11.

10.5K 940 12
                                    

"Luke!" aku berhenti melangkah dan menoleh ke arah seseorang yang memanggil namaku itu,ternyata dia Bobby,teman ku saat di sekolah ku dulu,ia menghampiri ku dan mengajakku bersalaman khas para lelaki.

"Hai. whats up?" ucapku berusaha tersenyum,menyembunyikan rasa lelah dan rasa sedih yang menyelimuti diriku.

"Same old,same old. bagaimana denganmu? wah,kau tampak lebih tampan sekarang." ucapnya sambil memukul pelan bahuku,aku hanya tersenyum.

"Yeah,aku tidak terlalu baik sekarang." ucapku seadanya. ia mengerutkan kening.

"Kenapa?"

"Aku mencari Rain." aku menghela napas dan memejamkan mataku sejenak untuk membayangkan sosok Rain.

Damn,aku merindukan mata nya,merindukan senyumnya,merindukan semua tentangnya..

Aku menarik napas dan kemudian membuka mata,kembali menatap Bobby yang berdiri di depanku.

"Kau tau bagaimana keadaanya?" Gumamku,ia mengangguk.

"Rebecca dan golongan nya selalu menganggu Rain." ucap Bobby,seketika itu aku tersentak.

"Kau tau tentang itu,tapi apakah kau membantunya?!" tanyaku , ia terdiam dan menggeleng pelan.

"Tidak... jujur,aku pernah hampir membantunya,namun kemudian pelayan Rebecca yang selalu mengikutinya kemana-mana itu mengancam ku,kami semua diancam,Luke.tidak ada satupun yang boleh membantu Rain." ucap Bobby.

"Apa yang kau tau tentang Hannah?" tanyaku lagi.

"Dia gadis pindahan,dan orang pertama yang membela Rain. dia terkena ancaman dari Rebecca dkk,namun ia tidak takut. Hannah terkesan seperti gadis yang......depresi,mungkin? bahkan ada kabar bahwa Hannah terkena anorexia." ucap bobby pelan dan hati-hati. "Tapi dia sudah meninggal,Luke. ia bunuh diri dan terjun dari lantai paling atas sekolah."

Aku menarik napas dalam mendengarnya.

Rain benar,semua orang yang ia kasihi selalu meninggalkan nya,meninggalkan ia sendirian.

Termasuk aku...

Tapi aku tidak akan meninggalkan nya lagi,aku kembali sekarang..

"Bagaimana keadaan Rain ketika sahabatnya bunuh diri?" Tanyaku.

"Ia terdiam mematung,dan kemudian menangis tanpa suara,dan tanpa henti." Jawab Bobby.

Mendengar cerita nya, hatiku terasa sangat sakit.

Aku tidak sanggup membayangkan Rain menangis,apalagi jika aku melihat ia menangis,rasanya aku ingin ikut menangis bersama nya.

"Apa kau pernah bertemu dengannya?" tanyaku pelan,aku tidak terlalu yakin jika Bobby pernah bertemu dengan Rain,tapi aku tetap menanyai nya,siapa tau dia memang pernah bertemu dengan Rain.

"Pernah."

Aku menatap Bobby kaget,sekali lagi aku merasa senang dan lega,seperti yang kurasakan saat luke bedebah itu menjawab pertanyaanku dengan kalimat singkat yang berbunyi 'ya'

"Sungguh? dimana?" kejarku.

"Aku melihatnya hari Jumat yang lalu,di sebuah club yang ada di ujung kota." jawabannya membuat aku terhenyak.

Club?

Sejak kapan Rain datang ke Club malam?

"Kau bercada..mungkin kau salah orang." ucapku sedikiy tidak percaya,ia menggelengkan kepalanya.

"Percaya padaku,Luke. saat pertama kali aku melihatnya,aku sendiri juga tidak percaya. bagaimana mungkin gadis sepolos Rain bisa berada di club malam? tapi kemudian,aku menyadari bahwa itu benar-benar Rain. hanya saja,dia sedikit........berubah." ucapnya,aku menyadari bahwa ada makna di balik kata berubah dari yang ia ucapkan tadi,membuat perasaan ku menjadi tidak enak.

"Tapi kau sungguh-sungguh yakin bahwa itu Rain?" tanyaku mencoba untuk meyakinkan diri sendiri.

Bobby mengangguk dan membuka suara nya. "Sesungguhnya.. Aku meminta sepupu ku untuk mengajaknya berkenalan,saat itu aku benar-benar penasaran pada gadis itu,hingga kemudian sepupuku mengajaknya berkenalan,dan ia memperkenalkan diri sebagai Rainella." ucapnya.

"Luke,berapa banyak gadis di sini yang bernama Rain?" tambahnya.

Bobby benar,jarang sekali ada gadis bernama Rain.

"Aku harus mencari nya sekarang." Ucapan itu yang keluar dari mulutku,Bobby mengangguk dan kemudian mengeluarkan kunci mobil nya.

"Mari ku antar ke club itu." Ucapnya santai.

*****

Looking for RainellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang