Bab 8 | Mepertahankan Hubungan

117 27 17
                                    

"Ketika sudah mencintai seseorang, maka akan sulit mencintai yang lain. Terlebih mempertahankan apa yang sudah kita miliki, itu bukanlah hal yang mudah."

☆☆☆

Dua minggu belakangan ini, Adi sengaja menjauh dari wanita yang sudah singgah di hatinya. Pria suku Jawa itu merasa tidak pantas menjadi pendamping hidup Rengganis. Terlebih calon yang sudah dipilihkan untuk sang kekasih terlihat jauh lebih baik dari dirinya.

Jelas sekali rasa optimis untuk memperjuangkan cinta mereka menuju pernikahan, sudah mulai memudar.  Saat ini, yang bisa Adi lakukan hanya menyibukkan diri agar pikirannya tidak terlalu fokus pada gadis asal Sunda tersebut. Pria keturunan Jawa itu bersyukur karena tokonya selalu ramai. Hal itu bisa sedikit membuat dia lupa akan kisah cintanya yang terlalu rumit dan berbelit-belit.

"Boss, ada pelanggan yang mau ketemu," kata salah satu pegawai Adi sambil menunjuk ke arah depan.

"Mau service? Kamu saja yang melayani saya sedang sibuk," perintah Adi pada bawahannya.

"Mbaknya gak mau dilayani sama siapa pun kecuali sama, Bos," tuturnya kembali.

"Siapa emang?" tanya Adi penasaran. Pasalnya, jarang ada pelanggan yang pilih-pilih dengan siapa ia dilayani.

"Gak tau, Boss." Tanpa bertanya kembali, akhirnya Adi memutuskan menemui pelanggan tersebut.

"Gimana? Ada yang bisa saya ban... ting." Mendadak kata yang akan menjadi sebuah pertanyaan berubah lebih ke candaan. Hanya untuk sekadar menetralisir keterkejutannya.

"Hehe, Mas ini ada-ada aja. Emang berani banting aku?" Adi yang merasa canggung dengan keadaan, hanya bisa tersenyum kaku serta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Ada perlu apa ke sini?" tanya Adi mengalihkan pembicaraan.

"Gak disuruh duduk nih, Mas," sindir Rengganis, pelanggan yang katanya hanya Adi yang boleh melayani.

"Oh iya duduk aja." Dengan gugup Adi mempersilakan sang kekasih untuk mendaratkan dirinya di kursi.

"Gak usah canggung gitu. Mas duduk sini ada yang mau Rengganis bicarakan," pinta Rengganis pada pria pilihan hatinya. Adi langsung duduk saja sebagai jawaban, dan menunggu Rengganis melanjutkan pembicaraan.

"Mas, kenapa belakangan ini tidak mampir ke toko? terus kenapa pesan Rengganis gak dibales? Mau ngejauh? Kenapa? Untuk apa? Minder sama calon yang dipilihkan Abah buat Rengganis?" tanya Rengganis beruntun. Pertanyaan wanita di depannya itu seakan mewaliki apa yang ada di benaknya akhir-akhir ini. Adi terdiam, tidak menjawab satu pun apa yang ditanyakan kekasih hatinya.

"Menjauh bukanlah pilihan yang tepat untuk mempertahankan hubungan kita, itu hanya akan memperburuk semuanya. Kalo, Mas yakin serius sama Rengganis. Ayo kita berjuang bareng-bareng, mencari bukti, lalu meyakinkan orang tua kita masing-masing kemudian kita pertemukan mereka," jelas Rengganis panjang lebar, agar pangeran hatinya kembali semangat untuk berjuang.

"Tidak semudah itu, Rengganis," jawab Adi tidak bersemangat.

"Kok, Mas jadi nyerah gini sih. Tadinya, 'kan Mas yang meyakinkan Rengganis untuk terus berjuang. Tapi sekarang malah, Mas yang nyerah gitu aja." Diam. Adi hanya diam mendengar penuturan Rengganis.

"Mas, Ambu itu enggak melarang Rengganis nikah dengan siapa pun, tapi Ambu juga gak membantah perjodohan itu. Ambu bilang, jika kita sudah punya bukti dan perlu bantuannya. Kapan pun insya allah Ambu bantu semampunya, sembari menunggu bukti Rengganis mau tidak mau harus menuruti kata Abah." Tetap saja perkataan Rengganis tak mampu membuat Adi menyuarakan pendapatnya.

"Ya udah terserah, Mas. kalo, Mas masih bersedia berjuang bareng yaa ayo. Tapi kalau, Mas memilih berhenti dengan terpaksa Rengganis akan memilih calon yang dipilihkan Abah." Final Rengganis karena tak kunjung ada jawaban dari kekasih yang sangat ia cintai.

"Rengganis balik ke toko dulu, Mas," pamit Rengganis sesegera mungkin. Sebab dia tidak mau Adi mengetahui keadaannya yang saat ini tengah menahan tangis. Yang dia butuhkan sekarang adalah tempat sepi dan sunyi untuk menangis. Harapan Rengganis seketika hilang, mungkin ini jawaban bahwa Adi memang bukanlah jodohnya.

☆☆☆

"Permisi, bisa bertemu dengan kasir toko roti ini yang berasal dari Sunda. Dia memiliki paras cantik dan manis berlebih," goda salah satu pelanggan. Toko yang terlihat sepi membuat pria yang sedang dilanda asmara itu berani merayu Rengganis terang-terangan.

"Apaan sih, Mas berlebihan deh," kata kasir toko roti itu dengan tersipu malu.

"Haha... kamu lucu yaa, pipinya merah tiba-tiba, ajaib." Tawanya lepas tapi membuat Rengganis mengerucutkan bibir, kesal.

"Jangan ngambek gitu, 'kan berjuang bareng," tutur Adi tidak jelas.

Saat ini, Adi berada di tempat kerja Rengganis. Ya, setelah dia bergelut dengan segala macam perasaannya yang saling berkecamuk, akhirnya dia memutuskan untuk kembali memperjuangkan kekasihnya. Walau tak dapat dipungkiri rasa tidak percaya diri itu masih tetep ada. Namun, tetap saja Adi tidak terima jika wanita yang dicintainya bersama dengan yang lain.

"Jadi gimana? Udah nemuin buktinya, Mas?" tanya Rengganis mengalihkan pembicaraan tidak jelas mereka.

"Sudah mulai ada titik terang sih, sejauh ini," jawab Adi dengan tenang.

"Lalu kapan kedua orang tua kita dipertemukan?" seloroh Rengganis.

"Tunggu aku bicara sama Ibu yaa, buat meyakinkan. Lagian buktinya juga belum akurat," ujar Adi tidak mau terlalu gegabah yang hanya akan berujung dengan salah langkah.

"Besok Rengganis bantuin cari buktinya yaa," tawar kasir toko itu dengan semangat.

"Boleh boleh aja sih, tapi bukannya besok tetep kerja yaa?"

"Besok ada acara liburan, khusus buat pegawai toko. Rengganis gak ikut, ah. Mau cari bukti buat masa depan kita aja hehe," jawab gadis manis itu dengan antusias. Dan itu mampu membuat Adi tersenyum bangga. Pilihannya untuk berjuang bersama tidaklah salah.

"Mending ikut liburan aja, 'kan bisa ngilangin stres. Siapa tau pikiran jadi lebih fresh, lagian aku bisa cari bukti sendiri," usul Adi sebab tidak mau mengganggu acara kekasihnya.

"Yeu, Rengganis mah sehat gak stres. Kita, 'kan udah memutuskan untuk berjuang bersama, itu artinya aku juga harus ikut andil dalam mencari bukti lah," protes Rengganis yang tetap kekeuh dengan pendiriannya.

"Ya udah kalo itu mau kamu, Mas ngikut aja," ucap Adi menerima dengan senang hati.

•TO BE CONTINUE•

Assalamu'alaikum teman-teman👐
Gak mau nanya gimana ah😅 langsung corat-coret dikolom komentar aja yah😂
Votenya jangan dilupain, udah tau kan dilupain itu sakit #plak

Jangan bosan-bosan menunggu cerita kami❤

See you💕

Salam isnin

Rex_Publishing   

Cinta Terikat Adat | OPEN PRE ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang