Liontin ll
.
.
.
Ini sudah hari ke-3 ino terus mencari liontin milik sasori, hari ke-3 juga sasuke selalu menemani ino, membantu Lebih tepatnya. Dan saat itu juga ino selalu menerima hujatan dari teman-teman seangkatannya, kakak kelas, bahkan adik kelas.
Entah apa yang diinginkan kaki ino, dia tidak pernah sakit kaki selama ini.
"Kaki ku kenapa tidak sembuh-sembuh sih, aku ingin cepat tidak bersama makhluk stoic itu." Ucap ino pelan, ia sedikit melirik sasuke tajam.
"Gue denger,"
Sasuke dan ino sekarang sedang duduk di kursi koridor. Dan anehnya tidak ada siswi yang melewati ino untuk menghina nya.
'Kok aku ngerasa aneh ya?, kenapa mereka tidak menghinaku seperti 3 hari kebelakang?. Aku senang, tapi kenapa aku merasa ada yang mereka rencanakan.' Ino larut dalam pikirannya. Ia melamun hingga ada pantulan cahaya yang menyilau kan matannya.
Ino menyipitkan matannya. Ia bergerak maju menuju benda di bawah pot kecil yang terletak diantara rak-rak.
Ino mengambilnya dan tidak salah lagi
"Aku menemukannya!" Ucap ino senang setengah mati.
Sontak seluruh murid yang berada dikoridor melihat ke arah ino.
Tak terkecuali sasuke."AKU MENEMUKANNYA! SUMPAH?! AKU BERHASIL!! AKHIRNYAAA!" Ino sungguh senang saat ini. Ia bebas dari tanggung jawabnya.
"Ayo sasuke! Bantu aku menemui titisan ariel itu! Ah dia tidak masuk. Alright! Bantu aku menuju kelas!. Waaaa akhirnya!!" Teriak ino didepan sasuke.
"Diamlah," sasuke benar-benar menemui wanita yang mirip dengan ibunya. Sangat cerewet dan berisik!.
Sasuke membantu ino berjalan menuju kelasnya. Dan saat itu juga ino selalu berteriak tidak jelas.
Mereka tidak menyadari bahwa ada beberapa orang yang menatap kepergian mereka dari belakang.
"Bahagialah saat ini ino. Kau akan merasakan apa yang namannya sakit hati nanti.""Ayay ino-chann... kamu manis, tapi berani merebut gaara dariku aaa. Tidak akan ku maafkan ino-chaannn," tawa sinis mereka terdengar sangat menyeramkan.
Tawa mereka bagaikan auman singa saat melihat mangsanya tak berdaya.Saat mereka sudah sampai dikelas ino, ino menghentikan sasuke saat mau menuju kelasnya
"Pantat ayam, terima kasih dan gak usah bantu aku lagi. Lagian liontin nya udah ketemu. Aku juga aneh ni kaki gak sembuh," ucapnya kesal lalu membanting kakinya ke tembok kelasnya.
"Adudududu sakit ternyata. Oke jaa," ino masuk kelasnya seraya mengangkat kaki kanannya.Hm, readers kalian belum tau sasuke kelasnya apa kan? Dia kelas 2-1 ya kayak XI-A gitu. Lanjut~
"Ino," Panggil seorang gadis berambut merah muda menghampiri ino.
Sekarang ino sudah duduk ditempat duduknya.
"Ne, sakura. Ini. Ini liontin milik sasori-SENPAI. Tolong berikan padanya dan jangan lupa bilang 'TOLONG JAGA MULUTMU' alright. Nih," ucap ino yang memberikan liontin perak itu kepada sakura.Disamping ino gaara memperhatikan lekat-lekat liontin itu.
"Hei panda apa kau menginginkannya hingga matamu tidak bisa menatap seperti biasa?" Ledek ino.Gaara hanya menatap ino sekilas, ia benar-benar bingung apakah 'dia' adalah sasori? Sepupunya sendiri? Dan jika iya. Mungkin sasori mengingat segalannya, termasuk mengingat gadis itu.
"Apa kau benar-benar menginginkannya?" Ino menatap gaara aneh, ia selalu bisa membaca tatapan orang secara otomatis.
"Tidak, untuk apa." Gaara mengalihkan pandangannya ke jendela kembali.
"Nee panda! Aku bisa membaca tatapan orang loh, sugoii gak sih. Dan itu bener terus dong!" Ucap ino bersemangat, ia sangat senang karena telah bebas dari penjara liontin itu.
"Apa iya?" Gaara tidak mengalihkan pandangannya sama sekali.
"Hm, aku rasa tadi kau menatap seperti mm. Seolah kau menginginkannya, atau kau pernah melihatnya. Benar bukan?" Tanya ino lagi, ia berniat untuk mengganggu panda dalam pikirannya sendiri.
"Iya," gaara tidak bisa menyangkalnya ino benar, ia pernah melihatnya tapi dia tidak menginginkan benda itu.
"Yosh, hm apa aku beralih profesi aja ya. Menjadi ino sang pembaca pikiran mm atau ino sang pembaca tatapan. Wah wah sugoii." Ino tenggelam dalam imajinasi anehnya.
Gaara yang tiba-tiba tertarik untuk terus memperhatikan gadis pirang disampingnya itu, menyunggingkan bibir. Dia tersenyum sangat tipis. Itu pertama kalinya ia senyum setulus itu selama beberapa tahun kebelakang.
Setelah ino lelah dengan imajinasinya ia meletakkan kepalanya yang terasa berat ke meja. Ia tidak sengaja melihat gaara yang sedang melihat ke arah jendela, ya objek favoritnya. Gaara sudah tidak memperhatikan ino karena ia merasa aneh.
"Hoi panda, kenapa kau suka sekali melihat ke arah jendela itu?. Apa gadis yang kau sukai selalu muncul disana?" Tanya ino yang sedang menempelkan pipinya ke meja.
Jendela yang selalu di pandangi gaara langsung menuju lapangan basket outdoor belakang sekolah."Gue gak suka gadis," ucap gaara yang menatap ino datar.
"Nani?! Seorang haruno gaara gay?!" Ucap ino ngawur. Ino mendongakkan kepalanya hingga ia duduk tegap menghadap gaara sekarang.
"Hah? Bukan begitu bodoh." Gaara membungkam mulut ino yang hampir saja akan meneriaki kelasnya bahwa gaara seorang gay.
"Hmmppwwh... gwara swoerang gwuay!" Ino melepaskan bungkaman gaara dan menatapnya kesal.
"Lalu apa?!""Gue gak suka seorang gadis bukan berarti gue suka sesama jenis. Gue cuma gak suka gadis yang suka seseorang karena dia ganteng, kaya. Gue gak pernah liat ketulusan di mata seorang gadis!" Setelah mengakhiri kalimatnya gaara mengalihkan pandangannya ke jendela lagi.
"Ada gadis yang tidak seperti itu kok!" Ucap ino tegas.
"Iya ada," seraya menatap ino dengan wajah stoic nya.
"Nah tuh ada, siapa?" Tanya ino penasaran. Seorang gaara ternyata bisa melihat ketulusan juga.
"Lo contohnya," gaara mengatakan itu dengan wajah datar.
.
.
.
Hai guysssss gimana sampe sini?
Guys, aslinya motivasi aku bikin cerita ini karena
1. Aku suka banget sama karakter ino.
2. Aku suka baca fanfic.
3. Biar kayak ntr, nanti ino nya bakal... rahasiaa.
Sfx : Kalo gitu kenapa nggak sama sai aja ino nya?
Yaa karena pengen lebih ke fanfic imajinasi sendiri sih. Karena kalo sama sai kan udah di animenya tuh jadi ya pengen aja.
Sfx : kenapa ngelibatin gaara? Sasori?
Karena gue suka jodoh-jodoh in ino ehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of my life
FanfictionPersahabatan, percintaan bahkan penghianatan. Seorang ino yamanaka Yang bertemu tiga janji kecilnya. Apa ia akan memilih salah satunnya? Akankah takdir bisa membawanya ke kebahagiaan? atau bahkan sebaliknya? Read "story my life"