Psikopat

1.7K 72 0
                                    


    Dani yang sudah tersadar seutuhnya terkejut saat ia sudah di ikat dengan kuat, baik kaki, tangan yang diikit menyatu kebelakang.

"Apa yang lo lakukan?" tanya Dani berteriak keras dan brontak saat melihat gadis yang ia temuin semalam berada di hadapanya.

"Sutt" Caroline menaruh jari telunjuk pada bibir Dani.
"Sekencang apapun kamu berteriak, gak akan dengar" lanjutnya, Caroline mengambil kotak besar dari bawah kasur miliknya.

"Kita akan bermain main dengan pisau pisau cantikku" Caroline memandang kasur miliknya dengan pandangan tak terbaca. Ia beralih memandang lemari kamar miliknya dengan menyeringai.

"Apa yang mau lo lakuin?" tanya Dani gemetaran memandang pisau berkilauan di hadapanya ia berusaha melepas tali pengikat tangannya.

Caroline mengambil salah satu pisau dari sana.

Ia mengarahkanya kearah kaki Dani. Merobek celana Dani sampai celananya terlepas seutuhnya.

"Akh.." Dani berteriak saat sayatan vertikal menghiasi kakinya.

"Gue mohon lepasin gue, apapun yang lo mau gue bakal.... Akh.. " air mata Dani menggenang tak dapat berhenti, ia tersengal menahan rasa sakit.

Melihat itu Caroline semakin menyeringai.

"Alkohol bukan hanya membuat darah keluar semakin deras tapi juga membuat air matamu keluar tak tahu malu" kata Caroline kembali mengambil pisau yang lebih besar.

Tanpa aba aba ia mengayunkan pisau yang yamg berukuran besar itu kearah kaki Dani.

"Akh..... " triak dari membahana, kaki nya terlepas dari sana dan mengucurkan darah segar.

"Berhenti menangis!!" Caroline reflek menusuk sebelah mata Dani dan memuncratkan darah segar.

"Akh..... " Dani menjerit sekuat tenaga.

"Itu agar kau tak menangis dan mengeluarkan air mata lagi" kata Caroline sambil mencabut pisau itu dari mata Dani.

Dani gemetar, terlalu banyak darah yang ia keluarkan, namun itu tak cukup langsung membunuhnya. Ia tak kuat untuk berteriak atau berbicara lagi.

"Mati adalah hal yang terbaik saat ini, bukankah begitu Dani wijaya?" tanya Caroline dengan lembut.

Ia menusuk sebelah mata Dani dan mata itu kembali memuncratkan darah. Ia kembali menyayat urat dileher Dani, membuat Dani kejang kejang bagai ayam yang di sembelih, kejang kejang berubah menjadi getaran yang lama lama memudar. Dani terduduk tak bernyawa karna kehabisan darah. Darah menggenang di lantai marmer apartemen Caroline.

Carolin menghubungi nomor kontak seseorang.

"Paman aku membutuhkan bantuanmu" setelah sambungan terhubung.

"apa yang telah kau lakukan?" tanya orang diseberang sana.

"Menjalankan hobby" jawab Caroline santai.

"Apa kalian tak bisa membuatku tidur untuk sebentar saja hah?" tampak jelas orang diseberang sana sekarang dalam suasana hati yang buruk.

"Sepertinya itu tak akan terjadi paman" ucap Caroline semakin membuat orang yang di seberang sana jengkel.

"tunggu disana, paman akan datang setengah jam lagi" orang yang dipanggil paman akhirnya mengalah

"kenapa lama sekali?"

"Paman sedang bertugas, kenapa kau selalu memanggil paman ini, kenapa tidak paman yang lain?"

"Karna paman yang terbaik" jawab Caroline sebelum menutup sambungan.

"Pengecut" tiba tiba Caroline bergumam dengan jelas.

Bunyi gesekan pisau terdengar nyaring didalam ruangan.

Mayat Dani masih tergeletak di lantai. Tak ada niatan menaruhnya ditempat yang layak.

"Apa kau akan terus bersembunyi di balik lemari honey?" Ujar Caroline sambil melirik kedalam lemari.

"Apa kau sepengecut itu? Seharusnya kau berpikir untuk menyerangku saat aku ingin membunuh Dani tadi"

Hening tak ada sahutan.

"Bukankah seharusnya kau akan membantu temamu yang akan terbunuh itu?"

Bunyi langkah kaki mengga di ruang kamar Caroline.

"Apa yang kau lakukan ine?" tanya seorang pemuda di ambang pintu kamar.

"Bersenang senang paman" jawab Caroline menatap sang paman tersenyum.

"Seharusnya kau menyelesaikanya dikamar mandi seperti biasa, lihat apa yang kau lakukan? Kau mengotori lantai ini" ucap pamanya membawa kantong pelastik berukuran besar dan memasukan Dani kedalam sana.

"kenapa paman datang cepat? Bukankah paman ada tugas" tanya Caroline pura pura bingung.

"Aku berada di sekitar sini untuk bertugas" paman Caroline memasukan kaki Dani kedalam pelastik.

"Apa aku perlu memotong motongnya lebih kecil paman? Sepertinya menyulitkanmu dengan ukuran sebesar itu" tanya caroline

"Kalian semua memang menyusahkan, seharusnya aku tak menerima pekerjaan ini" kata paman menggendong Dani keluar dari kamar Caroline.

"Paman akan merekayasa kematianya, kau jangan membuat ulah dalam waktu dekat, kalau membuat ulah jangan panggil aku" paman Caroline keluar dari apartemen miliknya.

Caroline menutup pintu apartemen miliknya dan mengambil pisau berlumur darah disaku bajunya.

"Boy, ingin bermain juga" kata lembut Caroline  dari ruang tamu.

Seorang lelaki yang berada di dalam lemari gemetar ketakutan.

"Honey, im coming" sambil membuka pintu kamar dengan sebilah pisau penuh darah ditangan cantiknya.



Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang