Jungwoo - 1.5

678 139 54
                                    

"Kak Jungwoon?"



Wajah Jungwoo memucat saat melihat sosok tinggi yang sebelumnya tampak sedang berbicara dengan Jieqiong.

Sementara sosok itu tak kalah terkejut saat melihat wajah Jungwoo. "Jungwoo?"

Jungwoo berjalan mundur beberapa langkah. "Kamu harusnya udah mati, kak."

"Bukan aku..." Jungwoon meneguk ludahnya. "Tapi kamu. Harusnya kamu yang udah mati.."

Jieqiong menatap keduanya secara bergantian sebelum akhirnya perempuan itu terjatuh.

Ia pingsan.


•••


Jieqiong bangun dengan rasa pusing yang menjalar di kepalanya. Dan sosok pertama yang ia lihat setelah bangun dari tidurnya adalah Kim Jungwoo.

Sontak ingatan tentang lelaki lain yang tampak seperti Jungwoo itu muncul kembali di ingatannya.

"Jungwoo, mana Jungwoon?!"

Jungwoo mengerutkan keningnya. "Jungwoon siapa?"

"Cowok yang mirip banget sama kamu itu! Yang tadi kamu panggil kakak!"

"Siapa? Ngaco kamu. Aku kan anak tunggal mana punya kakak."

Perempuan itu tampak bingung. "Uh? Jadi tadi—

"Kamu mimpi kali. Tadi kamu pingsan soalnya."

"Aku?"

Jungwoo mengangguk. "Kamu pulang aja sana. Minta jemput."

Jieqiong mengangguk dengan ragu. "Jadi itu cuma mimpi ya?"

Jungwoo tersenyum. "Iya, cuma mimpi."


•••


Setelah mengantar Jieqiong keluar kantor, Jungwoo kembali berbalik menuju kearah pintu tempat tangga darurat kantor itu berada. Disambut oleh sosok lelaki yang memiliki perawakan hampir sama sepertinya.

Jungwoo menatap lekat sosok lelaki dihadapannya dengan tatapan dingin. "Kamu ngapain ada disini?"

Sesaat Jungwoon tersentak saat menyadari tatapan dingin yang diberikan oleh adiknya itu padanya.

Pandangan itu terlihat berbeda dengan tatapan orang biasa. Ia sudah sering melihat tatapan penuh benci yang diberikan padanya namun baru kali ini dia melihat tatapan yang begitu menusuk seperti ini.

Sebenarnya apa yang sudah terjadi pada adiknya selama ini?

"Jungwoo, kamu ga tau seberapa bahagianya aku bisa ketemu lagi sama kamu."

"Bahagia ya?" Jungwoo tersenyum miring sembari menaruh jemarinya di kerah baju kakaknya—membersihkan debu yang menempel. "Aku engga tuh." Ucapnya sembari tersenyum.

Tanpa sadar Jungwoon menahas nafasnya saat melihat senyuman itu.

Jemari Jungwoo yang sebelumnya hanya digunakan untuk membersihkan debu kini tiba-tiba berubah menjadi cengkraman pada kerah baju yang lebih tua. Senyuman lelaki itu luntur dan digantikan dengan topeng dingin yang sudah lama ditinggalkan olehnya.

"Enyah."

Satu kata namun cukup membuat Jungwoon berjalan mundur selama beberapa langkah. Ia menatap kearah adik lelakinya dengan tatapan tak percaya. "Kamu kenapa? Kim Jungwoo yang aku kenal bukan anak yang kayak gini. Jungwoo itu anak manis yang bahkan selalu ngikutin aku kemanapun karena takut ngeliat orang lain."

Jungwoo memiringkan kepalanya sembari tersenyum sinis. "Aku kenapa? Pikir sendiri dong kak. Kamu kan pinter, masa nebak ginian aja gabisa."

Jungwoo membelalakkan kedua matanya saat ia merasakan bahwa adiknya tiba-tiba mencekik lehernya kuat. Senyuman lelaki yang lebih muda itu melebar saat melihat raut kesakitan yang ditampilkan olehnya.

Jungwoon hampir menepuk dirinya sendiri karena pandangannya tiba-tiba berubah menjadi aneh. Kini, disamping tubuh dewasa adiknya, berdiri bayangan sosok adik manisnya yang dulu.

Mereka berdua berdiri sembari menatap kearah Jungwoon dengan dua tatapan yang berbeda.

Satu dengan tatapan memuja.

Dan satu lagi dengan tatapan membunuh.

"Kau lemah, Kim Jungwoon." Ucap lelaki itu sembari menambah cengkramannya pada leher Jungwoon.

"Kakak yang paling kuat!!"

"Aku bener-bener benci kamu lebih dari apapun di dunia ini."

"Orang yang paling aku sayang? Kakak!!"

"Enyah dari hidupku, pembunuh." Ucap Jungwoo sembari melepaskan cekikannya dan berjalan menjauh.

"Aku sayang kakak!!"


•••


Jungwoo mengusap wajahnya kasar. Lelaki itu bahkan tidak memperdulikan beberapa orang gadis muda yang berjalan mendekatinya sembari tertawa dengan kencang—berniat menarik perhatiannya.

"Permisi, apa kami—

Namun belum sempat mereka mengatakan niat mereka, Jungwoo sudah terlebih dahulu memotong niat para gadis muda itu. "Pergilah, aku sedang tidak ingin diganggu."

"Tapi anda—

Dari sela jemari yang menutupi wajahnya, Jungwoo menatap tajam kearah sekumpulan gadis-gadis muda itu. "Kalian tuli? Aku bilang pergi dari sini."

Para gadis-gadis itu tampak terkejut dengan respon yang diberikan oleh Jungwoo kepada mereka. Terbukti dari keberadaan mereka yang telah menghilang dari hadapan Jungwoo dalam waktu singkat.

Jungwoo kembali memejamkan matanya. Lelaki itu merasakan jantungnya berdetak dengan cepat saat ini.

Ia harusnya sudah sembuh bukan?

Tapi mengapa... Melihat raut kesakitan yang ditampilkan oleh kakak lelakinya itu benar-benar membuatnya puas?

Jungwoo menggenggam tangannya sendiri kuat—sampai buku-buku jarinya memerah. Ia menggigit bibirnya sendiri guna menghilangkan gejolak aneh yang mulai tumbuh lagi di hatinya.


Rasa haus untuk membunuh.

[2] ChoixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang