chapter 19

217 25 5
                                    

INO SADAR

.

.

.

Hanya ino dan deidara yang tersisa.
Ruang rawat ino tampak sunyi.
Ino yang belum menyadarkan diri, dan deidara yang masih sibuk dengan pikirannya.

'Gaara itu adalah gaara yang dulu. Kebetulan yang sangat rumit ya. Sudah bertahun-tahun sejak kejadian itu. Aku baru menyadarinya.' Batin deidara.

Deidara berjalan menuju jendela yang terletak di samping ruang rawat ino. Ia memandangi konoha dari ketinggian.

'aku selalu berharap kalian kumpul lagi. Aku gak nyangka ino cepat atau lambat akan mengingat semuanya. Setelah 12 tahun lamanya.'

Deidara melirik ino yang masih terbaring.
Ia tersenyum menunjukkan bahwa dia bahagia.
Wait, adeknya pingsan malah bahagia.
Deidara bahagia karena suatu hal pastinya, bukan gegara ino pingsan.

Ino membuka matanya perlahan. Matanya terasa seperti di lem. Ino sedikit meregangkan otot-ototnya.
Ia tidak merasa sakit sama sekali, hanya sedikit pusing di kepalanya.

Deidara yang melihat ino siuman langsung berjalan cepat menuju ino.

"Eh dah sadar imouto ku?," Deidara membantu ino mendudukan dirinya.

"Bisa lihat sendiri kan?" Mata ino menyapu seluruh ruangan.
"Ini di rumah sakit?"

"Bisa lihat sendiri kan?" Jawab deidara singkat.
Ino hanya mendengus kesal.

Ino berusaha mengingat apa yang terjadi padanya sebelumnya.
Yang dia ingat hanya liontin. Ia teringat pada liontin itu.

Ino mencari liontin itu di tangan dan sekitar tempat dia berada.
Ia menatap deidara yang duduk di sofa ruang rawat ino.

Deidara hanya membalas tatapan ino dengan tatapan seolah bertanya 'kenapa?'

"Gak gak ada. Udah boleh pulang kan?" Tanya ino lagi.

"Hm. Pulang aja, di rumah sakit ngabis-ngabis in duit cuma gara-gara adekku ini pingsan!" Deidara menyindir ino.

Ino menatap deidara kesal. Ia berusaha turun dari kasurnya dengan kepala yang masih sedikit pusing.

"Beneran udah gak apa-apa kan?" Tanya deidara memastikan.

"Iya," jawab ino seadanya. Ia merasa sangat menyusahkan kakaknya.

Deidara mengangguk mengerti, ia menuntun ino menuju mobilnya setelah berpamitan kepada dr. Guren.

Ino dan Deidara memasuki mobil sport yang terparkir rapi di depan rumah sakit.

Di dalam mobil tidak ada yang memulai percakapan. 

Deidara yang bingung bagaimana caranya memulai percakapan dan ino yang melihat jalanan dari jendela mobil yang tertutup.

"Besok tidak usah masuk sekolah dulu," ucap deidara yang tetap fokus pada jalanan konoha sore ini.

Ino menghadap ke deidara dengan tatapan aneh "hah? Gak masuk gimana? Orang aku nggak apa-apa kok."

Deidara memutarkan bola matanya malas "kau itu menyusahkan orang kalo pingsan lagi!"

"Aku, nggak akan pingsan lagi!" Ucap ino penuh keyakinan.

"Aku juga gak ngerti kenapa bisa pingsan. Paling cuma kecapekan, istirahat bentar juga pulih kok. Masak mau nggak masuk?" Sambung ino.

"Terserah deh. Kalo gue jadi lo mending dirumah tiduran!" Ucap deidara yang sedang menyetir.

"Lah dei-nii kan sakit gak sakit pengennya bolos mulu! INO KAN RAJIN!" Jawab ino penuh penekanan.

Deidara menatap ino malas "Turun!"

Ino melihat sekelilingnya dan ternyata memang sudah sampai di depan rumahnya. Ia membuka pintunya dengan kesal.

"Mau pergi ya?" Ino bertanya kepada kakak kuningnya ini, entah kemana rasa kesal itu pergi.

"Hm. Bentar doang kok, kau dirumah baik-baik ya kalo ada apa-apa langsung hubungi dei-nii!" Ucap deidara panjang lebar.

"Iya iyaa cerewet!" Jawab ino lalu menutup pintu mobil dengan sedikit kencang.

Kaca jendela mobil deidara terbuka perlahan.

"Apa lagi?" Tanya ino malas.

"Mau di bawain apa?"

Ino tiba-tiba penuh semangat kembali
"Beliin jajanan yang kayak biasanya! Coklat silverking jangan lupaaa!!!"

"Kalo masalah jajanan aja gercep amat," ucap deidara dengan tatapan malasnya yang di tujukan ke ino.

Ino hanya memasang ekspresi 'hehe' dengan senyum kuda khasnya itu.

.

.

.

Ino memanjakan tubuh nya ke kasur kesayangannya.
Ia teringat sesuatu "Liontin itu!"

Ino langsung menuju salah satu almari yang masih terbuka di kamarnya.
Dia tidam terlalu memperhatikan kamarnya saat ia masuk tadi.
Ternyata memang masih sangat berantakan.

"Itu dia!" Tanpa basa-basi ino langsung mengambilnya.

Ia mengamati liontin itu "Ini, liontin untuk apa? Liontin ini yang bikin aku pusing akhirnya pingsan,"

"Waktu itu aku mikir apa ya? Aku inget sesuatu, lalu pingsan."

Ino berpikir keras untuk kedua kalinya. Ia merasa sedikit pusing, ino berjalan menuju kasurnya.

Ia menidurkan badannya, ia ingin istirahatkan pikiranya.

.

.

.

Ditempat lain

Seseorang mengetik sesuatu

'Amnesia disosiatif' ucapnya lirih.

Ia membaca berbagai blog tentang 'amnesia disosiatif'

"Ino." Ucap laki-laki itu dengan nada sesal.

.

.

.

Keesokan harinya.

"Kaa-san, Tou-san. Ino berangkat." Ucap gadis pirang sembari mencium punggung tangan orang tuanya bergantian.

"Beneran sudah tidak apa-apa barbie?" Tanya tou-san nya khawatir.

"Hm sudah kok!" Jawab ino meyakinkan.

"Kalo merasa tidak enak badan hubungi kaa-san atau tou-san ya!. Nanti kami jemput," ucap kaa-san ino tidak tega.

Ino hanya tersenyum pahit "hehe, kaa-san dam tou-san kan sangat sibuk bekerja. Mana mungkin sempat menjemputku?"

Setelah itu ino meninggalkan orang tuanya dan memasuki mobil deidara yang sudah siap sedari tadi.

"Ayo kak," ucap ino semangat.

.

.

.

Maaf guys! Hari ini up nya sedikit kayak biasanya
Soalnya ini udah jam segini
Kalo dilanjutin nggak bakal pas waktunya.

Next:-)

Story of my lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang