Saka berjalan dilorong apartemen dengan santai, matanya melirik pintu apartemen Lena yang sedikit terbuka.
"Saya katakan kamu jangan buka mulut, kamu sama seperti ibumu si pela*ur itu, dasar anak biadab"
Saka yang hendak memasukan digit nomor terhenti saat mendengar suara lelaki dewasa dari apartemen Caroline yang terdengar keras, Saka celingak celinguk melihat sekitar.
"Dasar, anak gak tahu diri. Awas jika kamu muncul dihadapan keluraga saya lagi" Disana, kepala sekolah Saka sedang menunjuk nunjuk Caroline yang menunduk.
"Anak sialan" Wira berjalan keluar, di depan pintu Saka dan Wira bertatapan mata. Wira orang yang di kagumi Saka tak lebih dari bajingan.
Tanpa banyak kata kata, Wira. Berlalu pergi. Saka masih menatap punggung itu dengan tatapan datar.
Saka memasuki apartemen Caroline, melihat Caroline masih berdiri menunduk. Siapa yang tahu dibalik wajahnya yang menunduk itu ternyata terselip sunggingan senyum mematikan.
Saka masih menatapnya, dan melihat sekeliling apartemen Caroline seperti mencari sesuatu kembali menatap Caroline.
"Kenapa gak lo bunuh aja tuh si setan" kalimat itu lolos dari bibir Saka dengan mudah. Caroline yang mendengar itu mendongak menatap Saka. Saka kaget saat melihat wajah Caroline yang bahkan tak mengeluarkan tanda tanda menangis.
Loh jadi tadi dia ngapain?
Saka menyembunyikan keterkejutanya dengan merapikan barang pecah akibat insiden tadi. caroline yang melihat itu terkekeh bergabung memberesi kekacauan yang dibuat ayah ralat kepala sekolahnya.
"Niatnya gitu, tapi terlalu cepat. Aku mau bunuh mereka satu persatu. Dan yang paling terakhir adalah orang yang paling banyak menyesal" ucap Caroline santai sambil memungut benda yan sudah tak berbentuk itu.
Saka menatapnya dengan tatapan tak terbaca, merasa diperhatikan Caroline menatap balik Saka.
"Kenapa gak dari dulu saja lo bunuh, masih rencana'kan?" kali ini Saka meletakan benda itu dan menatap Caroline intens.
"Kalo dulu masih terlalu muda" mendengar jawaban itu saka menatap Caroline naik turun menilai gadis itu.
"Emang kamu mau bantu aku bunuh orang?" tanya Caroline berdiri ke arah tong sampah.
Saka terdiam melihat gerak gerik Caroline. Berpikir keras. Apakah ia mampu bergabung dalam lingkaran ini.
"Kamu diam aku anggap ya, mari berkerja sama" Caroline sudah berada di hadapan Saka entah sejak kapan dengan mata penuh misteri.
Sekeras apapun Saka mencoba menembus penghalang dari tatapan Caroline Saka tak bisa melakukanya. Caroline sangat baik dalam menyembunyikan semuanya.
Saka ingin merubah gadis ini, sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopath Girl
FantasiaJangan baca work ini... Author gak tanggung jawab jika kalian sakit mata baca typo SAYA BILANG JANGAN BACA YA JANGAN BACA!!!!!!