Jungwoo 1.3

582 139 47
                                    

Jungwoo memutar otaknya keras. Walaupun ia sudah mendengar penjelasan dari mulut Yuqi sebanyak beberapa kali, akan tetapi otaknya tetap tidak bisa mencerna semua informasi ini dengan baik.

Seorang Qian Kun lah yang menjadi dalang dari semua ini?

Tapi.... Bagaimana bisa?

Jungwoo sendiri menyadari bahwa ia bukanlah orang baik-baik jadi bagaimana bisa dia tidak pernah menyadari kejanggalan apapun yang ada di dalam diri Kun?

Jungwoo tidak mengerti. Apakah kemampuannya yang menurun ataukah Kun yang terlalu pandai untuk menutupi jati dirinya sendiri?

Ia benar-benar tidak mengerti.



•••



Guanlin mengerutkan keningnya saat menyadari tingkah janggal yang dilakukan oleh salah satu dari teman baiknya itu sejak tadi siang. Ia menyikut bahu Shuhua pelan guna menarik perhatian gadis yang sebelumnya tampak sedang sibuk menyeduh kopi itu.
"Shuhua."

Shuhua tersentak.
"Eh? Kenapa?"

Gualin memajukan dagunya—menunjuk kearah Yuqi yang menatap gelas dipangkuannya dengan tatapan kosong.
"Dia kenapa?"

"Galau karena patah hati kali." Jawab Shuhua asal.

"Sembarangan. Patah hati sama siapa lagi memangnya? Kak Minho kan udah pergi dari lama."

"Gatau. Sama Seonho kali."

"Shuhua, yang serius."

Shuhua memutar matanya malas.
"Kalau khawatir tuh tanyain sendiri. Aku kan bukan babu kamu yang bisa disuruh-suruh."

"Yang khawatir juga siapa."

"Terserah."

Seonho mencibir.
"Ribet banget kalian berdua. Udahlah biar aku aja yang nyari tau kalo gitu."

Dan tanpa menunggu respon dari kedua orang yang lebih tua darinya itu, Seonho sudah terlebih dahulu berlari dan menepuk bahu Yuqi dengan cukup keras sehingga membuat gadis itu tersentak dan menjatuhkan gelas yang sebelumnya berada dipangkuannya.

Shuhua dan Guanlin sontak berteriak guna menegur Seonho.
"Yoo Seonho!!"

Seonho meringis. "Hehe, maaf." Lelaki itu menggaruk kepalanya yang tak gatal sesaat sebelum akhirnya ia menundukkan tubuhnya guna memunguti pecahan gelas yang berserakan di lantai. "Ce Yuqi jangan gerak ya. Nanti keinjek potongan gelasnya."

Namun baru saja Seonho menyelesaikan kalimatnya, tepukan keras sudah mengenai kepalanya dari arah belakang.

Guanlin menatap datar kearah Seonho.
"Dasar bego. Pake sapu bersihinnya biar ga luka."

Seonho mengerucutkan bibirnya.
"Ngomong baik-baik ngga bisa?"

"Ngga."

"Rese bener."

"Emang. Baru tau?"

"Guanlin! Seonho!" Tegur Shuhua. "Berenti berantem terus cepet beresin pecahan kacanya."

Saat kedua lelaki itu sudah hilang dari pandangannya, Shuhua berjalan mendekati Yuqi.
"Qi, kenapa?"

Yuqi mengulum senyumannya lalu menggeleng.
"Gapapa."

"Jangan bohong. Sejak kak Minho pindah, kamu berubah jadi aneh. Kamu tau sesuatu kepimdahan keluarga Choi yang mendadak?"

"Aku gatau apa-apa."

Shuhua memicingkan matanya. Matanya berkilat saat menyadari Yuqi yang menghindari tatapan matanya.
"Kamu—

Keduanya sontak menoleh saat mendengar bunyi lonceng berbunyi—menandakan bahwa ada seseorang yang masuk kedalam pintu kafe. Tampak seorang lelaki yang menatap kearah sekeliling sebelum akhirnya memberhentikan pandangannya pada salah satu meja kafe dimana Shuhua dan Yuqi berada.

[2] ChoixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang