Apa yang kamu katakan tadi?" Caroline membuka mata dan bangkit dari baringnya. Saka membekap mulut, ia salah bicara kepada orang yang salah.

Keluarlah, pisau lipat bertangkai putih andalan Caroline.

Saka berjalan mundur sedangkan Caroline berjalan mendekat.

"Kamu benar" dua kata yang menganding banyak makna Saka terdiam, ruangan minimalis itu hening.

"Ba.. Bagaimana lo bisa masuk kedalam sini?" tanya Saka heran suasana yang tadi tegang menjadi lebih ramah.

  Caroline tersenyum lebar dan menapilkan eyes smilenya. Jika ia adalah gadis normal maka tak butuh hitungan detik untuk jatuh cinta. Tapi ini... Butuh seratus kali berpikir jatuh cinta padanya dalam keadaan seperti ini.

"Aku pinter, jangankan apartemen kamu, merek celana dalam kamu aja aku tahu"  ucap Caroline ringan tanpa beban. Saka yang berdiri disana memerah padam.

"Lo ngapain disini?" tanya Saka gerah berlama lama bersama Malaikat itu. Bagaimana tidak aura gelap dingin mengintari ruangan Saka.

"Ok, Aku pulang dulu. Aku cuma memastikan kalau kamu tak bunuh diri karna betemu aku" ucap Caroline berjalan menuju arah Saka, sebenarnya kearah pintu kamar di bakang Saka sih.

"Dan memastikan kamu tak melapor" Caroline berjalan melewati Saka, menyempatkan diri menggores lengan Saka dengan pisau yang ia pegang.

"Ah... " Saka segera menutup lenganya yang terluka.

"Jangan mendesah, kau membuatku ingin melakukanya lagi" ucap Caroline di ambang pintu tanpa menoleh. Saka menatap tajam kearah malaikat pencabut nyawa itu sampai mengilang dibalik pintu.

"Dasar gila" umpat Saka saat melihat luka di lengan kananya. Segera bergegas mengambil kotak P3K dari lemari.

Datang sesuka hati dan pergi sesuka hati juga.

Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang