Luka

1.1K 54 0
                                    

Caroline duduk di atas kasur disamping Saka, membersihkan luka di wajah Saka dengan tak ada pelanya sama sekali. Toh orangnya lagi teler.

Caroline menaruh Betadine di pipi Saka yang terluka, Sampai sebuah tangan memegang lenganya.

  Mata Saka perlahan terbuka.

"Apa gue udah mati?" tiba tiba Saka menarik Caroline kedalam pelukanya melingkarkan kaki dipinggang Caroline. Dan anehnya Caroline tetap diam dan membalas pelukanya.

"Gue mohon jangan  kali ini jangan keluarin pisau lo" ucap Saka menggesek hidung di lekuk leher gadis itu.

"Berhenti bergerak, bergerak lagi atau jantung kamu bocor" Ancam Caroline tak nyaman saat Saka bergerak mencari posisi nyaman.

Bukan berhenti bergerak Saka malah semakin mendusel duselkan wajahnya.

"Siapa yang membuat nama kamu?" tanya Caroline tiba tiba.

"Nyokap" jawab Saka menghirup aroma Caroline.

"Kamu tahu?"

"Gak"

"Katanya nama mempunyai arti" tak ada jawaban dari Saka.

"Kamu tahu arti namamu apa?" tanya Caroline mengelus rambut Saka.

"Asaka seperti singkatan dari putus ASA, dan mungkin arti namamu kau akan putus asa"
Krik

Krik

Saka benar benar tertidur dengan lelap, dari tadi lelaki itu tidur ayam. Caroline hendak melepaskan diri, namun pelukan Saka semakin erat.

"Kalau saja bukan kamu, aku akan memotong kaki, tangan dan lehermu sekarang juga" ucap Caroline mendorong Saka sedikit menjauh, melihat wajah lelaki itu dengan jelas, sebuah senyum tertarik di kedua sudut bibir Caroline.

***

Saka membuka matanya, kepalanya pusing teramat sangat, entah apa yang merasukinya semalam, ia pergi membeli bir setelah bertinju dengan saudara tirinya.

Pusing mendera kepalanya, untuk duduk saja ia tak sanggup. Ini rasanya mabuk. Cukup menyenangkan, Saka mencoba meraih ponselnya dinakas.

Jam menunjukan angka sepuluh, bahks. Ia pingsan atau mati suri. Ia sudah sangat telat untuk mengejar ke sekolah. Yang ada ia datang datang dan sekolah bubar.

Saka mencoba mengingat sesuatu, semalam itu mimpi atau hanya halusinasi saja? Tapi itu tampak nyata? Tidak mungkin Caroline si malaikat pencabut nyawa melakukan hal itu?

"Gila" gumam Saka menuju kamar mandi, mual menderanya ia berlari ke wastafel, memuntahkan isi perutnya.

Tiba tiba pintu kamar mandi terbuka, menampilkan gadis  yang tersenyum.

"Kamu udah bangun Asa?" tanya Caroline membawa pelastik di tanganya.

Saka melotot horor, bukan apa, gadis itu masuk ke apartemen miliknya hanya dengan tanktop, tanda petik TANKTOP tipis berwarna putih yang membuat dalam sana menerawang. Saka mengalihkan tatapan kearah lain.

Ingin rasanya ia membenturkan kepala ke kaca kamar mandi dihadapanaya agar tetap waras.

"Ini susu, biar mabuknya hilang" Caroline mendekat kearah Saka. Saka mundur selangkah.

Gilak nih cewek...

Saka menelan ludah kasar saat jarak mereka terkikis, bahkan ia lupa bernafas.

Saat Caroline menjauh pergi, barulah Saka kembali memuntahkan isi perutnya. Bahkan muntahnya tak ingin keluar saat Caroline berada di dekatnya.







Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang