BAB 9 | Mencari Bukti

129 29 17
                                    

"Adat dan perbedaan kultural tidak akan bisa menghalangi keduanya untuk menuju ke jenjang pernikahan."

☆☆☆

Percaya atau tidak, hingga saat ini masih banyak orang-orang yang mempercayai bahwa suku Jawa dan suku Sunda dilarang untuk menikah. Bagi sebagian orang, pernikahan antar dua suku tersebut diyakini menjadi pernikahan yang tidak langgeng dan penuh perkara. Sejatinya, hal tersebut merupakan mitos dari legenda rakyat yang diwariskan secara turun-temurun melalui lisan maupun isyarat.

Mitos larangan pernikahan Jawa-Sunda ini berawal dari sejarah perang Bubat antara Kerajaan Majapahit dari tanah Jawa dan Kerajaan Pajajaran dari tanah Sunda. Perang tersebut seolah membawa 'sisa permusuhan' antar kedua suku ini. Padahal sudah secara resmi pertikaian di antara kedua suku tersebut telah usai. Hal ini ditandai dengan peresmian beberapa nama jalan baru di Yogyakarta.

Sebagaimana dilansir dari kumparan.com, Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil,telah meresmikan nama baru untuk Jalan Ring Road Yogyakarta pada Selasa, 3 Oktober 2017.

Jalur melingkar sepanjang 36,73 kilometer itu kini bernama Jalan Siliwangi, Jalan Pajajaran, Jalan Majapahit, Jalan Ahmad Yani, Jalan Prof Dr. Wiryono Projodikoro SH, dan Jalan Brawijaya. Momen itu dianggap menandai berakhirnya perselisihan antara suku Sunda dan Jawa.

Semoga saja, dengan diresmikannya beberapa nama jalan tersebut, bisa menjadi titik balik perdamaian antara suku Sunda dan Jawa. Sehingga, tak ada lagi larangan bagi orang Sunda untuk menikahi orang Jawa. Begitulah kira-kira yang Adi harapkan ke depannya. Agar tidak ada lagi pasangan yang merasakan hal serupa seperti dirinya.

Dengan bermodalkan ponsel pintar Adi mencari tahu apa pun yang berhubungan dengan kebudayaan Jawa dan Sunda. Dari mulai sejarah masa lalu hingga muncul stereotipe yang begitu melekat di keluarganya. Bukti-bukti yang dia dapatkan masihlah kurang, sangat jauh dari bayangan. Rasanya seperti mencari jarum di antara tumpukan jerami, sangat sulit dan menyusahkan.

Informasi yang dia dapatkan malah seakan-akan memperkuat asumsi kedua orang tuanya, tak ada yang memihak padanya. Terlebih lagi pada saat dia membaca sebuah artikel yang mengatakan soal mitos wanita Sunda itu matrealistis, hobi dandan, pemalas, dan suka melawan. Jika memang mitos itu benar, Adi rasa tidak hanya pria Jawa saja. Karena hampir kebanyakan pria di dunia termasuk pria Sunda sekalipun enggan menikahi wanita yang hanya mau enak-enak seperti itu.

Tapi hal itu tak menggoyahkan semangat Adi, sebab dia sudah berjanji pada sang kekasih hati akan berjuang untuk mempertahankan hubungan mereka. Masalah perdebatan perihal adat biarkan menjadi bumbu manis perjuangan keduanya. Adi percaya jika memang dia dan Rengganis ditakdirkan untuk bersama pasti akan selalu ada jalannya.

"Lagi ngapain sih, Boss? Serius amat." Pertanyaan itu Lingga ajukan pada atasannya yang terlihat begitu khusuk dan tidak mau diganggu. Padahal kini waktu istirahat.

"Cari bukti," jawab Adi yang tak mau repot-repot melihat lawan bicaranya.

Lingga yang juga merangkap sebagai sahabat Adi itu semakin penasaran dengan kegiatan sang atasan. "Bukti apaan?"

Adi mendongak sesaat dan kembali menunduk fokus pada ponsel pintarnya. "Pokoknya buat masa depan gue," ucap Adi yang semakin membuat Lingga dirundung kebingungan.

"Gak jelas banget, dah," kata Lingga. Dengan tidak sopan dia mengintip layar smartphone Adi.

Tawanya pecah tak terbendung saat mendapati Adi yang tengah membaca artikel tentang rumor yang melarang adanya pernikahan antara suku Jawa dan Sunda. Di zaman yang serba canggih dan anak milineal semacam bos-nya itu masih saja kolot mencari tahu hal-hal yang berbau-bau adat dan kebudayaan. "Masih jaman cari yang begituan di internet?"

Cinta Terikat Adat | OPEN PRE ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang