"Rain....ada yang mencarimu." aku mendongak dan mendapati salah satu perawat yang ada di sini. Ucapan perawat itu menghentikan aktivitas ku yang tengah menatap tiket pemberian Luke.
Kurang empat jam lagi.
Kurang empat jam lagi hingga pesawat yang akan Luke tumpangi tinggal landas.
Dan sampai saat ini aku masih terperangkap disini.
"Siapa?" tanyaku sambil menatap perawat itu.
"Just....somebody." ucapnya,ia terlihat tak nyaman. Aku jadi penasaran,siapa orang yang mencariku?
Jadi,daripada penasaran lebih lama lagi,aku pun segera bangkit dari dudukku dan mulai berjalan keluar kamar,diikuti perawat yang memanggilku tadi.
"Itu dia orangnya." ucap si perawat sambil menunjuk ke arah dua orang lelaki berpakaian seragam polisi.
Apa ada ini?
"Rainella Sunmer?" sapa satu dari dua polisi di depanku,dan aku pun mengangguk menjawab sapaannya.
"Ya..ada yang bisa saya bantu?" tanyaku. kedua orang di depanku saling pandang,lalu menghela napas dalam.
"Kami ingin bicara dengan mu,nak. Namun sebelumnya,lebih baik kau duduk dulu." ucap orang itu lagi.
Aku pun menuruti ucapannya dan duduk di kursi.
"So?" ucapku,masih bingung kenapa ada polisi yang menyuruhku.
"Well...kami kemari ingin menyampaikan berita tentang keluargamu." ucap polisi yang satunya.
Mendengar ucapannya,membuat jantungku berdetak tak karuan.
Keluargaku?
Sudah lama sekali aku tak mendengar kabar ibu dan adikku.
Aku tidak perduli dengan ayahku.
"Ada apa dengan mereka?" tanyaku pelan.
"Maaf,nak. ibu dan adikmu mengalami kecelakaan lalu lintas yang cukup parah." ucapannya membuat jantungku berdetak semakin cepat.
"Lalu bagaimana keadaan ibuku? bagaimana keadaan Windy?" Ucapku panik.
"Maaf.... mereka berdua meninggal di tempat.." ucapan polisi itu membuatku tersungkur.
Tidak.
Tidak.
Tidak mungkin.
Tidak mungkin ibuku meninggal.
Tidak mungkin adikku yang manis dan masih kecil itu meninggal.
"Tidak mungkin." Isakku,tangisku pecah ketika membayangkan sosok adik kecilku yang tengah bersimbah darah.
Aku tidak bisa membayangkan Windy,salah satu orang yang menjadi alasan kenapa aku tetap bertahan disini meninggal dunia.
Dia masih terlalu kecil,masih terlalu muda,dia tidak tau apa-apa.
"Maafkan kami,Rain. tapi itulah kenyataan nya. dan.. kami mau memberitahukan kabar satu lagi dari ayahmu..." aku membuka mata dan menatap mereka berdua.
"Kenapa bajingan itu?" ucapku dingin,mereka terdiam,saling pandang dan kemudian membuka suara.
"Dia terlibat pertengkaran di suatu club dan kemudian lawan nya menekan pelatuk pistol tepat di kepalanya." ucap polisi itu.
Walaupun pria yang kusebut ayah itu benar-benar jahat padaku,namun aku tak bisa membenci nya.
Bagaimanapun,ia ayahku.
Dan aku menyanyangi nya.
Dan mendengar berita yang sekali lagi menyayat hatiku itu,aku merasa semakin hancur.
Hilang sudah.
Aku tidak punya keluarga lagi.
Aku tak punya siapa-siapa lagi.
Aku tak punya tempat yang bisa kusebut rumah.
"TUHAN KEJAM PADAKU!!!" Teriakku marah,aku berteriak,aku menangis,dan aku tak bisa mengontrol semua perasaan ini.
Tuhan mungkin memang sangat membenciku.
Ia selalu merebut semua yang kusayang.Aku berteriak,terus berteriak dan menangis histeris seakan kesetanan sambil menjambak rambutku juga melempar semua barang yang ada di depanku.
Hingga kemudian,hanya kegelapan yang menyelimuti ku.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Looking for Rainella
Fanfic"Dimana kau? Maafkan aku,Rainella. Aku tidak menyangka bahwa semua nya akan seperti ini. Maafkan aku,Rain. Sekarang aku kembali,aku akan mencoba untuk memperbaiki mu,memperbaiki hubungan kita. Maafkan kebodohan ku,Rain." - Luke Hemmings "But darling...