Bunyi jam dinding terdengar jelas di apartemen Saka, jarum jam menunjukan hampir angka dua belas dan menciptakan keheningan mencekam. Mata Saka memang tertutup tapi seratus persen ia masih sadar. Tubuhnya dibolak balik, mencari posisi nyaman."Aish... "akhirnya Saka bangkit duduk, mengambil kaca mata yang ia taruh dinakas.
Segera ia berdiri dan berjalan menuju luar kamar, menuju dapur dan segera mengambil minum. Entah mengapa ia merasa gerah sekali.
"Kenapa bangun?"
Prank....Gelas yang ada ditangan Saka reflek terjatuh saat mendengar suara yang berasal dari kegelapan muncul.
"Astaga... " ucap Saka memegang dadanya. Tangannya bertumpu pada dispenser disampingnya.
Saka menatap Caroline tak habis pikir, apa Caroline tak punya jam? Pukul berapa sekarang? Kenapa Caroline berada di dapurnya?
"Ngapain lo sini?" tanya Saka santai, disantai santaikan.
Caroline tersenyum dalam keremangan malam
"Lima menit lagi ulang tahun aku, aku mau kamu orang yang pertama ngucapin, selamat buat aku" kata Caroline tersenyum manis, lagi.
"Aku bela belain nunggu kamu disini berjam jam tau pengen kado tapi aku gak bisa maksa, gak papa biar aku yang buat kado sendiri "
Mendengar ucapan Caroline itu Saka tercengang. Caroline langsung mengambil sesuatu dari dalam kulkas milik Saka.Sebuah kue ulang tahun berada didalamnya. Caroline memberikanya kepada Saka, Saka hanya pasrah.
"Make a wish" ucap Saka angkat bicara saat lilin yang berbentuk 18 itu menyala.
"I want Saka was mine, today tomorrow and always" ucap Caroline keras kemudian meniup lilin itu. Mendengar itu Saka hanya menggelengkan kepala.
Ia lebih tertarik dengan tulisan yang berada di atas bolu itu, saat lilin dinyalakn baru lah ia mengetahui warna bolu itu.
"Time to reply" Dengan menggunakan corak merah diatas bolu berwarna putih itu. Saka melotot, dalam keremangn malam ini.Ia segera mencolek dan segera mencium tulisan itu, syukurlah itu bukan darah
"Apa kau kira itu darah?" tanya Caroline melihat tingkah Saka. Saka menggeleng.
"Kenapa tidak kau cicipi?" dalam keremangan Saka dapat melihat senyum mengerikan Caroline.
Saka menyentuhkan Jari telunjuknya ke mulut.
Dengan gerakan cepat Caroline menyatukan bibir mereka. Saka melotot terkejut dengan serangan tiba tiba itu. Ia membeku ditempat entah mengapa tubuhnya menikmati perlakuan Caroline itu. Tanganya digiring menuju pinggang ramping Caroline. Dalam keremangan mereka berkubangan dosa.
"Semoga kita bertemu lagi" ucap Caroline perau, Seolah mereka tak akan bertemu lagi. Saka tak dapat merespon apa yang dikatakan Caroline. Ia tiba tiba linglung.
***
Saka terbangun dari tidurnya, matanya secara reflek terbuka. Nafasnya naik turun dan keringat mengalir dipelipisnya. Ia menatap sekitar, masih apartemenya. Ia beralih mengalihkan pandangan ke bawah. Ia melotot, pasalnya ia sudah tak berbaju beralih ke bawah, wajah pucat Saka menjadi lega setidaknya celananya masih terpasang dengan benar.
Saka bersiap siap untuk pergi kesekolah, ia keluar dari dalam apartemen. Ia memandang pintu yang tertutup rapat itu.
Saka segera berjalan menuju parkiran.
'Kosong' tidak seperti biasa, motor Saka tidak ada yang menjaga ralat menghuni. Antara senang atau khawatir Saka berjalan ragu menuju motor.Disekolah Saka juga tak menemukan Caroline, sudah seminggu berlalu. Seharusnya ia bahagia tak ada lagi orang yang paling mengerikan dihidupnya.
"Kayanya ada yang kehilangan pasangannya nih" goda teman kelas Saka, satu kelas tertawa mengejek.
"Gais ada kabar buruk" kata Sandi yang terlihat mengatur nafas karna berlari.
"Apaan San?"
"Cepetan ngapa ngomongnya" ucap guntur yang tak sabar mendengar kabar dari sandi.
"Gabriela kecelakaan" Ucap Sandi tersengal, Saka yang awalnya tak tertarik menjadi khawatir.
"Maksud lo?" celetuk siswi dibelakang.
"Gabriel kecelakaan, mobilnya dilindas kreta api" ucapnya lagi.
"Gimana ceritanya? Kapan?"
"Gak tau, kejadianya Tadi malam"
"Terus itu urusan kami? Mau dia mampos juga gak ngaruh sama gue" ucap Rena cuek, suasana hening tambah hening.
"Parah gak?"
'Tangan kanan sama kakinya di amputasi"
"Ini aktualkan?"
"Ya iyalah, gue dapatnya dari pacar gue " pacar Sandi adalah teman sekaligus sekelas dengan Gabriel.
"Wih gilak, kok bisa tangan sama kaki, gimana ceritanya itu?" celetuk Vian heran, berbeda dengan Saka yang termangu. Ia berjalan keluar, mungkin karna kabar itu banyak sebagian guru yang tak mengajar, kemungkinan menjenguk Gabriel dirumah sakit.
![](https://img.wattpad.com/cover/190058616-288-k592712.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Psycopath Girl
FantasyJangan baca work ini... Author gak tanggung jawab jika kalian sakit mata baca typo SAYA BILANG JANGAN BACA YA JANGAN BACA!!!!!!