Bab 17 | Pertunangan

201 20 19
                                    

"Pertunanganmu dengannya, tidak akan menyurutkan semangatku untuk kembali memperjuangkan hubungan kita."

-Adi-

☆☆☆

Selepas mendapatkan kabar mengejutkan dari sang kekasih. Pria keturunan Jawa itu segera bergegas menuju tanah kelahirannya. Sebisa mungkin dia akan berusaha untuk membatalkan proses pertunangan di antara sang kekasih dengan laki-laki pilihan kedua orang tua Rengganis. Sekitar setelah adzan isya berkumandang dia sampai di kediaman kedua orang tuanya.

Suroso dan Sri yang tak menduga dengan kedatangan putra semata wayangnya yang sudah lama tidak pulang kampung sedikit kaget dan heran. Namun, rasa senang dan bahagia menutupi keterkejutan itu, Adi disambut suka cita oleh keduanya. Tapi hal itu tak membuat Adi tenang dan melupakan kemelut hubungannya dengan sang kekasih yang kini sudah di batas ambang perpisahan.

"Pak, Bu, Adi mohon restui hubungan aku dan Rengganis," pintanya saat mereka sudah duduk santai di sofa ruang keluarga.

Suroso dan Sri kaget bukan main saat mendengar permintaan anak mereka. Karena setahunya di antara Adi dan Rengganis sudah tidak ada hubungan lagi. Lantas apa maksud dari perkataan putra satu-satunya itu?

"Jadi selama ini kamu..." Sri tak mampu untuk melanjutkan kata-katanya, sungguh demi apa pun dia sangat kecewa pada Adi.

"Maafkan Adi, Pak, Bu karena sudah membohongi kalian dengan bersandiwara. Kami saling mencintai, maka dari itu Adi mohon restui kami," mohonnya dengan binar mata penuh pengharapan.

Suroso yang mendengar kejujuran putranya mengembuskan napas kecewa. "Kamu terlalu diperbudak oleh cinta."

"Cinta Kamu bilang? Kalau memang kalian saling mencintai tidak akan pernah ada undangan semacam ini," sentak Sri menghempaskan kasar undangan yang dia dapatkan dari tetangga depan rumahnya, yang tak lain dan bukan adalah tempat singgah keluarga Rengganis.

"Rengganis dipaksa untuk menerima perjodohan itu, Bu," sanggah Adi menatap nanar undangan yang begitu apik dan elegan bertuliskan nama sang kekasih dengan laki-laki lain.

"Ini bukan masalah keterpaksaan, Nak. Tapi memang kamu dan Rengganis tidak berjodoh," tutur Suroso memberi pemahaman.

Adi menggeleng tak setuju. "Adi harus menikah dengan Rengganis dengan atau tanpa restu Bapak dan Ibu!" ucapnya final. Sampai kapan pun dia tidak akan pernah rela jika hubungannya bersama dengan Rengganis kandas begitu saja.

☆☆☆

Rumah bergaya klasik modern dengan corak Jawa yang kental itu begitu apik dan menarik dengan segala macam riasan yang sengaja dipasang di setiap sudut ruangan. Tamu undangan pun sudah mulai berdatangan, hanya tinggal menunggu sang calon mantu pilihan untuk datang bersama dengan keluarga besar. Asep dan Asih begitu antusias saat menyambut tamu-tamunya, senyum merekah keduanya tidak pernah luntur sedikit pun.

Lain halnya dengan Rengganis yang duduk tidak tenang. Sedari tadi tangannya lincah berselancar di atas layar datar pintar. Menghubungi sang kekasih yang sudah berjanji akan membatalkan proses pertunangannya. Wajah cantik polosnya kini sudah bermetamorfosa karena dipoles abis-abisan oleh penata rias yang ditunjuk ibunya. Kebaya putih dengan bawahan kain bermotif batik khas tanah Pasundan melekat apik di tubuh ramping lenjangnya.

Suara ketukan pintu menyentak Rengganis yang masih saja sibuk bergelut dengan ponsel pintarnya. Kepala sang ibu menyembul ke dalam, rona bahagia dengan senyum semringah begitu terpancar di wajah wanita purna usia itu. "Ayo turun, Nak Adit dan keluarganya sudah menunggu," ucapnya begitu antusias.

Cinta Terikat Adat | OPEN PRE ORDERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang