[16] - Tak Berdaya

94 11 0
                                    

Halo, sudah lama ga apdet hehe. Semoga ga lupa dengan cerita ini yaa, I will try to update more often, mungkin seminggu dua kali. Memang, kalo udah mendekati ending itu rasanya jari-jariku susah banget bergerak. Bukan ending di wattpad loh, tapi di pikiranku wkwk. Okedeh, happy reading!

***

Radar yang terpasang di tubuh Seth berbunyi nyaring kala kendaraannya mendekati perbatasan Desa Wainu. Perasaan tidak enak seketika melingkupi seluruh tubuhnya. Radar ini adalah pelacak jarak dekat yang mampu memberikan sinyal apabila mendeteksi adanya gelombang energi tak manusiawi dalam radius 100 meter.

Pelacak ini diperuntukkan untuk mempermudah Seth mengetahui lokasi pasukan Erebus yang sedang mengacau. Namun sekarang mendapati pelacak ini berbunyi nyaring membuat Seth memiliki perasaan kuat bahwa semua ini berhubungan dengan Lei.

Lelaki itu mengetatkan geraham, menghentikan kendaraannya dengan sembarangan dan berlari secepat kilat memasuki Desa Wainu. Keadaan di sana kacau, orang-orang terlihat bingung dan ketakutan mendapati suara ledakan yang terdengar begitu dekat meski kenyataannya, sama sekali tidak ada properti yang rusak maupun orang-orang yang terluka.

Mereka berbisik-bisik, menerka-nerka apa yang sebetulnya sedang terjadi. Padahal suara ledakan itu terdengar begitu memekakkan telinga, begitu dekat dengan pasar tempat mereka berada hingga mereka sigap menunduk dan melindungi kepala. Namun hingga beberapa saat mereka menunggu, tidak ada apapun yang terjadi. Seakan-akan mereka hanya salah mendengar.

Tapi bagaimana mungkin bisa semua orang di Desa Wainu serempak mendengar hal yang seharusnya tidak terjadi?

Seth melihat sekeliling dengan awas. Keadaan ricuh di pasar kota yang ramai membuatnya tidak diperhatikan oleh penduduk di sana. Itu sebuah hal yang baik, karena Seth tahu jelas bagaimana Desa Wainu membenci pendatang baru. Mereka menganggap turis dan penjelajah sebagai orang luar yang datang dengan tujuan hendak merusaki kedamaian desa mereka, sehingga terkadang mereka berlaku kasar dan tak ramah untuk mengusir pendatang itu pergi.

Ia mengangkat telapak tangannya, dan sebuah layar bening muncul di sana. Ada sebuah garis panjang yang terus menerus berputar searah jarum jam, dan di teritori garis itu, muncul dua titik terang yang saling berdekatan.

Dua titik. Dua energi. Dua orang yang masing-masing mengeluarkan gelombang energi dahsyat yang mampu memicu radarnya. Seth memaki dalam hati, firasatnya benar.

Kakinya melangkah ke arah yang ditunjukkan radar tersebut, hingga akhirnya Seth sampai pada sebuah lahan kosong di belakang tempat pemukiman yang sudah lama terbengkalai.

Disana tidak ada apa-apa, hanya ada lahan luas yang terpampang dengan rumput-rumput kering yang tumbuh merambati. Akan tetapi radar Seth dengan jelas menunjukkan bahwa kedua gelombang energi itu berasal dari tempat di depannya.

"Lei!" Seth memanggil keras. Suaranya bergema, terpantul dan kembali ke telinganya sendiri.

Aneh. Aneh sekali. Seharusnya tanah terbuka seperti ini tidak mampu memantulkan suara sejelas dan secepat itu. Jika suara Seth terpantul, maka itu berarti ada sesuatu di depannya. Sesuatu yang menabrak gelombang suaranya dan mengembalikannya kembali dengan cepat.

Seth lantas mengeluarkan kedua bilah pedang panjangnya. Ia memantapkan pijakan kakinya, lalu dengan kekuatan penuh melesat maju dan mengarahkan ujung pedangnya yang tajam ke arah lahan kosong di depannya.

Mata pedang itu terhenti di udara begitu saja. Seth menahan nafas, ada sesuatu disini. Seseorang tengah membuat dimensi lain di tempat ini, dimensi yang tidak bisa dimasuki dan dilihat. Dimensi yang hanya bisa dibuat oleh mereka yang bukan manusia.

Tapi Seth tidak menyerah sampai disana.

Teknologi Garyakta sudah jauh lebih maju dibandingkan berabad-abad dulu. Jika dulu mereka hanya bisa menyembah Dewi Zephyra dan meminta pertolongan setiap kali ada kekeringan atau bencana, sekarang mereka sudah bisa mengatur intensitas hujan dan matahari.

Rêveuse ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang