Game?

1.8K 83 0
                                    

  Saka memandang pintu apartemen miliknya. Lorong lorong apartemen Sangat sepi. Ia memasukan tanggal lahir mamanya.

Berhasil

Saat ia membuka pintu apartemen miliknya bunyi pintu terbuka terdengar dari pintu lain.

Saka mencoba melihat si tetangga.

Dari sini tetangganya adalah seorang gadis yang menggunakan baju putih pendek.

Gadis itu berjalan ke arahnya, semakin lama wajah si gadis semakin jelas.

Caroline?

Caroline melewatinya tanpa menoleh sedikitpun. Saka yang baru tersadar segera memasuki apartemenya.

Sangat terawat.

kenapa tidak dijual saja?

Saka memberesi apa yang perlu dibersi dan membersihkan apa yang perlu dibersihkan.

Setelah selesai ia membaringkan diri di kasur berseprei hitam miliknya.

Sungguh Damai.

***

Saka terbangun dan segera melihat jam ponsel miliknya.

Bukankah hari ini ia memiliki jadwal untuk berparty, layaknya anak umumya?

***

Saka memandang Club dengan takjub. Ia memasuki club dengan langkah santai.

"Bro bro siapa nih yang ngajak si kutu?" entah kesialan apa Saka bertemu kelompok Guntur saat memasuki club.

"Elo ya Dan?" tebak Kendra asal.

"Idih kagak lah" elak Dani.

"Ngana salah kostum, mau kerja kantoran? " Saka memang memakai kemeja biru yang membuatnya tampak berkelas.

"Maaf saya gak ada urusan dengan anda" Saka segera memasuki Club.

"Wops saya anda gais, kaya bicara sama lawan politik ae gue" Guntur menoleh kearah Saka yang masuk kedalam.

Ia memesan alkohol pada betender.

Dani menghampirinya.

"Datang juga lo" sapa Dani duduk di kursi samping Saka.

Saka tersenyum paksa, kenapa ia harus bertemu dengan manusia munafik ini?

Seorang gadis berpakaian putih agak terbuka menghampiri mereka.

"Hai" sapanya memberi senyum manis.

"Hai" Dani membalas sapaanya dengan senyuman lebar.

"Kalian udah pesan?" tanya sang cewek.

"Belum, ini mau pesan" jawab Dani.

"oh"

"Kamu anak mana? Kok kaya gak pernah lihat" tanya Dani, ia memang tak pernah melihat gadis manis nan sexy ini disekolahan.

"Gue gak terlalu terkenal" jawab cewek itu tersenyum.

Saka menajamkan penglihatan, cewek itu terlalu familiar.

"Tapi lo familiar deh" kata Saka sudah sedikit sempoyongan, efek alkohol padanya sudah bereaksi.

"Masa sih?" si cewek tampak bingung.

"Mungkin karna wajah gue pasaran ya?" tanya cewek dengan nada heran.

"Ya bukan lah, anyway nama kamu siapa?" tanya Dani meneguk cocktail, itu tak luput dari tatapan si cewek.

"Nama gue Desi" si cewek mengulurkan tangan.

Bosan dengan suasan club yang ricuh ditambah pusing yang mendera Saka bangkit menuju pintu keluar.

Keputusan bodoh mengikuti apa yang dikatakan menyenangkan, padahal itu bukan gayamu.

Saka berjalan agak sepoyongan sampai ia menabrak tiang.

Ais kebodohan apa lagi ini?

Kaca mata Saka pecah, dengan penglihatan yang seadanya ia berjalan kearah motor miliknya. Semoga ia tidak tersungkur sebelum sampai apartemen.

Saka menekan angka apartemenya sambil menunduk, tangan kanan tak sengaja bertumpu saat ia mencari pegangan.

Dan pintu terbuka,

'apa tadi ia lupa menutup pintu?' tanya Saka dalam hati. Kepalanya mulai semakin pusing, tanpa pikir panjang ia segera masuk dan merebahkan diri di kasur ber seprei putih.

Tunggu?

Berseprei putih?

Mata Saka membola saat seseorang hendak membuka pintu apartemennya ralat apartemen yang di masukinya.

Segera kesadaran Saka terkumpul dan rasa pusingnya ia abaikan. Ia berlari memasuki lemari yang berada dikamar.

Dari dalam lemari Saka melihat gadis berbaju putih yang ada di Club bersama Dani tadi. Ia sedang menyeret seorang lelaki dan mengikatnya. Saka yang menyaksikan hal itu hanya bisa diam.

"Ini tidak akan menyenangkan kalau aku melakukanya saat kamu tak sadarkan diri" ucap Caroline pada Dani.

Ya, gadis itu adalah Caroline.

Caroline memgambil air dari kamar mandi dan menyiramkanya pada Dani yang tertidur.

"Wake up honey, this time to game"

Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang