Hanya mimpi

1.1K 84 2
                                    

Saka berada disebuah ruangan yang tidak asing baginya. Tempat pertama kali ia melihat pembunuhan yang sangat mengerikan baginya.

Kenapa ia berada disini?

Saka memandangi penjuru ruangan dengan ngeri sekaligus takut. Ia bergegas memastikan alat eksekusi milik Caroline masih berada ditempatnya. Ia mengambil kotak yang berada di bawah tempat tidur itu.

Semua berjalan begitu saja tanpa dapat Saka atur, ia seperti penonton dalam kejadian yang ia lakukan.

Saka berjalan kearah kepintu dan terlambat... Bunyi tombol kode pada pintu apartemen sudah berbunyi. Saka gelagapan ia berlari tanpa suara kembali ke dalam kamar, mengembalikan kotak itu pada tempatnya dan segera menyelinap masuk kedalam lemari.

Ceklek...

Bunyi pintu terbuka dari arah pintu. Saka yang berada didalam lemari merutuki kebodohanya. Kenapa bisa ia berada dalam situasi seperti ini untuk yang kedua kalinya.

Caroline menyeret sebuah plastik besar yang ia bawa dari apartemen sebelah. Hah apartemen sebelah?

"Came on Baby" ucap Caroline mengeluarkan bagian dari dalam plastik hitam besar itu. Bisa Saka tebak bahwa yang Caroline bawa itu adalah mayat. Saka menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan bunyi ingin muntah.

Mayat yang Caroline keluarkan adalah seorang lelaki yang bersimbah darah, entah apa yang Caroline lakukan hingga membuat tubuh lelaki itu di penuhi darah?

Dari sini Saka tak dapat melihat wajah mayat itu. Mata Saka membola saat Caroline mengarahkan pisau yang dari tadi ia pegang ke arah leher mayat itu. Caroline membalik wajah mayat itu kearah dimana Saka berada.

Deg...

Jantung Saka berhenti berdetak, tubuhnya limbung. pasalnya dari celah lemari ini ia melihat bahwa mayat yang dibawa Caroline adalah dirinya...

Dirinya....

....

Sedangkan di dalam kamar Saka, Caroline sedang menonton Saka yang tidur dengan gelisah bagai cacing kepanasan, sesekali wajah pucat tertera di wajah Saka. Sudah sekitar setengah jam ia memperhatikan lelaki itu, sesekali menyentuhkan wajah Saka dengan pisau tajam miliknya, tidak sampai terluka. Namun cukup mengerikan untuk orang yang mengalaminya. Hal itu tidak cukup mengganggu, buktinya Saka tak kunjung bangun. Raut ketegangan terpatri di wajah Saka yang sedang terlelap.

Caroline penasaran Apa yang lelaki ini mimpikan sampai tubuhnya bereaksi seperti itu?

Caroline ingin membangunkanya tapi tidak jadi, ia menikmati raut wajah yang dihasilkan Saka.

...

Kembali lagi ke alam mimpi Saka, ia sedang menyaksikan tubuhnya di mutilasi. Ia sudah keluar dari dalam lemari namun Caroline tak merasakan keberadaanya.

Pisau tajam itu menuju kearah lenganya yang tanjang.

"Jangan gue mohon jangan, Caroline toolong" triak Saka frustasi melihat tubuhnya yang di pisah pisah, sudah ribuan kali ia mencoba menghentikan Caroline namun nihil, bahkan ia tak dapat menyentuh gadis itu. Ia hanya bisa menyaksikan pembunuhan itu.

"Hah..." Saka langsung duduk dari tidurnya manarik napas dengan lahap. Keringat mebanjiri wajahnya. Ia segera menghapus peluh itu dari wajahnya.

Saka membola, bukan keringat yang berada ditanganya, melainkan darah entah dari mana.

Saka langsung menoleh kearah samping saat menyadari pergerakan seseorang. Saka refleks mundur mengetahui siapa orang yang dari tadi disampingnya.

Pipi dekat mata saka seketika terasa perih.

"Apa yang lo lakuin di kamar gu... " kalimat saka terhenti saat ia melihat pisau di tangan Caroline. Melihat itu Saka teringat mimpi yang baru saja ia alami.

Glek...

"Tadi aku cuma numpang lewat, tapi aku dengar kamu manggil manggil nama aku, Caroline... Caroline..." ucap Caroline mempraktekan cara orang mengigau. Wajah Saka pucat, apa mimpi itu terbawa sampai kedunia nyata?

"Benarkah?" tanya Saka khawatir dengan wajah acak acak acakan ditambah pipi yang berdarah.

"Hmm" Caroline mengagguk yakin. Tak ada tanda tanda kebohongan disana.

Caroline maju mendekat kearah wajah Saka, secara otomatis Saka bergerak menjauhkan wajahnya. Berjaga jaga jika Caroline hendak melakukan sesuatu yang mengerikan.

"Tanpa kaca mata kau tampak manis" ucap Caroline kemudian berjalan menjauh dari sana, Saka menghembuskan napas lega ia melap wajahnya dengan telapak tangan.

"Ah.. " desahnya saat tanganya menyentuh pipinya yang terluka. Kembali melihat pintu yang sudah tertutup.

"Apa yang tadi ingin ia lakukan?" gumam Saka bangkit berjalan menuju tempat dimana kotak P3K di sana. Pergerakan memegang kotak itu terhenti saat sesuatu terlintas pada otaknya namun sedetik kemudian ia menggelengkan kepala.

Pada banyak yang sider, vote
20+ bakal update...

Wkwkw

Bye
See you next part

Psycopath Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang