Saka gemetaran di balik lemari, memang dari tadi saat melihat pembunuhan live itu ia menggigil tak karuan. Tapi nyalinya tak cukup besar melawan seorang gadis bersenjata. Dan kenapa ia bisa ketahuan?
"Keluarlah, aku tidak akan membunuhmu" kata Caroline masih berdiri di ambang pintu dengan pisau ditanganya.
"Ok ok aku akan meletakan pisauku disini" Caroline meletakan pisau nya di nakas.
"Atau aku yang membukakan untukmu?" tanya Caroline berjalan menuju lemari itu.
Saka yang berada didalam menutup mata ketakutan.
Apa pantas menjadi lelaki?
"Ba.. Baik aku sendiri" Saka keluar dari tempat persembunyiannya. Ia segera mencari senjata untuk pertahanan. Dan ia mendapat pot kaca di atas meja samping lemari.
Menodong pot kaca itu pada Caroline.
"Jangan macam macam, aku punya senjata, aku bukan Dani yang kamu ikat" kata Saka menggunakan aku dan kamu dalam berbicara.
Caroline tersenyum meremehkan, ia menjulurkan tangan dan menyingkap gaun putihnya keatas, merogoh sesuatu dibalik pahanya.
"Aku juga pakai senjata" Caroline memamerkan pistolnya dari balik pahanya.
Saka melongo, Tak percaya jika Caroline mempunyai senjata api.
Pistol?"Mau coba?" Caroline mengarahkan pistol kearah Saka.
Saka mundur ketakutan,
"Sebenarnya aku tidak suka menggunakan ini" Caroline memandang pistol yang ia pegang.
"Kau tahu kenapa?" tanya Caroline dengan senyum tersinggung di bibirnya.
"Karna kematianya tak menyakitkan dan itu kurang menarik " jawabnya dengan pertanyaannya sendiri.
"Kamu bilang kamu gak akan membunuhku" Saka memperingati ucapan Caroline tadi.
"Aku gak akan bunuh kamu kalau kamu gak nodong pot itu kearah aku, siapa yang tahu kalau ternyata kamu ingin bunuh aku dengan melempar pot itu ke kepala aku"
"Biarkan aku pulang"
"Siapa yang melarangmu pulang? Kamu mau ngapain ke apartemen aku? Kenapa disini seolah akulah yang penyusup?" tanya Caroline dengan nada mengejek.
"Kamu pergi ke sudut sana" tunjuk Saka pada sudut kamar.
"Kenapa?"
"Aku mau lewat, kau meghalangi jalan"
"Pintu ini muat untuk tiga orang apa kamu mengembang saat melewati Pintu?" tanya Caroline dengan cengiran.
Cengiranya sungguh tidak cocok dengan gaunnya yang berdarah darah.
Saka diam.
"Ok ok aku mojok deh" ucap Caroline pada akhirnya. Ia berjalan kesudut kamar.
Setelah sudah dipastikan aman Saka berjalan pelan menuju pintu kamar.
Kakinya masih gemetaran efek siaran langsung tadi. Ia tak menyangka orang seperti Caroline yang ternyata psikopat.
Setelah sampai di luar kamar ia segera berlari kearah pintu keluar. Dan sayup sayup mendengar suara.
"Jangan melakukan hal sia sia, seperti melaporkan ke polisi, mungkin" suara Caroline tampak riang.
Saka mengabaikan ucapan Caroline, ia berlari menuju apartemenya dan mengunci diri disana.
Jantungnya berdeguk kencang.
Gilak.
Seumur hidup bersama nenek dan ibunya, ia tak pernah bertemu wanita sejenis itu.
Ia mengambil ponsel dari nakasnya, ia melupakan benda berharga ini saat ingin pergi ke Club.
Batrai lemah dan ponsel Saka mati seketika.
Bukankah ini terlalu tampak seperti direncanakan?
Saka mengambil kunci motor dan dan bergegas keluar dari apartemen miliknya setelah melihat situasi.
***
Saka melajukan motor dengan kecepatan tinggi menuju kantor polisi.
Ia masuk dengan tergesa gesa kedalam sana. Tidak perlu menunggu lama ia dihadapkan dengan seorang berseragam polisi.
"Ada apa dik, ada yang perlu dibantu" tanya polisi pada Saka. Melihat jam yang sudah larut membuat polisi sedikit bertanya tanya.
"Pak, saya saya melihat pembunuhan" kata Saka pada polisi. Polisi itu tak gegabah.
"Dimana posisinya?" tanya polisi bertanya.
"Di apartemen teman sekelas saya, apartemen saya dan apartemennya bersebelahan"
"Kamu tahu nama si pelaku atau si korban?"
"Ya pak"
"Siapa nama pelakunya?"
"Caroline pak"
"Korbannya?"
"Dani" Saka berkeringat menjawab satu persatu pertanyaan polisi.
"Dani wijaya?" tebak polisi.
Saka terdiam, kenapa polisi bisa tahu?"Y...ya" jawab Saka bingung.
Polisi memberi laporan tentang Dani.
"Dani mengalami kecelakaan sejam yang lalu, dikarenakan ia berkendara dalam keadaan mabuk" kata polisi membuat Saka mati kutu.
Kenapa bisa?
"Apa kamu tidak mengalami mimpi?" kali ini polisi balik mengintrogasi Saka.
"Tapi saya serius pak, saya menggunakan mata kepala saya" Saka berusaha meyakinkan.
"Apa kamu mau membohongi saya? Tiba tiba kamu mengatakan menyaksikan pembunuhan orang yang kecelakaan? Maksud kamu setelah dibunuh korban mabuk dan mengemudi lalu kecelakaan, seperti itu?" tanya Polisi pada Saka, Saka semakin membisu.
"Sekarang kamu boleh pulang, kamu butuh istirahat" kata polisi berlalu pergi.
Apa ia bermimpi seperti yang dikatakan polisi itu?
Saka berjalan keluar, dan memandang berita yang ditayangkan tv, disana menampilkan kabar hari ini.
'Seorang siswa SMA mengalami kecelekaan mobil saat mengendarai mobilnya dengan keadaan mabuk, siswa berinisial DW tak dapat terlamatkan karena terbakar hangus oleh ledakan mobil'
Saka terpaku di tempat, baru beberapa jam lalu ia melihat pembunuhan itu.
Tapi kenapa?
Kenapa semua seolah tak pernah terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopath Girl
FantasyJangan baca work ini... Author gak tanggung jawab jika kalian sakit mata baca typo SAYA BILANG JANGAN BACA YA JANGAN BACA!!!!!!