Prolog

492 46 67
                                    

Ada yang mengatakan cinta pada pandangan pertama itu sangat bermakna dan sulit untuk dilupakan begitu saja. Bertemu dalam waktu yang singkat dan cepat mungkin itu lebih tepatnya. Ya, memang benar begitu adanya.

Rengganis, gadis muda yang kini baru menginjak usia sembilan belas tahun itu tak sengaja bertemu dengan sosok laki-laki berwajah oriental kedaerahan. Senyum manis khasnya membuat gadis belia itu terbang dan hanyut akan pesona laki-laki yang baru ia temui pertama kali.

Hanya sebatas kontak mata tanpa adanya sapaan dan ungkapan kata. Namun, dampaknya begitu kuat terasa. Getaran dalam dadanya membuat dia lupa dan terjebak pada situasi yang membuatnya malu serta ingin menenggelamkan dirinya ke dasar samudera terdalam.

"Tenang, Mbak. Besok sore akan saya halalkan," tutur laki-laki yang sedari tadi menjadi pusat pikiran Rengganis.

Kening Rengganis mengernyit tak mengerti dengan maksud pria yang berada di hadapannya. "Mas bicara dengan saya?"

Laki-laki yang belum diketahui namanya itu memutar laptop yang sudah menyala menghadap Rengganis. "Kode banget pengin dinikahin cepet-cepet," celetuknya yang langsung membuat semburat merah mewarnai kedua pipi Rengganis. Malu, itulah yang kini dia rasakan.

"Laptopnya udah selesai yah, Mas. Makasih kalau gitu," kata Rengganis mengalihkan pembicaraan. Dia ingin segera pergi dan mengakhiri kejadian memalukan ini.

"Buru-buru amat, Mbak, 'kan saya belum nentuin tanggal," cerocosnya lagi yang semakin membuat Rengganis ingin segera pergi dari tempat service barang elektronik itu.

"Jadi berapa semuanya?" tanya Rengganis tanpa mau menjawab ataupun meladeni ucapan laki-laki berusia sekitar dua puluh tiga tahun itu.

"Buat, Mbak mah gratis malah kalau perlu saya kasih hadiah," ucap laki-laki itu tersenyum kecil melihat gurat penasaran yang terpancar dari wajah lugu nan polos Rengganis, "mahar," lanjutnya diiringi dengan kekehan dan senyuman nakal.

Rengganis tersedak ludahnya sendiri. Tenggorokannya tercekat dan sulit mengeluarkan kata-kata. Wajahnya terasa panas dengan jantung yang berdebar luar biasa. Sebisa mungkin dia bersikap biasa saja dan tak menghiraukan perkataan dari lawan bicaranya. Dengan tangan yang sudah berkeringat panas dingin dia meletakan beberapa lembar uang berwarna merah di atas meja dan membawa laptopnya yang masih menyala.

Sepanjang perjalanan menuju parkiran tak henti-henti gadis itu merutuki kebodohan dan keteledorannya. Karena lupa mengganti wallpaper laptop yang menampilkan sosok perempuan, yang tengah memunggungi kamera dengan kedua tangan memegang papan di kepala bertuliskan, Kapan Kamu Halalin Aku.

Ish, mimpi apa dia semalam sehingga mengalami kejadian memalukan seperti ini. Dia berdoa dan berharap agar pertemuan ini adalah yang pertama dan terakhir. Dia tidak mau dan tidak ingin lagi berurusan dengan pria yang sudah lancang mempermalukannya.

Pertemuan pertama yang ternyata berbuntut panjang dan melibatkan kedua muda-mudi itu terlibat dengan cinta yang rumit luar biasa. Hubungan tanpa restu orang tua menjadi penghalang keduanya untuk bersatu dan merajut asa bersama. Pertentangan adat dan budaya menjadi pemicu keretakan hubungan di antara keduanya. Apakah mereka mampu mempertahankan dan memperjuangkan cintanya?

Hanya waktu yang bisa menjawab semuanya. Jodoh itu misteri Sang Illahi, hanya Dia-lah yang mengetahui. Tak ada satu orang pun yang bisa menerka-nerka dengan siapa dirinya berjodoh. Begitu pun dengan dua sejoli yang terlibat dalam cinta yang terhalang adat.

TO BE CONTINUE•

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.... Bismillahirohmanirohim untuk pertama kalinya nih kita upload cerita. Semoga suka dengan bab pertama yang kami upload. Oh, iya sekadar info saja cerita ini kami ikut sertakan dalam lomba yang diadakan oleh Rex_Publishing. Mohon dukungan berupa vote dan koment yah teman-teman. Terima kasih. Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh...

Adakah yang menunggu dan penasaran dengan lanjutannya?

Cinta Terikat Adat | OPEN PRE ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang