[Completed]
\Rêveuse\
Dreamer.
Hanya karena satu doa pada Dewi Zephyra, Lei terbangun 398 tahun kemudian di Kapital, jantung negara yang Lei kira tidak akan bisa ia datangi sampai kapanpun.
Di sampingnya, berdiri Seth, pemilik mata coklat paling mem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nafas Lei terengah pelan. Ia menarik nafas panjang lalu mengembuskannya dengan kasar.
Setelah beberapa puluh menit berjalan, akhirnya dia sampai di kuil Dewi Zephyra dengan mengandalkan bahasa kaku dan arah yang ditunjukkan oleh setiap pengawal kapital. Beruntung dia tidak bertemu dengan satu pun penduduk desa, karena siapa tahu apa reaksi mereka melihat penampilan Lei.
Rambut putih panjang yang menjuntai hampir mencapai pinggang, kulit sepucat pualam dan wajah yang selalu menyorot datar.
Lei pasti dikira hantu atau sejenisnya.
Saat ini, Lei sengaja datang ke kuil itu.
Lebih tepatnya, sesuatu mendorongnya untuk menuju kesana. Kuil itu besar, dengan gerbang tinggi berwarna keemasan yang menyambut Lei.
Ketika Lei menapakkan kakinya di atas jalan setapak yang menghubungkan gerbang dengan kuil utama secara langsung, angin berhembus kencang, menerbangkan helaian putihnya hingga berkibar ke udara, menciptakan semburat putih di langit yang berwarna biru tua.
Kuil itu sangat bersih, bahkan jalan setapaknya terlihat mengkilat karena dijaga dan dirawat dengan baik-baik. Lei tidak perlu melihat dua kali untuk memastikan bahwa rakyat Kapital sangat hormat kepada Dewi Zephyra.
Dan mereka bilang Lei adalah reinkarnasi dari dewi yang begitu agung dan hebat itu?
Lei menapakkan kaki semakin ke dalam, seiring dengan benaknya yang berkelana bebas.
Terlalu banyak pertanyaan tak terjawab di benaknya, dan tidak ada orang yang bisa menawarkan Lei jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Padahal Lei sudah berharap ketika mendengar tentang peramal yang entah bagaimana dikatakan bisa menemukannya, akan tetapi harapannya yang kecil itu langsung meredup mati saat Pratyaksa mengatakan peramal itu sudah mati.
Sekarang, kepada siapa Lei hendak mencari jawaban?
Lagipula kenapa harus dia? Lei hanyalah manusia biasa yang tinggal di pinggiran kota kecil yang terpencil dari majunya teknologi di Kapital. Dia hanya seorang perempuan yang berdoa kepada Sang Dewi agar hari esok tidak cepat datang.
Siapa yang mengira bahwa Sang Dewi akan mengabulkan permintaannya dalam cara yang menakutkan seperti ini?
Lei sendiri tidak tahu bahwa doanya akan membawanya ke zaman ini. Maksudnya, siapa yang tidak pernah berdoa kepada Sang Dewi? Adalah sebuah kebetulan bagi Lei—sebuah kebetulan yang tidak dapat dipercaya—bahwa Dewi Zephyra mendengarkan doanya.
Dia menghembuskan nafas panjang dan mendongak, menatap kosong pada burung-burung yang terbang berkicauan dengan bebas.
Lei ingat, dia selalu ingin menjadi seperti burung-burung itu, yang bisa terbang bebas kemanapun mereka mau. Lei merasa terlalu sesak di rumahnya sendiri, dengan Ibu yang selalu memaksakan kehendaknya dan Ayah yang tidak pernah mengerti dirinya. Lei menjalani hidupnya bagai boneka yang dikontrol oleh kedua orangtuanya.