Thirteen.My heart sport in the night

82 22 34
                                    

Keyla dan Nia melangkahkan kaki menuju rumahnya.waktu sudah tepat pukul 20.55 wib dan mereka menepati kesepakatannya pada Ardyan papa mereka sebelum pergi menghadiri pesta itu.

Make up yang luntur, mata yang agak sembab.Pakaian yang sudah sedikit lecak.Itulah yang bisa dideskripsikan dari apa yang terlihat pada Keyla saat ini.Tatapannya kosong seakan menembus dinding beton rumah ini.

Nia yang memandangnya prihatin pun semakin bingung dengan kondisi kakaknya itu.Ingin bertanya namun pasti bukan waktu yang tepat.Maka Nia pun memutuskan untuk bungkam saat ini.

"Cepat langsung masuk ke kamar!" Instruksi Ardyan dengan suara baritonnya seraya berdiri seperti sudah menunggu lama anak-anaknya.

Evelyn malah terlihat mengulum-ulum senyumnya menatap layar handphone yang berada di genggamannya.Tapi saat Ardyan berbalik badan Evelyn tampak salah tingkah dan kembali meletakkan handphone nya.

Namun untuk saat ini Keyla tak ingin ambil pusing.Ia hanya ingin menenangkan pikirannya.Lagipula untuk memikirkan masalahnya sendiri saja dia tidak sanggup apalagi dengan kecurigaan tak jelasnya pada Mama nya sendiri.

Keyla tampak berjalan mendahului Nia dengan air wajah yang masih tanpa ekspresi.Walaupun ia tahu ini bukan saat yang tepat, tapi rasa penasaran Nia mendorongnya untuk buka bicara di tengah perjalanan menuju kamar itu.

"Kak?"

Langkah kaki Keyla terhenti.Tapi lagi-lagi ini bukan saat yang tepat.Bukannya merespon adiknya dengan baik, ia malah menatap Nia tajam.

"Plis gue lagi gak mau diganggu!" Ketus Keyla tajam namun tetap dengan air wajah yang tampak sangat murung.lantas ia mempercepat langkahnya menuju kamar nya.

Nia yang sudah berdiam diri malah semakin memandang Keyla iba.Andai kakaknya bisa menerima kehadiran Nia saat ini mungkin dia bisa memberi solusi setidaknya hanya untuk menenangkan Keyla.Namun selalu saja, Nia tidak mendapat akses masuk ke dalam kamarnya.

Clutch back miliknya kontan dicampakkannya sembarang ke atas tempat tidur berukuran king size itu.Dipijatnya kedua sisi kepalanya sembari meringis kesakitan tepat di bagian kepala.Efek dari isak tangis yang ia lakukan di balik jas Jezzly tadi.

Walau hanya mengingat saja tapi ia benar-benar mengingat iris itu.Tatapan yang terjadi di antara mereka begitu dalam membuat jantung mereka sama-sama bersemangat berdetak.Keyla bahkan tersadar Jezzly adalah sosok menjengkelkan yang punya sisi hangat dengan caranya sendiri.

Tidak ingin memikirkan jauh tentang itu, Keyla lantas menghamburkan lamunannya.Lagipula ia masih milik kekasihnya.

Namun lagi-lagi kepala Keyla berdenyut nyeri dengan pandangan yang sangat sulit fokus.Ntah efek dari obat atau memang karena terlalu lelah menumpahkan air mata.Apapun itu yang jelas Keyla sudah sangat gerah dengan make up yang menempel di wajahnya.Belum lagi dress nya yang sudah berbau peluh.

Tangisannya  kembali berhamburan saat ia melangkahkan kaki ke arah cermin.Ingin sekali ia menghilangkan nyawa gadis yang tercermin di cermin itu.

"Ampuni aku Tuhan" Raum keyla yang menatap ke arah langit-langit.

Layaknya kaset rusak, ingatannya kembali pada masa SMA terburuknya.Dia begitu bodoh saat itu.Cinta membutakannya sehingga tidak tahu apa yang baik dan yang buruk.

Ditambah lagi Bella yang membuatnya semakin seperti orang gila.Dahulu, dia dan Bella adalah sahabat karib, dia selalu percaya jika Bella dan Carjex hanyalah sebatas teman dan tidak lebih dari itu.Namun tidak hanya sekali, namun berkali-kali Bella bertindak seakan-akan dia adalah Queen Bee di depan Carjex.

Except UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang