12.

10K 942 22
                                    

Aku berjalan memasuki Club,berusaha menghindari semua orang yang tengah sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing.

Aku kemari bukan untuk bersenang-senang,aku kemari untuk mencari gadis ku.

Aku berjalan dan terus berjalan,melewati beberapa pasangan manusia yang tengah make out di pojok ruangan maupun di dance floor,berusaha untuk melewati dan menghindari beberapa gadis asing yang menarikku dan mengajakku menari,berusaha untuk menemukan gadis ku.

Aku sudah mencari ke dance floor,area VVIP,ke belakang ruangan,hingga aku sudah menunggu di depan pintu kamar mandi wanita,berharap agar Rain tiba-tiba muncul dari sana.

Namun penantian itu sia-sia.

Rain tidak ada di dalam sana.

Aku benar-benar lelah dan ingin menangis rasanya.

Apa aku benar-benar berdosa hingga Tuhan tidak mau mempertemukan aku dengan Rainella?

Aku menarik napas dan berjalan kembali menuju ruangan club yang penuh sesak,kemudian aku memutuskan untuk meminum satu atau dua gelas alkohol untuk menghilangkan rasa penat ini.

Aku pun berjalan menuju meja bar,sekali lagi melewati lautan manusia yang ada di sini.

Setelah aku sampai di bar,aku meminta bartender untuk membuatkan minumanku,dan tak lama kemudian minuman ku sudah jadi. Aku duduk dalam diam dan meminum minuman itu sedikit demi sedikit,namun minuman ini tidak bisa menghapus pikiranku tentang Rain.

Jika Rain tidak ku temukan,bisa-bisa aku gila.....

Aku sangat merindukan Rainella...

Aku merindukan senyumnya,tawanya,wajahnya,rambutnya,suaranya,semua nya......

Aku tersenyum miris dan kembali meminum minumanku sambil mengedarkan pandangan ku ke sekeliling ruangan,dalam hati berdoa agar aku bisa melihat sosok Rain di sini.

Aku terus menatap ke sekeliling,hingga akhirnya pandanganku jatuh ke seorang gadis sedang duduk di kursi yang berada di ujung ruangan. jarak kami tidak terlalu dekat,namun juga tidak jauh,aku masih bisa melihat dia.

Gadis itu memakai eyeliner yang dibuat spooky, rambut panjang nya diurai,ia memakai pakaian hitam-hitam,dan ia merokok dengan santai nya.

Aku terus menatapnya,tidak berani berkedip karena aku takut ia akan hilang ketika aku mengedipkan mata. Aku takut bahwa ini tidak nyata,ini hanya imajinasi ku yang terlalu merindu.

Perlahan aku berjalan mendekatinya setelah aku selesai membayar minumanku.

Aku mendekati dia,dan semakin dekat dengannya,aku semakin tau bahwa ia memang benar-benar berubah.

Dia terlihat lebih garang,keras,dan ia merokok....

Tapi kecantikannya tidak berubah,ia tetap cantik,dan perasaan ku padanya,sama sekali tidak berubah.

Aku tetap mencintai nya..

Jarak kami semakin dekat,aku bahkan sudah berdiri di sampingnya,namun ia tidak menyadari kehadiranku,ia tetap menatap kedepan dan merokok dengan asik nya.

"Jika kau mau mengajakku menari,aku akan menolaknya. aku kemari bukan untuk menari seperti orang gila." Ucapnya tanpa menoleh ke arahku.

Suara itu.....suara yang selama ini ku rindu.

Ini nyata...

Ia nyata....

Aku menemukan nya......

"Rain...." Walau aku hanya membisikkan namanya di tengah dentuman musik,ia dapat mendengar suaraku dan langsung menoleh kearahku,ia mendengar bisikanku seakan aku tadi berteriak padanya.

Ia menatapku dengan sorot yang tidak bisa ku baca.

Namun satu yang aku tau dari mata itu.

Mata itu tidak menggambar kan laut biru yang tenang lagi,mata itu kini menggambarkan lautan es. mata itu menjadi dingin.....

"Luke."

****

Looking for RainellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang