Selamat hari minggu, aku akan dobel update hari ini hehe :))
***
Seth dan Lei pun tidak punya pilihan lain selain kembali ke penginapan. Hari sudah gelap sepenuhnya ketika mereka berjalan beriringan, matahari sudah sepenuhnya tertelan oleh tebalnya awan, dan burung-burung sudah melesat untuk kembali ke sarang masing-masing.
Keheningan yang ganjil membentang di antara mereka. Tepatnya, sudah sejak berpisah dari Hacleo dan Senri, Lei membungkam dan sesekali melemparkan tatapan ganjil pada Seth.
Seth berdeham gugup, "Apa ada yang mau kamu katakan, Lei?" Ia memutuskan untuk bertanya daripada membiarkan suasana tetap bergantung aneh diantara mereka.
Lei diam sejenak dan kembali menatap Seth dengan tatapan ganjil yang tidak bisa Seth tebak artinya, membuat lelaki itu menelan ludah kikuk. Dia bahkan tidak sadar bahwa dia menahan nafas sedari tadi selagi menunggu jawaban dari bibir Lei.
"Tidak apa-apa," Lei menggeleng, "Aku hanya...tidak menyangka kalau ternyata kamu punya sisi kekanakan seperti itu. Bertengkar dengan anak kecil dan berteriak dengan emosional seperti itu."
Sepertinya Seth mulai tahu apa arti tatapan itu.
"Kukira kamu seorang yang dingin, tegas dan serius." O-oh, itu...Seth akhirnya mengerti sekarang. Itu tatapan jengah, tatapan ketika seseorang ternyata tidak sama seperti apa yang kamu bayangkan selama ini. Hancur sudah imej Seth di mata Lei, dan semua itu gara-gara anak kecil bau kencur kurang ajar itu!
Lantas tanpa diduga-duga, sebuah tawa kecil lirih terlontar dari bibir Lei. "Tapi ternyata kamu punya sisi menggemaskan seperti itu juga." Wajah dingin perempuan itu melunak dan tatapannya melembut.
Seth melongo bagai orang kampung yang pertama kali melihat sebongkah emas. "Y—Yah," Ia menggaruk belakang kepalanya, tidak tahu harus berkata apa. Salah tingkah, malu, dan terpesona.
Masalahnya, senyum Lei itu bagai harta karun yang muncul di saat-saat tak terduga. Senyum itu begitu mempesona, dan selalu berhasil membuat Seth seakan kehilangan arah sejenak.
Beruntungnya Seth menjadi satu-satunya orang yang dapat memonopoli senyum Lei untuk dirinya sendiri.
Eh tidak, Seth baru teringat. Tadi Lei juga tersenyum pada Hak. Dasar bocah sialan.
"Kenapa kamu begitu kasar padanya, Seth? Dia lucu."
Seth mendengus tak setuju. "Iya, dia hanya lucu dan sopan padamu. Lihat sikapnya padaku, berbeda seratus depan puluh derajat!"
"Itu karena dia menyukaimu, Seth."
Seth menatap tak percaya. Hacleo menyukainya, tidak mungkin. "Kamu demam? Sakit kepala? Pusing?"
"Aku baik-baik saja." ujar Lei sabar.
Mereka memasuki penginapan kemarin, memberi salam kepada pria tua penjaga resepsionis yang tampak sama tidak pedulinya dan menaiki tangga menuju kamar. Lei membuka pintu dan melangkah masuk, mendapati ranjang mereka sudah dirapikan dan dialasi dengan sprei baru, putih tak bernoda.
Karena keadaan genting semalam, Lei tidak sempat meneliti kamar itu lebih lanjut.
Ternyata kamar itu sangat bagus. Perapian dengan api yang menyala lembut di sudut kamar, menguarkan hawa hangat yang langsung melingkupi tubuh Lei yang seharian ini berjalan terkena angin, lilin-lilin besar yang tertempel di setiap sudut memberikan penerangan yang remang-remang sekaligus menenangkan, dan bau lavender yang tercium samar-samar di udara.
Belum lagi lantai berkayu coklat dan dinding berwarna senada yang memanjakan mata, lengkap dengan dua ranjang yang bersisian, hanya dipisahkan oleh sebuah meja nakas kecil.
![](https://img.wattpad.com/cover/151307985-288-k292251.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rêveuse ✔
Fantasy[Completed] \Rêveuse\ Dreamer. Hanya karena satu doa pada Dewi Zephyra, Lei terbangun 398 tahun kemudian di Kapital, jantung negara yang Lei kira tidak akan bisa ia datangi sampai kapanpun. Di sampingnya, berdiri Seth, pemilik mata coklat paling mem...