[25] - Permintaan Adara

84 11 3
                                    

Ketika Seth kembali, hal pertama yang dia cari adalah Lei, namun perempuan itu tidak ada dimana-mana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika Seth kembali, hal pertama yang dia cari adalah Lei, namun perempuan itu tidak ada dimana-mana. Seth sudah mencari ke sekitar rumah Senri yang sekarang hanya tersisa puing-puing, rumah Hacleo—sang Khaiva—dan daerah di sekitar sana, tapi Seth tetap tidak bisa menemukan Lei. Hak si anak ingusan itu juga tidak terlihat.

Angin berhembus kencang, membawakan bau hujan yang kerap menguap dari tanah. Di hutan itu, satu-satunya penerangan berasal dari bulan yang tengah gagah dan bangga dengan kilaunya. Tidak ada listrik yang menyala, tidak ada suara, tidak ada tanda-tanda keberadaan manusia lain. Rasanya seperti tinggal dia satu-satunya manusia yang tersisa di bumi.

Seth mulai panik.

"Lei!" suaranya bergema, memantul dan kembali ke telinganya sendiri. Lalu hening. Tidak ada sahutan lain.

Sial, apa telah terjadi sesuatu disaat Seth pergi? Serangan musuh? Apakah Erebus? Bagaimana nasib Hak dan Lei? Demi Dewi Zephyra, Seth sudah merasa bersalah karena meninggalkan Lei dengan seorang anak kecil sendirian, dan sekarang Seth serasa ditindih dengan kepanikan yang membuatnya tidak bisa menarik nafas dengan normal.

Dadanya terasa sangat sesak membayangkan sesuatu terjadi pada Lei.

Seth memanggil lagi, kali ini lebih keras. Namun sama, tidak ada sahutan.

Tiba-tiba saja, di kejauhan sana, ada sebuah sinar putih kecil yang terus menerus mengeluarkan cahaya yang mencolok di antara kegelapan. Sinar itu seakan berteriak pada Seth tentang sesuatu. Tanpa berpikir lagi, Seth melesat menuju ke arah sinar itu, menjauh dari rumah Senri dan Hacleo, menjauh dari rumah Sang Khaiva, masuk lagi ke dalam hutan yang gelap dan menyeramkan.

Betapa kecewanya Seth kala menyadari bahwa sinar itu hanyalah sinar bulan yang dipantulkan oleh daun-daun pohon yang bergerak akibat semilir angin.

Seth menggertakkan gigi, sudah hampir meninju batang pohon itu dengan frustrasi jika bukan karena cahaya lain muncul kembali, serupa dengan cahaya tadi. Seth ingin mengabaikan sinar kecil itu, jika bukan karena lebih, lebih banyak lagi sinar yang muncul, daun-daun yang bercahaya akibat bulan, berjejer membentuk jalan ke dalam hutan.

Seth tertegun. Dia sudah mulai terbiasa melihat hal-hal yang tidak masuk akal, hal-hal yang terjadi di luar nalar manusia biasa sejak bertemu dengan Lei. Ia teringat lagi, berbulan-bulan yang lalu, bagaimana tanah dan pohon bergerak untuk melindungi Lei ketika perempuan itu marah padanya di Kapital.

Jika pohon-pohon itu bisa melindungi Lei, berarti mereka juga bisa memberitahu Seth dimana Lei berada, bukan?

Sebuah senyum tipis mewarnai bibir Seth, "Jadi, ini cara kalian untuk memberitahuku dimana dia?"

Sapuan angin lembut membelai rambut Seth seakan menjawab iya.

"Terimakasih."

Seth mungkin akan divonis gila karena berbicara dengan pohon, tapi dia tidak peduli. Cahaya itu semakin kuat, memberikan penerangan yang cukup pada Seth untuk masuk lebih dalam lagi ke dalam area hutan yang nampak jelas belum terjangkau oleh manusia. Rumput-rumput liar tumbuh liar, ranting-ranting menutupi tanah, dan pepohonan yang kian lebat.

Rêveuse ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang