12. Good Night

1.5K 321 108
                                    

"Apa hubungan kita mulai kita perjelas aja?"



Chaewon mendorong tubuh yujin membuat pelukan mereka terlepas.

"Masak telor ceplok aja ya" kata chaewon menuju dapur.

Mata yujin tampak liar karna heran dengan chaewon yang mendadak cuek dan tak menjawab pertanyaannya tadi.

Chaewon sibuk menyiapkan makanan sederhana untuk yujin. Udah cocok jadi pendamping hidup uhuk.

Yujin duduk dengan manis di meja makan sambil nyemil rengginang sambil nunggu chaewon.

"Ini" kata chaewon memberikan 1 piring nasi goreng lengkap dengan telor mata sapi.

"Makasih ssamu" ucap yujin senyum.

Chaewon balas senyum lalu berjalan meninggalkan meja makan.

Tapi dengan cepat yujin menahan tangan chaewon.

"Kok makanannya cuma 1, kamu ga makan?" Tanya yujin.

"Ngga, lagi ga nafsu makan"

"Makan sayang" perintah yujin.

"Ngga yujin" ucap chaewon berusaha melepaskan pegangan tangan yujin.

"Aku bilang makan ya makan!"

"Aku bilang ngga ya ngga!" Ucap chaewon menghempaskan tangan yujin.

Chaewon pergi mengacuhkan yujin.

"Chaewon!" Teriak yujin berdiri dari duduknya.

Langkah kaki yang dipanggil terhenti, chaewon tampak menghela nafas.

Mendadak suasana jadi mencekam.

Sesungguhnya mereka sedang saling memendam kegelisahannya masing masing.

Chaewon tau permintaan yujin untuk memperjelas hubungan itu cuma alibi agar ia tak terlihat masih mengharapkan minju.

Sedangkan chaewon perlahan mulai menyukai yujin tapi ia sadar yujin belum sepenuhnya melupakan minju.

"Apa?!" Tantang chaewon.

Yujin cuma diam menggeretakan giginya menahan marah yang tiba tiba meluap.

Chaewon memilih masuk kamar dan membanting pintu dengan kuat.

Yujin juga keluar dari apart chaewon tanpa menyentuh masakan tadi.

.
.
.
.

"Sayang" panggil chaeyeon pada minju.

"Hm?" Gumam minju yang lagi ngambil air di dispenser.

"Jadi kapan aku bisa ketemu orang tua kamu?" Tanya chae memeluk minju dari belakang.

Minju menenggak minumnya, jemari tangan chae menyimpan rambut minju di balik telinga.

"Ntar" jawab minju singkat.

"Kapan?" Chae membalikkan tubuh minju menghadapnya.

"Tunangan tanpa orang tua kamu tau, ini bakalan berat buat aku perjuangin kamu nantinya" ucap chae lembut.

Minju memang menerima ajakan tunangan dari chaeyeon tapi dengan syarat untuk memberi tahu keluarga minju nanti jika sudah saatnya menikah.

Minju memeluk leher chae dan memberi senyum terbaiknya.

"Tenang aja, aku pasti bakal kenalin kamu ke keluarga" kata minju.

"Beneran?"

"Iya, serius" ucap minju menatap dalam ke mata chae.

Chae mencium pipi lalu menggelitik telinga minju dengan deru nafasnya membuat minju ketawa geli.

"Yang hahahha" tawa minju mendongakkan kepalanya yang malah chae bebas menyusuri leher minju.

Yujin yang melewati pintu kamar minju berhenti dan mendengar tawa minju yang lepas malam itu dengan embel embel 'yang'.

Yujin tersenyum miring menahan rasa pedih yang masih saja menjalar di hatinya setelah 6 tahun berlalu.

"Lo bisa ngga sakit ga sih!" Kata yujin memukul dada kirinya.

Terdengar samar lagi dari dalam kamar minju desahan, "mmph"

"Damn it!" Kata yujin lalu bergegas menuju lift sebelum ia mendobrak pintu dan menarik minju.

.
.
.
.

Yujin pulang ke rumahnya dan di sambut oleh bian yang belum tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Bang yujin, sini bian lagi nyusun lego sampe gede" kata bian menarik tangan yujin.

Walaupun tenaga bian kecil tapi ia bisa membuat yujin melangkahkan kakinya.

Terlihatlah lego yang sudah tersusun setinggi dada bian tapi dengan bentuk yang absurd. Sepertinya bian ga punya nilai seni sama seperti bapaknya sian.

"Loh main sendirian doang?" Tanya yujin heran tak ada yang mengawasi bian main.

"Tadi ada papa tapi papa masuk ke kamar dan belum keluar" ucap bian dengan gaya bicara khas anak 5 tahun.

Yujin duduk disebelah bian yang lagi berdiri.

Yujin memperhatikan miniatur absurd yang dibangun bian tanpa bicara apa pun.

Beberapa menit bian sibuk menyusun lego lalu ia memperhatikan yujin yang sedari tadi diam.

"Bang yujin, apa yang sakit? Bilang sama bian sekarang" kata bian mengusap ujung mata yujin yang tanpa sadar mengeluarkan air mata.

"Eh?" Yujin ikut mengusap pipinya yang basah.

Tiba tiba saja air matanya keluar tanpa di minta.

Hatinya sedang sangat sakit mengetahui minju berada di kota yang sama dengannya tapi tidak menemuinya bahkan mungkin minju sudah punya pacar baru.

Udah 6 tahun tapi yujin masih belum bisa melupakan minju padahal ada chaewon perlahan mengobati lukanya.

"Apa yang sakit? Apa tarikan bian tadi sakit?" Tanya bian polos memegang tangan yujin.

"Ah bukan hehe, ini mah kurang tidur jadi mata abang berair" jelas yujin mengusap kepala bian dengan sayang.

"Ayo tidur sama bian biar bian jagain bang yujin dari nyamuk nyamuk nakal" kata bian dengan pipi menggembung.

Yujin tertawa terhibur melihat bian yang punya sisi perhatian walaupun terkadang membuat yujin kesal dengan kenakalannya.

Yujin menggendong bian menuju kamar.

"Yaudah, jagain abang dari kakak kakak nakal di luar sana ya" kata yujin becanda.

"Bang yujin" kata bian memeluk leher yujin dan menyandarkan pipinya di bahu yujin.

"Hm?"

"Kata mama, bian punya 1 kakak lagi"

Yujin sedikit terkejut akhirnya mama eunbi mau cerita kalau dia punya anak perempuan pada bian.

"Oh ya?"

"Iya, kata mama dia bakal ke ru..mah" ucap bian dengan suara semakin pelan karna tertidur.

Bahu yujin sangat nyaman sehingga belum sampai kamar saja bian sudah ketiduran.

Sesampai di kamar yujin membaringkan tubuh bian disebelahnya lalu mengusap kening bian.

"Good night bian" ucap yujin tersenyum dan mengecup kening bian.

Yujin juga membenarkan posisi tidurnya sendiri.

"Good night yujin, semoga siap ketemu kakak tiri" gumam yujin senyum meremehkan dirinya sendiri.


























-------

Family Become FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang