BAB 14 | Saling Mengenal

87 18 21
                                    

"Perlu waktu untuk mengenal dan mulai menyayangi orang baru. Namun, denganmu tak butuh banyak waktu untuk saling mencintai, hanya saja perjuangan yang menunda kita untuk bersatu."

-Rengganis-

☆☆☆

Masa libur kerja Rengganis telah usai, hari ini wanita asal Sunda itu akan kembali ke Ibu Kota, melakukan aktivitas seperti hari biasa, salah satunya bekerja.

"Abah, Ambu Rengganis berangkat dulu yaa," pamit Rengganis pada Asep dan Asih saat sudah di depan rumah.

"Tunggu sebentar, Nak," cegah Asep agar anaknya menunggu sebentar.

"Ada apa lagi sih, Bah. Barang-barang Rengganis gak ada yang ketinggalan kok," jawabnya polos karena memang tidak ada yang perlu ditunggu lagi.

"Sebentar," tutur Asep kembali, kepalanya celangak-celinguk seperti mencari sesuatu.

"Nahh ini dia," lanjutnya seperti menemukan sesuatu yang tengah dia cari. Segera Rengganis menoleh ke arah objek yang Asep tuju, benar saja lelaki itu datang kembali.

'Ngapain dia kesini?' batin Rengganis.

"Assalamu'alaikum, Om, Tante," salam Adit sekaligus berjabat tangan kepada abah dan ambu Rengganis, lantas tersenyum manis pada wanita pujaannya. Namun, senyum itu tak menarik si empu untuk membalasnya.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka serempak.

"Kamu berangkat sama, Nak Adit yaa," pinta Asep pada Rengganis.

"Loh Bah, Rengganis, 'kan udah beli tiket. Lagian Rengganis berani berangkat sendiri kok. Kan udah biasa," tolak Rengganis karena memang dia juga tidak mau berangkat bersama pria yang belum dia kenali dengan betul.

"Nanti tiketnya, 'kan bisa dikasih tetangga yang mau berangkat, atau dibuang juga bisa," tutur Asih seeenaknya.

"Yaa kalo ada yang mau ke Jakarta. Lagian dibuang sayang, Mbu. Rengganis, 'kan belinya pake uang, nyari uang juga gak gampang," protesnya.

"Gini aja, Tan dari pada tiketnya mubazir. Nanti Adit beli satu lagi aja, biar bisa berangkat bersama Rengganis," tawarnya yang membuat Rengganis melotot.

"Ide bagus itu, ini baru calon menantu yang baik." Asep menjawab dengan begitu antusias.

"Lah seenaknya saja kamu yah," tutur Rengganis tak terima. Tapi Asih dan Asep langsung melirik pada Rengganis. Kode agar menjaga ucapannya.

"Iyaa-iyaa terserah Abah Ambu aja," jawab Rengganis karena paham akan lirikan yang mereka layangkan.

"Ya udah gih berangkat sana kalian. Ehh tapi beli tiket mendadak emang ada?" seloroh Asih tiba-tiba.

"Mampus. Semoga aja gak ada," kata Rengganis melirih supaya tidak terdengar oleh mereka.

"Insya Allah ada, Tan. Ya udah kami pamit dulu yaa Om, Tante." pamitnya kembali berjabat tangan pada orang tua Rengganis. Sedang Rengganis hanya menampilkan senyum sinis kepada laki-laki tak tahu diri itu.

"Yukk Rengganis, masuk," ajak Adit tiba-tiba saat pintu mobil sudah dibuka oleh pria pilihan abahnya.

"Ayok cepet masuk, Nak," perintah Asep pada putrinya karena tidak masuk-masuk ke mobil.

"Rengganis!" panggil Asih karena sang putri masih saja berdiri. Rengganis menoleh kemudian menyalami kedua orang tuanya lalu menuju mobil yang sebenarnya tak ingin dia naiki. Sesaat sebelum masuk, penghuni depan rumahnya keluar dan menampilkan sosok lelaki yang sudah mengisi hati gadis asal suku Sunda itu.

Cinta Terikat Adat | OPEN PRE ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang