Sejak kejadian itu, Lei menjadi trauma untuk melakukan hal apapun.
Ingatan tentang tubuhnya yang didekap erat oleh Seth sementara lelaki itu berusaha menyelamatkan nyawa mereka berdua terus menghantuinya.
Lei menjadi takut. Takut melakukan hal yang akan membuat orang lain terluka lagi karenanya. Takut mendapati Seth memarahinya lagi seperti waktu itu. Takut mendapati sorot mata kecewa lagi dari orang lain, terutama Seth.
Sejak kecil, Lei dididik dengan sangat tegas oleh kedua orangtuanya. Semua kegiatan dan aktivitasnya dipantau dan dikontrol sedemikian rupa sehingga Lei tumbuh menjadi anak yang tidak pernah berbuat onar. Lebih tepatnya, dengan mata yang selalu mengawasinya dengan ketat, Lei bahkan tidak bisa melakukan apapun yang dia mau.
Lei ingat, pernah ada suatu kali, dia sudah muak dengan seluruh larangan dari orangtuanya untuk tidak bepergian kemana pun dengan sembarangan, padahal dia hanya ingin pergi ke sebuah restoran yang baru dibuka di seberang kota bersama dengan Dall, bahkan jarak restoran itu dari sekolah mereka tidak jauh, hanya sepuluh menit berjalan kaki dan disana merupakan pusat hiburan remaja yang sangat ramai sehingga sangat kecil kemungkinan untuk terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Saat itu, Lei masih meminta izin kepada Ibu. Tapi seperti yang sudah-sudah, Ibu tidak pernah memberi izin, malah memarahi Lei dan menyuruhnya untuk cepat pulang.
Lei marah dan muak sekali. Untuk pertama kalinya, entah mendapat keberanian darimana, Lei melawan perkataan orangtuanya dan mematikan ponselnya secara sepihak. Lei memutuskan untuk bersenang-senang bersama Dall.
Dia merasa sangat senang dan bebas hari itu, makan enak dan juga sempat bermain ke sebuah toko yang lucu untuk membeli boneka yang sama untuk berdua.
Akan tetapi, semuanya berubah ketika Lei berjalan bersama Dall untuk pulang ke rumah. Dia masih ingat sekali, di tengah jalan, mereka bertemu dengan Ibu dan Ayah yang terlihat sangat khawatir dan marah.
Tanpa diduga, Ibu langsung menghampiri mereka berdua dengan murka dan menampar pipi Dall sekuat tenaga, memaki sahabatnya itu karena sudah memberikan pengaruh yang buruk kepada Lei. Sore itu, Lei menangis dan memilih untuk membela sahabatnya yang tidak bersalah.
Dall memang tidak tahu kalau Lei tidak diberi izin oleh Ibu. Itu bukan salah Dall, melainkan salah Lei yang egois karena ingin merasakan seperti apa rasanya jalan-jalan bersama teman sehabis pulang sekolah.
Tapi Lei malah mendapat bentakan keras dari Ayah. Itu pertama kalinya Lei mendapati Ayah yang begitu kecewa padanya. Yang lebih parah lagi, Ibu menangis, terus meracau bahwa dia sudah gagal mendidik Lei sehingga Lei menjadi sangat kurang ajar.
Lei tersekat, tenggorokannya tersumbat, rasanya ada banyak sekali yang ingin dia katakan kepada Ibu dan Ayah, namun melihat sorot sedih dan kecewa mereka, Lei memilih untuk memendam semuanya, mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga buku jarinya menembus kulit.
Mungkin kejadian itulah yang menjadi pemicu Lei menjadi pendiam sampai sekarang. Kekecewaan Ayah pada Lei dan tangisan Ibu membuat Lei merasa seperti seseorang yang tidak berguna, seperti dia adalah anak durhaka yang telah melakukan kesalahan besar.
Sejak saat itu, Lei tidak pernah lagi melawan perkataan Ibu. Semua larangan Ibu tidak pernah Lei bantah lagi. Dia menjadi seperti boneka yang dikontrol oleh orangtuanya, tanpa keinginan dan kehendak sendiri.
Lei menutup hatinya rapat-rapat dan tidak pernah menunjukkan emosi apapun. Ayah dan Ibu justru senang, mereka mengira Lei sudah sadar akan kesalahannya dan tidak pernah lagi melakukan hal bodoh yang membuat mereka bersedih.
Ibu dan Ayah tidak pernah bertanya tentang apa yang Lei inginkan.
Mereka tidak pernah mau mengerti apa yang Lei rasakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/151307985-288-k292251.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rêveuse ✔
Fantasy[Completed] \Rêveuse\ Dreamer. Hanya karena satu doa pada Dewi Zephyra, Lei terbangun 398 tahun kemudian di Kapital, jantung negara yang Lei kira tidak akan bisa ia datangi sampai kapanpun. Di sampingnya, berdiri Seth, pemilik mata coklat paling mem...